NAPW - Part 1

243K 5.4K 115
                                    

Raka masih terdiam dalam lamunannya. Membayangkan sebuah acara sakral yang sudah dinantikannya sejak lama. Besok segala impiannya akan menjadi kenyataan, bersama perempuan yang paling dia cintai, dia akan memulai sebuah kehidupan baru bernama pernikahan.

            Gadis beruntung itu bernama Raina. Gadis yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun belakangan. Bayangan Raina yang memakai kebaya berwarna pink kembali membuatnya tersenyum. Raina, gadis sederhana yang selalu memenangkan hatinya dengan cara yang tak terduga.

Hanya dengan memikirkan gadisnya bisa membuat rasa jenuh Raka menguap begitu saja. Untuk kesekian kalinya, dia melirik lagi arlojinya. Sudah setengah jam dia menunggu Pram di Bandara.

Pram, kakaknya itu telah menetap di London sejak tujuh tahun lalu. Dia  paling susah kalau diminta pulang. Karena tahu akan hal itu, sejak jauh hari Raka sudah meminta Pram berjanji untuk menghadiri acara pernikahannya. Sehingga tidak alasan bagi Pram untuk menghindari kepulangannya.

Samar-samar dari kejauhan, sesosok pria tinggi dengan kaca mata hitam tertangkap dengan jelas oleh pandangan Raka. Dia tidak mungkin salah mengenali orang. Senyum Raka semakin mengembang. Ada rasa bahagia yang membuncah saat dia benar-benar melihat sosok Pramudya Eka Rahardi dengan nyata.

 Pram, pembelanya. Pram yang selalu melindunginya sejak dia kecil. Raka tidak menunggu lebih lama lagi, dia langsung berjalan cepat mendekati objek yang sangat dirindukan juga yang selalu dikaguminya.

"Sudah lama nunggu? Maaf, tadi pesawat gue delayed di Changi." Kata Pram sambil memeluk Raka lebih dulu.

"Gue tahu lo bakal telat. Jadi gue ngepasin aja dateng sama jadwal yang lo kasih." Jawab Raka sambil menonjok lengan Pram.

Pram hanya tertawa menanggapi sikap adiknya. Matanya mencuri pandang, dia menilai dari atas sampai bawah penampilan Raka, sambil mengingat semua kenangan tentang masa kecil mereka. Raka yang selalu dilindunginya itu kini sudah berubah menjadi pria dewasa.

Kali ini Pram melepas kacamatanya. Lingkaran di bawah matanya yang menghitam tercetak dengan sangat jelas. Tanda kalau dia sering kurang tidur. "Lo bener-bener sudah siap melepas kebebasan yang  lo punya?" Tanya Pram dengan nada meledek.

Pram bukannya tidak setuju dengan keputusan Raka yang ingin segera menikah. Dia hanya ingin melihat seyakin apakah Raka untuk memulai fase baru dalam hidupnya.

"Gue rasa, gue sangat siap menghabiskan sisa hidup gue bersama Raina.” Raka lagi-lagi memukul lengan Pram. Pram mengelak dan berhasil, dia menggelengkan kepalanya sambil tertawa meledek Raka. Beginilah jadinya kalau mereka bertemu, mereka lupa kalau mereka bukanlah anak kecil lagi.

Pram tersenyum melihat adiknya yang berbicara dengan mata berbinar. Mengingatkan dia akan Raka ketika masih kecil saat sedang menceritakan hal-hal yang sangat disukainya.

“Lo harus kenal dia, Pram. Gue yakin kalau lo  kenal sama dia duluan, lo juga pasti jatuh cinta sama dia.” Raka berorasi lagi tentang gadis pilihannya. “Kalaupun lo jatuh cinta sama dia sekarang, Gue rela ngelepas dia buat lo." Ucapnya dengan makna yang tersirat.

Pram terbahak mendengar kata-kata Raka. Tapi dia juga tahu makna dari kalimat yang disampaikan Raka untuknya. Tentang sebuah alasan kepindahannya ke London tujuh tahun lalu. Raka-lah saat itu satu-satunya orang yang paling mengerti tentang dirinya.

"No, Kiddo! Kita memang punya darah yang sama. Tapi gue pastikan, untuk masalah selera, apalagi masalah perempuan. Kita nggak akan pernah sama. Kriteria cewek gue, jelas di atas standar lo." Jawab Pram mantap diiringi senyum menawannya.

Raka tergelak. Tapi apa yang dikatakan Pram memang benar. Selera Pram tidak pernah berubah. Bahkan ketika dulu[Afri1]  Pram remaja, Raka mengenal semua gadis-gadis yang dikencani kakaknya. Tidak ada perempuan sederhana yang menjadi pacar Pram, semuanya pasti berkelas.

Not A Perfect WeddingWhere stories live. Discover now