Hari Sebelumnya: Taehyung

925 228 6
                                    

"Hyung, hari ini mungkin aku masih takut padamu. Tapi besok, kita akan menjadi dua kawan baik!"

Ketika Yoongi memutuskan untuk menerima Park Jimin dalam kehidupannya, itu berarti Yoongi berisiko untuk ikut menerima Kim Taehyung dalam kehidupannya cepat atau lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Yoongi memutuskan untuk menerima Park Jimin dalam kehidupannya, itu berarti Yoongi berisiko untuk ikut menerima Kim Taehyung dalam kehidupannya cepat atau lambat. Karena semua orang tau kalau Taehyung adalah room mate sekaligus soul mate Jimin.

Kim Taehyung namanya. Dengan senyum kotak andalannya, ia tidak sulit dicari karena hampir bisa temui di setiap sudut kampus. Hari ini ada di gedung fakultas seni, besok tiba-tiba ada di gedung fakultas ekonomi dan keesokan harinya bisa-bisa ada di gedung rektorat. Karena lelaki itu terlalu easy going, sangat mudah bergaul bahkan dengan para dosen sekalipun.

Dan tentu saja, seorang Kim Taehyung yang berteman dengan orang-orang di hampir seluruh penjuru kampus bukanlah teman yang cocok untuk seorang Min Yoongi. Taehyung jelas suka bersosialisasi sedangkan Yoongi adalah orang yang anti sosial. Taehyung cenderung innocent dan selalu berpikiran positif terhadap sesuatu sedangkan Yoongi terbiasa memandang sesuatu secara realistis sehingga kerap kali pemikiran mereka bersebrangan. Satu-satunya yang sama dari mereka adalah mereka sama-sama berasal dari Daegu. Kalau tidak ada Jimin sebagai jembatan di antara keduanya, jelas sekali Min Yoongi dan Kim Taehyung tidak akan pernah berada dalam satu circle yang sama. Bahkan duduk di dalam satu ruangan yang sama pun rasanya akan canggung.

Seperti hari ini. Yoongi dan Taehyung dalam perjalanan menuju Busan, yaitu ke rumah keluarga Jimin. Keluarga Jimin mengundang Yoongi dan Taehyung untuk berlibur di sana selama libur musim dingin.  Yang Taehyung dan Yoongi tidak tau, mereka harus berangkat bersama dari Seoul menuju Busan selama tiga jam. Jimin sudah lebih dulu pulang ke Busan saat hari terakhir ujian. Sedangkan Taehyung yang semula berencana untuk pulang ke Daegu mendadak merubah rencana dan memutuskan untuk pergi ke rumah Jimin. Jangan tanya Yoongi, dia lebih baik tidak pulang ke Daegu karena di sana ia hanya akan kembali teringat kedua orang tuanya.

"Hyung lebih suka di sisi jendela atau di pinggir?" Taehyung akhirnya membuka suara setelah mereka nyaris tidak berinteraksi sejak kedatangan mereka di stasiun.

"Terserah." Jawaban Yoongi jelas membungkam Taehyung untuk memperpanjang obrolan. Akhirnya Taehyung memutuskan dialah yang duduk di pinggir sedangkan Yoongi akan menempati kursi di sisi jendela agar lelaki itu tidak terganggung dengan orang yang lalu lalang dalam kereta.

"Aku membawa telur reb--" Taehyung menelan kembali ucapannya saat dilihat Yoongi sudah mengenakan headset untuk menyumpal telinganya dan bersiap diri untuk tidur. Akhirnya Taehyung menarik kembali kotak telur rebus yang ia bawa.

Taehyung sebagai manusia yang sangat suka bersosialisasi tentu saja merasa jenuh karena hampir sepanjang perjalanan diisi dengan keheningan. Yoongi benar-benar tidur tanpa mengacuhkannya. Dan bisa dibilang, ini adalah tiga jam paling membosankan dari hidup seorang Kim Taehyung.

Mereka akhirnya sampai di Busan. Jimin sudah menunggu dua sahabatnya itu di stasiun dengan antusias. Bahkan lelaki yang kini rambutnya berwarna pirang itu tidak henti memborbardir ponsel Taehyung dan Yoongi dengan pesan kapan mereka akan tiba. Padahal jelas-jelas Taehyung sudah memberi tau jam kedatangan mereka.

Taehyung dan Yoongi berjalan bersisian masih dengan tanpa bersuara. Saking hening dan canggungnya, Taehyung sampai tidak menyadari kalau Yoongi menghilang dari sisinya. Taehyung baru sadar saat dirinya hendak izin ke toilet dan menemukan bahwa Yoongi raib entah ke mana.

"Hyung! Yoongi hyung!"

"Ada apa kau berteriak begitu?" Taehyung menyentuh dadanya karena tersentak saat tiba-tiba saja Yoongi muncul di belakangnya menenteng sebuah kantung plastik.

"Ah--tidak ku kira aku baru saja kehilanganmu." Taehyung berkata dengan takut-takut.

Yoongi tidak bereaksi. Ia justru menyodorkan kantung plastik yang ia bawa berisi es krim dan beberapa bungkus roti serta sekaleng soda.

Taehyung menatap Yoongi dan isi kantung tersebut bergantian. "Apa ini, hyung?"

"Memangnya kau tidak bisa lihat sendiri apa isinya?" tanya Yoongi seperti biasanya, dengan ekspresi datar. Tetapi nadanya sama sekali tidak dingin.

"Aku tau isinya, tapi kenapa kau membelikan aku ini?"

Yoongi mengedikkan bahu. "Entahlah. Ingin saja. Hitung-hitung karena aku justru tidur selama perjalanan dan mengabaikanmu. Jujur saja aku baru tidur tiga jam sebelum kita berangkat dan itu hanya untuk tiga puluh menit. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk tidur selama perjalanan. Maaf."

Taehyung tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak menganga mendengar penjelasan Yoongi. Sepertinya kalimat tadi adalah kalimat terpanjang yang pernah Yoongi katakan padanya.

"Karena aku datang ke Busan untuk berlibur, aku akan bermain denganmu dan Jimin selama di sini. Jadi, jangan takut untuk mengajakku bermain karena aku tidak akan mengabaikanmu."

Setelah mengatakannya, Yoongi berjalan mendahului Taehyung seolah tidak baru saja mengatakan apapun. Tetapi ia berhenti melangkah ketika mendengar Taehyung berteriak memanggil namanya.

"Yoongi hyung, pintunya bukan lewat sana!"

Dengan malu, Yoongi memutar arah dan setengah berlari meninggalkan Taehyung yang tertawa di belakangnya.

Saat mereka berdua sudah sampai di rumah Jimin dan sedang mengangkut bawaan mereka dari bagasi, Taehyung menyempatkan diri menepuk pundak Yoongi.

"Hyung, hari ini mungkin aku masih takut padamu. Tapi  besok, kita akan menjadi dua kawan baik."

Yoongi pun tersenyum untuk pertama kalinya pada Taehyung.

TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang