buat anak jangan coba-coba (1)

7.5K 470 26
                                    

"Hmm, Sayang. Aku ingin merasakanmu."

Bukannya mendapat dekapan hangat dan cium mesra, yang Yoongi rasakan berikutnya adalah nyeri di sepanjang pipi. Ya. Taehyung menaboknya kencang dengan botol susu kosong. Dahinya nampak berkerut, memandangi Yoongi seperti seorang kriminal kelas berat. "Nakal," komentarnya singkat, kemudian melanjutkan aktivitas yang sudah ia hafal di luar kepala: menakar perbandingan bahan yang pas agar tercipta rasa yang sempurna untuk dinikmati anak kesayangan. Jungkook sudah bisa memilah dan memilih makanan dan minuman, masalahnya. Ia tidak pernah cocok dengan susu buatan Yoongi ― dalam takar-menakar susu, pria itu masih tahap trainee: buatannya selalu berakhir hambar karena kebanyakan air, atau terlalu kental.

Meski kemampuan memasaknya secara umum masih payah, di rumah ini Taehyung-lah yang bertanggungjawab atas apa yang dikonsumsi Jungkook. Ia tidak akan membiarkan anaknya mengunyah makanan sembarangan, atau minum susu kotak manis yang dijual di supermarket. Pemberian dari tetangga atau teman-teman pun, ia filter dengan ketat. Tubuh pahlawan kecilnya sangat sensitif, ia mudah sekali sakit ketika mencoba sesuatu yang baru. Ia tidak mau Jungkook terkapar karena alergi dan menangis seharian karena suhu tubuhnya meninggi. Kalau kata Namjoon, Taehyung semacam satpam galak. Yoongi saja pernah dimarahi habis-habisan setelah ketahuan menyuapi Jungkook makanan ringan yang dibawanya sepulang dari Jepang.

Mengingat momen-momen khilaf dan proses panjang menebak-nebak selera Jungkook, Taehyung menghela napas panjang. Ia hampir lupa Yoongi masih berdiri di sampingnya, melihatnya mengocok susu sambil curi-curi kesempatan melingkarkan tangan di pinggang. Sekali Taehyung melirik, Yoongi langsung memasang jurus andalan: pipi menggembung, bibir mengerucut. Tatapan matanya sudah sebelas dua belas dengan kucing dalam kardus yang ditinggal di pinggir jalan. Entah apa yang pria ini inginkan, Taehyung hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Yoongi-sshi, kamu bukan bayi. jangan manja." Sahutnya pelan.

"Aku, aku juga butuh kasih sayang Taehyungie."

Ya ampun. Yoongi saat needy sangat membahayakan dinding pertahanan. Tak lama setelah menanggapi sahutannya, pria yang sudah hampir empat tahun hidup bersamanya itu menyandarkan kepala, memberinya kecupan di ceruk leher. Yoongi seminggu ini memang sibuk mengerjakan komisi, sampai lupa tidur dan hampir lupa pulang. Untung saja Taehyung memaksanya mengangkat panggilan video, merekam sosok Jungkook yang menggapai-gapai lemah dan sumringah begitu melihat sosok ayah terperangkap dalam kotak kecil di hadapan. Cara ini ampuh membuat Yoongi bertekuk lutut dan meluncur ke kediaman mereka tanpa banyak alasan. Lalu begitu sampai rumah, sepertinya ia baru sadar kalau sekuat-kuatnya pria tetap rindu belaian juga. Ehm.

"Sana tidur sama Kookie. Dari kemarin ia memanggil-manggil 'dada-dada', kangen berat pada seseorang rupanya." Taehyung berusaha mengalihkan fokus Yoongi, bila pria ini dibiarkan menempel terus, ia akan semakin menjadi-jadi.

"Taehyungie tidak kangen juga pada 'Daddy'?"

Plok!

Muka Taehyung merah padam, secara spontan ia kembali menabok Yoongi lagi dengan botol susu yang sudah terisi. Yang ditabok cuma bisa meringis, tangannya masih melingkar di pinggang Taehyung ― semakin rapat malah. Kalau ditanya kangen, jelas kangen lah, tidak usah pakai interogasi segala. Ia ingin menghabiskan seharian duduk memeluk Yoongi sambil menonton film, menciuminya sampai berantakan. Masalahnya Taehyung dan Yoongi bukan lagi sepasang anak muda yang hobi eksplorasi, tidak malu meluapkan sayang melalui sentuhan fisik. Mereka sudah jadi orang tua, harus lebih bijak dalam bertingkah dan mengambil keputusan.

"Lepas."

"Nggak mau."

"Ish."

Setelah berpikir-pikir sejenak, Taehyung menghela napas panjang, "Kalau mau tidur bersamaku, nanti malam kalau Kookie bangun kamu yang tanggung jawab." Ujarnya tegas, tak lupa memindahkan botol susu ke tangan Yoongi. "Kuingatkan lagi, biasanya dia bangun mencari susu tengah malam, atau jam tiga pagi. Jadi temani dia tidur sebelum jam-jam segitu. Jangan beri dia makanan aneh-aneh dari kulkas."

Mendengar ultimatum Taehyung, muka Yoongi langsung sumringah. Sambil berbisik, 'Aku tahu, aku juga ayahnya.' Ia kembali memberi kecupan di ceruk leher ― kemudian mengangkat kaki sedikit untuk mengecup pipi dan ujung bibir kekasihnya. Yoongi selalu suka dengan kecupan-kecupan kecil, Taehyung memaklumi itu dan bersedia memberikan akses lebih. Ditahan-tahan juga tidak bagus, yang penting sadar waktu dan tempat saja. Lagipula mereka sudah lama tidak tidur bersama, mungkin ... hampir dua bulan?

Tidur bersama dalam artian lain, tentunya. Bukan berbaring saling mendekap, atau dengan Jungkook di tengah-tengah mereka. Itu sih hampir tiap akhir minggu jadi rutinitas.

"Yoonie,"

"Hmm? Besok ada janji keluar rumah kah? Aku akan hati-hati."

"Bukan, duh!" Taehyung mencubit lengan Yoongi, tabokan dua kali tidak cukup rupanya. Manusia satu ini suka sekali melempar kata-kata sugestif kalau sedang berdua. Kebiasaan dari zaman kuliah, atau karena beberapa tahun terakhir kebanyakan berkutat dengan lirik dan lagu-lagu cinta? "Aku mau menemani Kookie tidur sampai setengah jam dulu. Kamu tunggu saja di kamar sebelah."

Taehyung memberi Yoongi ciuman selamat malam, yang bersangkutan hanya tersenyum simpul. Sementara lubuk hatinya sedang bersorak menyambut kemenangan.

taegi + baby kook : the seriesWhere stories live. Discover now