Seungkwan's (SVT's Seungkwan x Wish)

7 1 0
                                    

Sore hari. Sore hari adalah salah satu hal yang begitu Seungkwan sukai selama ini. Karena mengapa tidak? Seungkwan sangat menyukai menghabiskan waktunya di luar saat sore hari. Mencium angin sore yang begitu menyegarkan baginya, juga memandangi matahari tenggelam yang hanya bisa kau lakukan pada sore hari. Jadilah Seungkwan sangat bersemangat jika sore hari datang, apalagi saat teman sebangkunya—Joshua memintanya untuk bersepeda.

"Ayolah, Wishie, kau tahu Joshua sudah menunggu kita sedari tadi!" pekik Seungkwan yang melangkah ringan. Hatinya begitu senang saat ini. Berbeda jauh dengan gadis yang berjalan cukup jauh di belakangnya, Wish. Nyatanya gadis itu menekuk wajah saat Seungkwan baru memberitahunya tujuan mereka keluar sore ini.

Sebenarnya tak ada yang salah bagi Seungkwan. Ia hanya ingin mengajak sahabatnya tersebut sekedar menghabiskan sore bersama dan gadis itu bersedia dengan senang hati. Ya, sebelum Seungkwan memberitahunya bahwa ia akan bersepeda—dan ia lupa bahwa Wish tidak bisa mengendarai sepeda.

Toh, Seungkwan tidak bermaksud mengerjai Wish atau semacamnya. Ia hanya ingin mengajaknya keluar, sejak Wish mengatakan bahwa ia merasa penat akhir-akhir ini.

"Ah, kukira kalian tidak datang," ujar Joshua yang sudah siap dengan tiga sepeda di sampingnya. "Aku sudah menyewa tiga sepeda untuk kita. Kau bisa menggunakan ini, Wish," imbuhnya menepuk dudukan sepeda feminine lengkap dengan sebuah keranjang juga boncengan di sampingnya. Wish tersenyum garing saat Seungkwan hanya terkekeh karenanya.

Ah, dia juga lupa untuk memberitahu Joshua kalau Wish tidak bisa menaiki sepeda.

"T-tapi aku—" Wish yang merasa malu mulai membuka mulutnya. Kiranya ia harus mengatakan bahwa ia tidak bisa mengendarai sepeda dengan baik. Tapi ah, bagaimana jika Joshua akan menertawainya sama seperti Seungkwan?

"Baiklah, kalau begitu ayo!"

"T-tapi Joshua—" Wish menggantung kalimatnya membuat Joshua menatapnya penasaran sedangkan Seungkwan yang menjadi satu-satunya harapan Wish sudah lebih dulu menahan tawanya yang mungkin sebentar lagi akan pecah.

"Tapi kenapa, Wish?"

"I-itu—"

.

.

.

"Ah, maaf aku baru saja datang."

Ketiga pasang netra lantas tertuju pada sosok laki-laki yang tengah berlari ke arah mereka. Laki-laki itu—Jeonghan tersenyum sebelum ia terdengar terkekeh pelan atas keterlambatannya. Joshua maupun Wish menyunggingkan senyumnya hampir bersamaan, namun berbeda dengan laki-laki bermarga Boo yang entah kini air mukanya berubah drastis.

"Aku kira kau tidak jadi ikut kemari."

"Tidak. Aku memang harus pergi ke suatu tempat dahulu tadi," jawab Jeonghan beralasan. "Ah, Wish—kau di sini rupanya?" ujarnya yang lantas mengalihkan pembicaraan seakan baru sadar kehadiran Wish sebagai satu-satunya gadis di sana. Di tempatnya, Wish hanya mengangguk namun entah mengapa Seungkwan dapat melihat semburat kemerahan yang terlihat kedua pipi sahabatnya tersebut.

Ah, harusnya ia tahu, Jeonghan—laki-laki yang tak lain adalah teman sekelas mereka, juga tetangga Wish yang sangat dipuja-puja itu, adalah sahabat Joshua. Jadi tak salah jika ia mengajaknya. Sungguh, Seungkwan tak mempermasalahkan hal itu. Hanya saja—

Jeonghan mengusap tengkuknya saat ia mencuri pandang pada Wish yang mengalihkan pandang, diam-diam berusaha menyembunyikan semburat kemerahan di kedua pipinya. Bahkan siapapun tahu apa yang terjadi antara mereka. Ya, entah sejak kapan. Namun ia yakin Jeonghan memang memiliki sesuatu pada Wish.

Called, LoveWhere stories live. Discover now