Yon

42 3 0
                                    


Aku berjalan sendirian menyusuri lorong demi lorong, rak-rak buku yang begitu menjulang tinggi.

Aku sedang berada di perpustakaan daerah. Aku sudah terbiasa menghabiskan hari mingguku di perpusda walaupun hanya membaca novel.

Suasananya tenang, terlebih ada WiFi gratis, siapa yang tidak betah disini?

Dulu, semasa aku kelas 1 SMP, aku sering meminjam novel dari perpustakaan sekolah.
Ku pamerkan pada ibuku. Jika aku pergi sekolah, ibu yang membacanya dirumah, jika aku sudah di rumah aku yang gantian membacanya.

Aku rindu suasana saat itu. Sekarang kita sudah jauh. Bertemu saja mungkin hanya satu atau dua kali dalam setahun.

"Akhirnya ketemu" Aku bergumam sendiri setelah menemukan buku apa yang kucari.
Sebuah karya dari seorang Dan Brown. Buku dengan ketebalan sekitar 600an halaman.

Aku mulai mencari tempat duduk terdekat, didekat jendela. Aku mulai membacanya, jika tak habis akan kupinjam nanti, tapi sudah jelas tak habis nya.

Dewantara Sakti
Lo tau nggak kenapa kalau buah jatuh tak jauh dari pohonnya?

Bisa tidak sih sehari saja tanpa menggangguku?

Oktavania Savira
Kalau jauh-jauh ntar dikira buah tentangga sebelah?

Dewantara Sakti
Salah

Oktavania Savira
Lah?

Dewantara Sakti
Kalo jauh-jauh ntar nggak bisa deket

Oktavania Savira
Lah ambigu

Dewantara Sakti
Gue ambigu cuma sama lo doang kok

Oktavania Savira
Gila emang, gila

Dewantara Sakti
Gue sebenernya waras, cuma pas sama lo doang gue jadi gila. Gila karena menahan hasrat pengin ketemu sama lo😂

Oktavania Savira
Gue kasih tahu bulat besok kalau ketemu

Dewantara Sakti
Gue ga suka tahu bulat, gue suka nya bakso

Oktavania Savira
Halah, sama-sama bulat.
Kompensasi lah

Dewantara Sakti
Nggak mau👅

Oktavania Savira
Sekarang ya, bakso udah pake daging babi
Tahu bulat masih pakai tahu

Dewantara Sakti
Ngeles ae kaya bajaj

Kumatikan HPku, males ngladenin orang sinting kaya dia.

***

Aroma kopi langsung menyeruak ketika langkah kakiku memasuki sebuah cafe di sebuah mall.

"Caramel macchiato 1, Americano 1"

"Caramel macchiato lagi? Kagak bosen-bosen lo? Kurang pait apa hidup lo Van Van"

Aku hanya terkekeh kecil tak menanggapi, Melani kalau berbicara memang blak-blakan.

Aku menerima kopiku lantas membayarnya, kita berdua langsung keluar. Menuju basement.

Kuhirup aroma kopi perlahan-lahan

"Kopi di cium-cium, kapan doi dicium?

"Gue tuh suka aroma kopi gebleg"

"Kalo gue lebih suka aroma duit, gimana dong?"

"Bodoamat Mel. Punya sahabat mata duitan kaya lo"
Melani hanya tertawa menanggapi ucapanku.

Ting!

Dewantara Sakti
Ujan Vir

Oktavania Savira
Iya tau, disini juga ujan

Dewantara Sakti
Dingin

Oktavania Savira
Dingin ya slimutan
Malah laporan

Dewantara Sakti
Itu kode
Peka Pe'a

Oktavania Savira
Gue gasuka kode-kodean
Gue juga kagak pekaan

Dewantara Sakti
Harus langsung bilang?

Oktavania Savira
Iyalah biar jelas, kagak ambigu

Dewantara Sakti
Haha bego lo ah

"Van"

"Iya?" Kutolehkan kepalaku ke arah orang yang memanggiku. Aku terkesiap, wajah yang tak asing. Aku menelan salivaku dengan susah payah.

"Apa kabar?"

PenaWhere stories live. Discover now