4th

29 3 0
                                    

I'm not okay, but that's okay.

Alaric berhenti mengayuh sepedanya saat gerbang yang tinggi menjulang di depannya menghalangi dirinya. Sempat ragu takut salah rumah, tapi sepertinya alamat yang diberikan Dyne benar. Tidak salah lagi, itu adalah rumah Starlen.

Seorang pria dengan tubuh yang kekar datang menghampiri Alaric.

"Maaf mas, ada apa ya?",tanya pria itu.

"Eh? Oh.. A-anu..saya mau ketemu Starlen. Ada?",pria itu mengagguk sebagai jawaban atas pertanyaan Alaric.

"Mas ini siapanya?"

"Mhmm... Saya temennya Star--",saat Alaric ingin menjawab pertanyaan satpam tadi, suara seorang perempuan memotong kalimatnya.

"PACAR SAYA KOK PAK!",teriak Starlen yang sedang berlari kecil menuju gerbang. Mereka berdua kaget karena pernyataan Starlen. Terlebih lagi, Alaric.

"Eh kok Non Starlen kesini, Non kan lagi sakit, nanti kalo makin parah gimana?",tanya pria itu yang mulai panik, takut kena marah atasannya karena tidak menjaga Starlen dengan baik. Starlen menunduk melihat kearah sandalnya. Dia sempat demam semalam karena pulang hujan-hujanan waktu itu. Itu memang kesalahannya. Lagipula, kenapa ia malah turun dari angkot saat berdebat dengan lelaki jangkung yang sekarang berdiri di hadapannya ini?

"Kamu sakit?",tanya Alaric menggunakan aku-kamu yang membuat Starlen merasa sedikit berbeda. Starlen mengangguk kecil.

"Kamu kenapa gak kasih tau aku?", tanya Alaric.

"Apa hubungannya?",Starlen masih menatap ke bawah.

"Kan aku bisa guru piket kalo kamu sakit, sayang bolos sehari", Starlen ingin menanamkan wajahnya di dalam tanah sedalam - dalamnya kalau perlu sampai ke inti bumi kalau perlu. Itu bukan jawaban yang ia harapkan.

"Kan aku pacar kamu", seandainya Alaric mengatakan itu padanya. Starlen mengumpat pada dirinya. Impossible! Jangan bermimpi.

"Kalo ngomong sama orang itu tatap matanya. Emang ada uang ya dibawah?", sindir Alaric.

Starlen perlahan mengangkat wajahnya. Matanya menemukan mata coklat Alaric. Tanpa sadar, Starlen mengeluarkan darah dari hidungnya. Alaric melotot kaget.

"Starlen!",lelaki itu refleks menahan Starlen yang ingin pingsan. Samar-samar Starlen melihat Alaric yang sedang berbicara di depannya. Tapi Starlen tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya. Starlen tersenyum tipis karena ia sangat bahagia, karena ia sedang berada dalam dekapan seorang Alaric.

"Pak!", Alaric memanggil pria kekar yang tadi sempat menghalanginya untuk bertemu Starlen.

"Bawa aja ke kamar, den",ucap pria bername tag Harris.

***

Parfum masculine tercium melalui indra penciuman Starlen. Aroma ini jarang sekali ia hirup. Entah kenapa Starlen sangat menyukai aromanya. Starlen mengerjapkan matanya. Lalu semuanya mulai terlihat jelas. Starlen berada di kamarnya. Namun anehnya, walaupun dia berada di kamar seperti biasanya, Starlen merasa ada yang aneh.

Terlebih lagi, dengan aroma masculine yang menyengat...

Starlen menoleh dan ia mendapati Alaric yang sedang duduk di kursi sebelah kasurnya. Spontan, Starlen bergerak menjauh dan menatap kaget. Seumur hidupnya, tak pernah ada manusia berjenis kelamin laki-laki yang masuk kedalam kamarnya.

Tubuh Starlen ditutupi oleh bedcover tebal yang biasa menemaninya saat tidur. Starlen bersyukur karena pakaiannya masih utuh.

"Kenapa? Takut? Aku gak bakal macem-macem kok", Alaric tertawa kecil.

"Ngga, Starlen gak takut sih wle", Starlen menjulurkan lidahnya pada Alaric.

"Berarti kalo aku gituin kamu, gak apa-apa?", Alaric menunjukkan senyum nakalnya.

"DASAR MESUM!", Starlen melempari wajah Alaric dengan bantal yang ada di kasur.

"Aduh.. Udah ah", Alaric meringis dengan tawa kecilnya.

"Lagian. Al, kok aku disini?",Starlen membenarkan posisi duduknya.

"Pingsan. Nyusahin orang aja",jawab Alaric acuh tak acuh. Mata pria itu menelusuri kamar Starlen yang penuh dengan poster dan foto-foto idolanya. Salah satu yang paling banyak adalah Park Chanyeol.

"Mianhae oppa",ucap Starlen. Alaric mengangguk. CIA mengacak-acakan rambut Starlen.

"Itu siapa?", tanya Alaric yang tidak tahu menahu tentang K-Pop.

"Park Chanyeol!",jawab Starlen bersemangat.

"Gantengan juga aku", sahut Alaric dengan percaya dirinya yang tinggi. Starlen memutar bola matanya.

"Najis ya"

"Eh? Gak percaya?", Starlen mengerucutkan bibirnya. Alaric tidak jelek, tapi seorang Park Chanyeol lebih tampan dibandingkan pria remaja itu.

"Oppa..",panggil Starlen.

"Apaan sih?", sahut Alaric bete. Jujur saja, Alaric tidak suka dipanggil 'oppa' oleh Starlen.

"Oppa marah ya? Kenapa? Oppa gak suka dipanggil oppa? Oppa kok diem aja, sih? Kan Starlen lagi ngomong sama oppa. Starlen bawel ya oppa? Starlen terlalu banyak ngo--"

Alaric mengecup bibir Starlen yang tak ada hentinya mengeluarkan kata-kata. Kalau saja Alaric tidak mrngecup bibirnya mungkin masih ada ribuan kata yang akan menyusul. Walaupun begitu, rencana Alaric untuk membuat Starlen diam berhasil.

Semburat merah merona tampak di kedua pipi Starlen. Perempuan itu  tak bergeming sejak beberapa menit lalu bibir Alaric mengecup bibirnya. Starlen mungkin tidak menyangka first kiss-nya akan diambil oleh ketua kelasnya sendiri. Begitupun Alaric yang tidak menyangka akan mendiamkan Starlen dengan cara yang begitu anti-mainstream!

Starlen menunduk. Ia tak sanggup menatap mata coklat Alaric. Starlen harus bisa menyesuaikan ritme jantungnya saat ini. Alaric membuatnya benar-benar malu! Berani-beraninya cowok itu mencuri first kissnya yang sudah ia jaga untuk cinta sejatinya.

"Mianhae", Alaric mengusap bibir Starlen. Starlen mengangkat wajahnya. Matanya bertemu dengan mata Alaric.

"Oppa..you're speaking Korean!!",teriak Starlen histeris. Alaric tertawa geli. Dia hanya meniru kata-kata yang sering diucapkan oleh Starlen. Perempuan itu, walaupun umurnya sudah 17 tahun, tapi sikapnya masih seperti anak kecil. Alaric sangat gemas dengan Park Starlen!

***

Translate
Mianhae => Ucapaan maaf dalam bahasa Korea.
Oppa => Panggilan kepada laki-laki yang lebih tua dari seorang perempuan.

Annyeong! Ada blackpink njing jam 7:) udh gt aja. Jgn lupa vote y pret. Gomawo. *sok Korea lu kmprt*

FeelingsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant