Namlas

2.3K 218 34
                                    

Rifia lebih memilih diam daripada berbicara kepada Daniel,ia sudah cukup trauma untuk berbicara dengan Daniel saat ini.

Akan lebih baik lagi jika ia menjaga jarak sebelum Daniel bisa berbuat lebih jauh dari pada ini.
.
.
.
.

Daniel menaruh sabun cuci muka,shampoo,sabun cair dan parfum kedalam troli. Sedangkan Rifia ia masih memilih dan mematung di depan snack yang telah tersusun rapi di rak.

"Kau belum mengambil sesuatu?" Tanya daniel tiba tiba,ia terlihat bingung karena Rifia masih diam di hadapan rak makanan tanpa menyentuh nya sedikit pun.

Rifia menoleh ke arah Daniel,lamunannya terbuyar seketika sewaktu Daniel menegurnya secara tiba tiba.

"Ini aku mau ambil sesuatu" Jawab Rifia spontan. Daniel hanya tertawa renyah melihat tingkah Rifia yang masih kaku atas insiden tadi.

Sejujurnya Daniel melakukan hal itu secara spontan. Ia juga merasa malu sebenarnya tapi ia pandai dalam hal menyembunyikan,sehingga ia bisa terlihat biasa biasa saja.

"Aku mau beli pengaman" Kata Daniel tiba tiba,ia menatap rak yang berisikan macam macam pengaman. Rifia menoleh ke arah Daniel dan menarik tangan kekar pria itu agar menjauhi sebuah rak kotor tersebut.

Dan Daniel lagi lagi tertawa melihat tingkah Rifia,"Kau ini kenapa tiba tiba menarik tangan ku?"

"Kau,ngapain beli pengaman?" Tanya Rifia dengan nada gugup,Daniel menatap Rifiq sekilas dan tersenyum manis kepadanya,"Menurutmu buat apa? Kau pasti berfikir aku akan membelinya untuk ku pakai saat melakukannya denganmu kan? Aku tau kau tidak suka dengan pengaman,kau itu tipikal yang suka main dari kulit ke kulit kan?"
.

.
Blush.

Wajah Rifia seketika memanas mendengar ucapan Daniel. Ia langsung memalingkan wajahnya dan menarik troli menjauh dari Daniel,dengan singgap ia memgalihkan perasaannya dengan membeli beberapa snack dan kebutuhan yang diperlukan.

Jujur saja,ia merasa malu karena sudah GR. Tentu saja Daniel tidak mungkin beli untuk dipakai pada saat dengannya.

Sungguh bodoh.

"Kamu mau kubuatkan Cupcake?"

"Ngga,aku gamau cupcake. Buatkan aku yang lain. Kalau bisa sih yang asin" sahut Daniel dari rak eskrim.

Rifia mengangguk paham,ia mulai meraih beberapa tepung di rak dan beberapa bahan lainnya.

"Kau mau eskrim rasa apa?" Tanya Daniel,ia sudah mengenggam 4buah eskrim untuk dimakan sendiri nantinya.

"Terserah" sahut Rifia

Daniel terdiam,ia mengobrak abrik seluruh isi lemari eskrim tersebut dan mencari rasa 'terserah'

"Mbak! Disini emang ada yang namanya eskrim rasa terserah?" Pekik Daniel yang sontak membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah Daniel.

Daniel melompat lompat dan menaikkan satu tangannya agar karyawan disana melihat kearahnya lalu menjawab.

"Tidak ada pak,hahaha" Ujar salah satu Karyawan yang di balas tertawaan oleh beberapa karyawan dan pengunjung lainnya.

Daniel langsung melirik kearah Rifia,"Tuh ga ada. Ini loh mbak,mas istriku pengen cari es krim rasa terserah"

Rifia mendenguskan nafasnya,ia berjalan menuju ke arah daniel dan mengambil beberapa eskrim di lemari dan kemudian menyerahkannya kepada Daniel

"Berisik,buat malu aja"

---

"Loh? Irene mana? Udah pulang?" Tanya Rifia,ia menaruh barang belanjaan di lantai dan mulai menyusuri seluruhruang apartemen.

Daniel menggedikkan bahunya,"aku tidak tau. Terserah saja dia mau kemana"

Rifia menggelengkan kepalanya perlahan,dan langsung berbaring di atas sofa.

"Kau bertengkar dengan Irene?" Tanya Rifia

"Tidak tuh" sahut Daniel,ia mulai membuka bungkus eskrim kemudian memakannya.

"Masa sih? Tadi sibuk banget pengen ketemu Irene sekarang jadi kek begini. Kenapa sih? Cerita aja"

Daniel menggigit ujung coklat eskrim tersebut dan mengunyahnya perlahan. Ia tidak menghiraukan perkataan Rifia dan memilih untuk menikmati detik detik tiada tara bersama Eskrimnya

"Yaudah terserah,kau bisa cerita kalau kau mau" Rifia langsung membangunkan tubuhnya dan masuk kedalam kamar,ia ingin menyusun beberapa perlengkapan yang telah ia beli tadi bersama Daniel.

Kamarnya luas,dan kasurnya juga tidak sempit.

Dan tidak mengecewakan.

Klak

Bunyi pintu dari luar terbuka,menampilkan sesosok Wanita berambut panjang sambil memasang kode kepada seorang pria yang tengah mengemut eskrimnya saat ini.

"Bagaimana? Dia sudah tidur?"

Daniel langsung beranjak dari tempat duduk dan menganggukkan kepala,"Sudah" ujarnya.

Irene langsung menghampiri Daniel dan memeluk lengannya dengan manja.

Daniel mencium kepala Irene dan memeluk tubuhnya sangat erat,"Aku merindukanmu"

Irene menciumi bibir Daniel perlahan,pria itu juga membalas ciuman tersebut.

"Enak saja bibirmu menyentuh bibir wanita lain" kata Irene seraya mengembungkan pipinya,yang dibalas oleh cengengesan oleh Daniel.

"Aku juga tidak mau sebetulnya,tapi apalah ya nanti dia mengadu kepada ibuku. Omongan perempuan gabisa di percaya sih,makanya aku bersifat manis kepadanya tadi agar dia percaya bahwa aku ingin pergi darimu" jelas Daniel.

Irene tertawa mendengar penuturan Daniel,"Sudahlah,yang terpenting sekarang kau sudah tidak bermain drama lagi di hadapanku. Ayo minum minum?"

.
.
To be continued!
Voment ya gais:):*

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang