11

2.3K 228 11
                                    

Rifia dan Daniel tidak bergeming sedari tadi padahal ada banyak hal yang harus Daniel dan Rifia bahas pada saat ini.

"Ah aku merasa seperti dimusuhi pada saat ini" Kata Daniel memecah keheningan,ia melipat kedua tangannya didada.

Rifia hanya melirik sesekali ke arah daniel,ia tidak mau membalas perkataan Pria jahanam seperti Daniel.

"Aku ingin meminta saran darimu,aku harus bagimana kan anak anakku itu? Apakah aku akan membawanya kemari atau kutinggalkan?" Tanya Daniel

Rifia meraih secangkir Green tea hangat yang telah ia beli disebuah kedai dan meminumnya perlahan lahan.

"Meminta saran dariku? Untuk apa? Kau yang berbuat kau harus berani bertanggung jawab. Aku tidak mau membuat keputusan" Rifia meletakkan kembali cangkir green tea tersebut.

Daniel mendenguskan nafasnya dan kemudian ia memijat keningnya dengan sangat perlahan.

"Akan ku transfer uang untuk kebutuhan mereka,aku tidak ingin membawanya kemari" Ujar daniel,ia beranjak dari tempat duduknya.

--

"Dan" panggil Rifia. Pemilik nama tersebut langsung menoleh ke arah si pemanggil dan menatapnya secara intens.

"Apa?" Sahut daniel

"Lepaskan tanganku" Pinta Rifia,ia merasa risih karena tangannya sedari tadi di genggam oleh daniel. Tangan Rifia terasa basah akibat keringat yang ditimbulkan oleh tangan daniel yang mengenggam tangannya dengan sangat erat,sehingga tidak ada ruang udara yang bisa masuk ke sela sela tangan.

Daniel menggeleng

"Tidak mau" tolaknya,seraya melanjutkan langkah kakinya

Rifia hanya bisa pasrah,karena daniel tidak ingin menuruti keinginannya.

"Mau kemana?" Tanya Rifia,ia bingung karena sedari tadi ia dan daniel hanya berjalan dan berjalan terus seperti tidak ada tempat yang ingin dituju.

"Kemana saja"

---

"Wew! Romantis sekali pergi bersama dengan istri. Baru juga kemarin menikah,udah keluyuran aja" Ujar Ratra,ia mencoba menggoda daniel dengan menyenggol bahu daniel terus menerus

"Berisik,aku ingin konsul lagi. Gimana matanya? Apa sudah baik baik saja?" Tanya daniel,ia memegangi bahu Rifia perlahan.

Ratra menoleh ke arah Rifia,ia menatap kedua bola mata Rifia dengan lekat.

"Kurasa sudah,soalnya matanya sudah tidak merah lagi" Kata Ratra, yang membuat Rifia menghela nafas lega

"Di pakai secara rutin kan obat tetes mata dan salepnya?" Ucap Ratra memastikan.

Rifia menganggukkan kepala

"Iya,aku memakainya secara rutin" Jelasnya

"Baguslah,pintar sekali pasienku satu ini" Kata Ratra mengusap kepala Rifia dengan lembut.

"Ngapain kau?" Tanya daniel ia menatap Ratra dengan sorot mata yang tajam

"Mengusap kepalanya,dia anak yang pintar dan aku menyukai nya" puji Ratra yang sontak membuat Rifia tersipu malu.

Daniel mendenguskan nafas berat,ia menarik tangan Rifia dengan sangat kasar.

"Waktu konsul sudah habis, ayo kita pulang" Ujar daniel,ia berbicara sambil tidak menoleh kearah Rifia.

Rifia mencebikkan bibirnya,"Kau ini kenapa?" Tanya Rifia bingung ketika melihat daniel berbicara tetapi tidak menoleh padanya.

Daniel meremas tangan Rifia yang telah ia genggam sedari tadi

"Tidak ada sih" Sahutnya singkat.

"Masa? Kau cemburu ya?" Tanya Rifia sembari menatap daniel dengan menaik turunkan alisnya.

"Apasih kau ini" Daniel melepaskan genggaman tangannya dengan kasar.

"Aku mau bertemu dengan Irene" Imbuh Daniel

"Terserah" Sahut Rifia sembari berlalu lebih dahulu dan meninggalkan Daniel duluan

"Kau tau jalan pulang kan?? " Tanya Daniel kepada Rifia, namun Rifia tidak menjawab pertanyaan Daniel, ia malah sibuk berjalan menjauh dari Daniel.

--

To be continued!
Jangan lupa voment❤️

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang