Taehyung mendecih sebal. "Halah, bilang aja gengsi!" tangannya mengangkat sendoknya yang tadi ia taruh, mengarahkannya ke arah Jeongguk dengan tangan satunya menadahi sendok dari bawah, takut-takut ada nasi yang jatuh.

"Ayo, buka mulut." perintah Taehyung. Jeongguk memperhatikan wajah Taehyung yang entah kenapa menurut Jeongguk semakin cantik.

Jeongguk lama terdiam menatap Taehyung, membuat Taehyung berdeham sebentar dengan wajah yang sedikit memerah karena Jeongguk yang tak berhenti menatapnya.

"J-Jeongguk, tolong buka mulut, please. Tangan gue capek." ujar Taehyung.

Lucu, pikirnya.

"Kan gue gak minta disuapin." balas Jeongguk datar.

Mendengar suara Jeongguk yang datar, Taehyung memerah, buru-buru menaruh sendoknya kembali dengan menunduk, merasa malu dengan tindakannya.

Ngapain ia tadi pakai segala mau suapin Jeongguk?!

Jeongguk mengulum senyum dalam diam. Ia tahu pasti Taehyung merasa malu karena ingin menyuapinya. Jeongguk tak masalah kok, disuapi Taehyung. Lagipula ia tadi hanya bercanda.

Jeongguk menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Taehyung, "Tae." panggilnya lembut.

Taehyung menahan napas beberapa saat.

"Gak usah malu. Sini suapin." kata Jeongguk.

Blush!

Taehyung mendongak menatap Jeongguk yang masih menatapnya lembut. "Ayo, suapin."

Taehyung berniat melepaskan tangannya yang dipegang Jeongguk untuk menyendokkan nasi tapi ditahan oleh lelaki bergigi kelinci tersebut. Sehingga mau tak mau Taehyung menyendokkan nasi untuk Jeongguk dengan tangan yang masih digenggam Jeongguk.

Jeongguk mengunyah makanannya dengan menopang dagu sekalian menatap Taehyung yang kini menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Tangan Taehyung masih setia digenggam Jeongguk.

"Tae."

"Ke-kenapa?" tanya Taehyung. Duh, kenapa ia jadi gugup lagi sih?! Padahal tadi ia sudah berusaha biasa saja bertingkah didepan Jeongguk!

"Hewan apa yang namanya bisa berubah?" tanya Jeongguk.

Taehyung mengerutkan kening sebentar. "Eung—ayam?"

"Kenapa ayam?"

"Karena kalo udah digoreng namanya ayam goreng, di bakar namanya ayam bakar, eh—iya kan? Bener?" tanya Taehyung sambil mengerjapkan matanya.

Jeongguk tertunduk sebentar karena tertawa pelan. Mengangkat kepalanya lagi untuk menatap Taehyung. "Haha, bukan. Apa coba?"

"Kambing?"

"Kenapa kambing?"

"Ya—kan kalo di tusuk namanya jadi sate, di gulai jadi gulai kambing, bisa ganti juga jadi kambing guling." Taehyung terdiam sebentar, memegang perut tummy-nya, "Duh, jadi pengen sate."

Jeongguk makin gemas dengan Taehyung. Tangan yang tadi ia gunakan sebagai penopang dagu ia gerakkan untuk mengusak rambut Taehyung pelan. "Salah."

Taehyung memiringkan kepalanya sedikit, "Jadi—apa?"

Jeongguk tertawa pelan. "Mau tau?"

"Yaiyalah. Kepo." jawab Taehyung cepat.

"Jawabannya kepiting."

Taehyung bingung. "Kenapa kepiting?"

"Karena kalo udah dipotong namanya jadi kepotong."

Taehyung tertawa pelan. Biarpun garing, Taehyung tahu Jeongguk berusaha membuatnya tertawa. Lagipula ia tidak terpaksa kok. Jeongguk sendiri ikut tertawa pelan.

Taehyung melanjutkan suapannya ke Jeongguk. Jeongguk yang disuapi Taehyung terus mengajak Taehyung berdiskusi untuk mengisi keheningan dan mencoba menghilangkan rasa canggung diantara mereka.

"Hoy! Hoy! Hoy!"

Suara Yugyeom yang nyaring itu membuat Taehyung dan Jeongguk menoleh, menatap Yugyeom yang melangkah mendekat ke arah mereka berdua.

"Apaan?" tanya Jeongguk.

"Hoy—tayo, hoy tayo, dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, tayo selalu senang~" lanjut Yugyeom yang bernyanyi kenudian tertawa nyaring.

Jeongguk memutar bola matanya malas, sedangkan Taehyung tertawa.

"Garing goblok." kata Jeongguk datar.

Yugyeom nyengir. "Bodo amat ya, njing."

Jeongguk tak memedulikan Yugyeom, lanjut mengobrol dengan Taehyung sambil sesekali menerima suapan nasi dari Taehyung.

"Aduh~ mas Jeongguk udah main suap-suapan aja, nih. Genit ya~" goda Yugyeom sambil mencolek lengan Jeongguk jahil.

Jeongguk menepis tangan Yugyeom. "Geli bego." kemudian sibuk lagi dengan Taehyung. Membiarkan Yugyeom jadi obat nyamuk.

Yugyeom memperhatikan interaksi keduanya dengan mengulum senyum tipis.

"Oy, Guk."

"Guk."

"Guk."

"Hely—guk guk guk!"

Taehyung cemberut karena Yugyeom sedari tadi ribut memanggil Jeongguk. "Yugyeom, jangan disini~ gue mau diskusi dulu sama Jeongguk."

Yugyeom agak syok karena Taehyung merengek hanya karena ingin diskusi sama Jeongguk.

Jeongguk menoleh ke Yugyeom sambil menyeringai tipis. "Pergi lo." ujarnya datar.

Yugyeom dongkol.

Lah ini kelasnya dia.

Bangku yang diduduki Jeongguk juga bangkunya dia.

Kenapa dia yang diusir?

Sebelum kedua orang tersebut meneruskan percakapan mereka, tangan Yugyeom berada di tengah keduanya hingga membuat kedua orang tersebut menghentikan obrolan mereka. Kepalanya menoleh ke Jeongguk sambil tersenyum tipis, menyeringai, "Tidak semudah itu, Ferguso."

Jeongguk menepis tangan Yugyeom. "Minggir jir."

"Tidak bisa, Antonio. Harusnya gue yang ngusir lo, karna itu bangku gue yang lo tarik buat lo dudukin." Yugyeom menarik-narik badan Jeongguk untuk segera pergi.

Jeongguk membalas perkataan Yugyeom, "Lo gak bisa ngusir gue, Sumanto." ujarnya menahan tangan Yugyeom yang menariknya. "Soalnya Tae nya aja gak masalah gue disini."

"Apa kau yakin, Esmeralda?"

"Iya lah."

Yugyeom memasang wajah memenya. "Aku tahu kau berbohong, Danielo."

Taehyung yang sedari tadi memperhatikan percakapan keduanya hanya bisa tertawa.

Teng! Teng!
It's time to begin the 7th lesson.

Jeongguk yang mendengar itu mendengus, sedangkan Yugyeom menyeringai lebar.

Jeongguk berdiri, beranjak untuk pergi ke kelasnya. "Gue balik, Tae." pesannya sambil tersenyum tipis sebelum kemudian menatap sengit Yugyeom yang tersenyum lebar.

Yugyeom menepuk pundak Jeongguk sebentar, "Kenapa, kapten Frederick? Gak mau ninggalin Anne Elliotnya?" goda Yugyeom.

Jeongguk sedikit memerah. "Sialan." umpatnya pada Yugyeom kemudian pergi keluar dari kelas Taehyung.

Next?

gengsi!Where stories live. Discover now