6. KISS KISS AND MAKE UP

5.4K 336 95
                                    

WARNEEENG
21+
Hayo jangan diem-diem baca.
(Padahal akunya jg belum 21.........)

∞∞

            
Entah gimana caranya Kalan menenangkan gue, tapi setelah itu gue tahu dia mulai menceritakan tentang dirinya dan juga Irene di kasurnya,

"Dia selalu jadi perempuan yang mencolok—mencolok di kelasnya, diantara teman-temannya, diantara guru-guru. Dia bukan orang lokal, sama kayak aku, orang asing. Tapi bedanya, dia enggak diasingkan—dia selalu bisa berbaur, dan dari semua orang yang senang dengan keberadaannya yang ceria dan periang, dia memilih aku sebagai temannya. I was lost and has no friend, Kalia, so in whatever reason she for doing whatever she's doing it now, she helped me a lot."

Gue menyenderkan kepala gue tanpa melihat kearahnya—ada sedikit rasa sakit dimana gue bukanlah wanita segalanya dimata Kalan, tapi gue ingin mendengar cerita ini, ceritanya dengan wanita yang membuatnya menjadi Kalan yang sekarang,

"Dari semua orang... Dia milih aku sebagai sahabatnya—sahabat yang parah, pada awalnya. Aku gak ngebantuin dia ketika dia nangis-nangis minta aku bantuin dia untuk naikin nilai-nilainya yang merah, dia nangis lagi ketika aku menolak untuk menjadi sahabatnya. I did all the worst thing for a funny purpose, to keep her away from me. Tapi aku gak sadar kalau ternyata Irene sudah membekas di hatiku Kalia, di berbagai cara dia menginginkanku sebagai temannya. Aku bantuin dia naikin nilainya, nemenin dia makan—literally buying her tampons, aku udah gak pernah ngeluh lagi dengan itu semua sampai kita berdua sadar kalau kita sudah tidak bisa jauh lagi dari satu sama lain."

Gue menghela napas panjang—mencoba menerima kenyataan yang Kalan katakan sekarang, tapi dia mencium puncak kepala gue dengan lembut, seperti menenangkan.

"Aku gak tahu mulai dari kapan, tapi Irene semakin menarik perhatian—banyak laki-laki yang minta aku untuk kenalin dia kemereka, aku selalu tahu dia cantik, Kal, tapi aku lebih gak tahu sejak kapan aku mulai merasa kalau ternyata dia memang cantik, cantik dimata aku. Aku bilang kalau aku serius dengan dia, dan semenjak saat itu kami mengambil langkah lebih maju dari persahabatan kami, dia menyebutku pacarnya kepada siapapun yang bertanya. Aku dan dia selalu bersama berdua."

"Sampai Samuel datang di kehidupan kami Kal, aku ngenalin dia ke Irene yang waktu itu masih jadi pacar aku. Aku, yang lagi-lagi gak tahu kalau aku dan Irene sudah bukan lagi satu paket, kemanapun kami pergi, akan selalu ada Samuel—Samuel memberikan sebuah kesan yang gak bisa aku kasih ke Irene, habit Indonesia-nya. Kadang kalau mereka ngomong Indonesian's jokes, aku sendiri yang enggak tertawa. Karena aku gak ngerti, aku gak pernah ngerti. Aku gak akan bisa kasih pengalaman yang Irene dan Samuel rasakan di kampung halaman mereka. Tampang dan wajah aku emang Indonesia, tapi aku lahir dan besar di Sydney, Kal... Aku gak tahu apa-apa tentang itu."

Gue merasakan lagi ciuman hangat—dan kali ini di leher gue. Dia menatap gue sebentar, dan gue yang tadinya menatap tembok kosong mengalihkan mata gue kearahnya, menyuruhnya untuk melanjutkan ceritanya.

"Aku gak sadar kalau ternyata itu ngebuat dunia tersendiri untuk mereka—aku gak pernah tahu kalau ternyata sekali dua kali Samuel minta Irene untuk nemenin dia makan, sekali dua kali dia minta Irene untuk nemenin dia dirumah. Aku gak tahu sejak kapan mereka merasakan hal yang mereka rasain sekarang itu, sampai aku melihat dengan mata kepalaku sendiri—Samuel, yang waktu itu sudah aku anggap sebagai sahabat dan seorang sibling yang gak pernah aku punya, screwed with my woman... Wanita yang selalu menjadi wanita satu-satunya untukku di waktu itu. Aku marah semarah-marahnya—I'd beat Samuel to death, Kal, tapi ngelihat Irene yang menangis dan meminta aku untuk berhenti mukulin Samuel brings me clarity—hatinya bukan lagi untuk aku. That whatever happens with me and Irene for the past decades, has gone. Dan di saat itu juga, aku rasa perasaanku terhadap Irene hilang."

HOURS ∞ DYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang