9

8.8K 1.2K 47
                                    

Taehyung duduk di halte dengan tangan yang memegang satu cone es krim stroberi. Somi yang duduk di sebelahnya juga ikut memakan es krim, namun dengan rasa cokelat.

Menunggu jemputan setelah mereka asik berbelanja novel sebanyak-banyaknya.

"Bangcan?" Somi memanggilnya. Taehyung menoleh dengan es krim yang masih sibuk dijilati.

"Bangcan—masih sayang Bang Guk?" tanya Somi pelan.

Taehyung menghentikan kegiatan memakan es krimnya. Matanya tertuju ke jalan raya. Melihat mobil yang berlalu lalang di sore hari menjelang petang.

Sayang?

"I don't know, Som. Gue gak tau gue cuma suka atau udah tahap sayang sama dia." jawab Taehyung jujur.

Karena memang ia sendiri tak bisa membaca perasaannya.

Ada kalanya ia merasa deg-degan dan juga panik setengah mati, memikirkan Jeongguk, dan lainnya.

Tapi, ada kalanya juga ia sibuk memperbaiki diri, menambah prestasi, bahkan mencari kebahagiaan sendiri.

Karena Taehyung mulai berpikir, kebahagiaan dia belum tentu hanya karena Jeongguk. Jika suatu saat nanti Jeongguk sudah tidak ada, atau sudah dengan yang lain, lantas, apa Taehyung kehilangan kebahagiaannya?

Maka dari itu, Taehyung dari kemarin berusaha mengalihkan perhatiannya dan juga pikirannya tentang Jeongguk dengan mengikuti banyak kegiatan. Bimbingan belajar, ekskul, dan kegiatan lain yang benar-benar membuat Taehyung merasa bahagia.

Setidaknya, jika nanti Taehyung tidak bisa memiliki Jeongguk, atau tidak dengan Jeongguk, maka Taehyung tidak akan kehilangan kebahagiaan.

"Bangcan, kalau misal, Somi minta Bangcan jadi sama Bang Guk, gimana?"

Somi bisa melihat senyuman tipis dari Taehyung. "Ya gak papa. Itu haknya Somi. Lagipula, kalaupun Somi maunya begitu, belum tentu gue atau Jeongguk sama-sama mau. Gue disini bukan pihak yang bener-bener ngebet buat milikin Jeongguk. Gue suka bukan berarti gue harus sama dia. Bukan, Som. Kalau begitu, namanya obsesi, ambisi. Gue juga bukan gak terima Jeongguk yang sekarang, tapi gue juga mau liat dulu, Jeongguk bener-bener pantas buat gue perjuangin apa enggak. Disini gue berusaha mau memperbaiki diri, apa Jeongguk udah begitu atau enggak? Banyak aspek yang mesti dipertimbangkan, Som. Gak cuma sama-sama suka langsung jadi. Gak sesimpel itu. Diliat dulu, orang yang kita suka, yang kita cinta, pantas buat diperjuangkan apa enggak. Worth it apa enggak. Ribet, Som, masalah beginian. Terutama gue yang gak mau sama orang sembarangan." Tawa kecil terdengar dari bibir Taehyung.

"Orang sembarangan maksudnya gimana, Bangcan?" tanya Somi bingung.

"Gue tuh orangnya ribet, Som. Gue galak, childish, ceroboh, susah ketebak. Gak heran sampe sekarang banyak cewe ataupun cowo yang susah tahan sama sifat gue yang begini. Temen aja lo tau sendiri, gue temenan sama Irene gak lama, yang betah sama gue cuma Yugyeom, Jimin, sama lo. Makanya gue gak mau sama sembarangan orang karena gue cari orang yang tahan sama sifat gue yang begini. Ya gue juga berusaha berubah. Gue suka cowo yang punya visi misi hidup tuh jelas. Gue suka cowo yang bisa diajak diskusi bareng, nuntun gue yang childish gini. Intinya, gue suka cowo yang punya pemikiran dewasa dan juga cerdas." jelasnya lagi. Kemudian ia tertawa. "—gue ngomong gini rasa kek mau cari suami aja, njir."

Somi tercengang.

Gila.

Harusnya tadi ia rekam perkataan Taehyung lalu ia perdengarkan ke Abangnya. Biar Bang Guknya itu tahu kalau Taehyung benar-benar pantas jika dengan Jeongguk.

"Bangcan kan suka sama Bang Guk, gak mau pacaran?" tanya Somi lagi.

Kali ini—ia tak lupa menyalakan voice recorder di ponselnya.

Tentu saja, tanpa sepengetahuan Taehyung.

Biarlah, selagi menunggu Bang Guknya datang menjemput, ia mencari tahu lebih banyak tentang sudut pandang Taehyung mengenai hubungan Taehyung sendiri dengan Bang Guknya.

Taehyung menghabiskan es krimnya, menyeka sebentar mulutnya yang bernoda es krim dengan tisu.

"Gini, Som, pacaran itu kan—gimana ya, menurut gue gak penting-penting amat. Menurut gue loh ya. Karena gini, buat apa sih pacaran? Buat gengsi-gengsian biar keren? Biar ada status jadi kalau cemburu ada alasannya? Enggak. Pacaran itu, menurut gue, buang-buang waktu, gak guna. Waktu yang lo pake buat pacaran bisa lo pake buat belajar, buat hal-hal positif lainnya yang bisa bikin lo jadi orang. Bukannya gue nge-judge orang yang pacaran loh ya. Lagian, beberapa orang malah sering bilang, masa pedekate lebih greget dibanding pacaran. Berarti pas pacaran ngebosenin. Ya iya menurut gue. Toh juga apa sih, kegiatan pacaran, gak jauh-jauh dari jalan bareng, ngasih surprise, yada yada yada. Dan belum tentu juga, orang yang pacaran sama kita bakal jadi sama kita dan mau diajak berkomitmen dan juga serius, kan? Jadi ya udah, gue tetep pada prinsip gue, gak bakalan pacaran sampe ada orang yang bener-bener serius sama gue. Mending kalau emang bener-bener cinta dan serius, langsung aja lamar. Gak perlu janji manis tapi palsu. Hidup butuh tindakan, gak cuma sekadar omongan." jelas Taehyung panjang lebar.

Somi tersenyum puas.

Ini nih, yang gue cari tuh model begini!

Dan inilah yang membuat Somi ngebet setengah mati menjadikan Taehyung sebagai pasangan —kalo bisa seumur hidup—Abangnya, Taehyung itu tak tertebak. Somi sampai sekarang masih belum bisa menebak isi pikiran Taehyung.

Makanya jangan tanya kenapa Somi kaget setengah mati dengar Taehyung bisa bijak dan dewasa tadi.

Tiba-tiba sekali.

Padahal tadi di kantin masih merengek-rengek dan malu karena Jeongguk.

Wah.

Nanti ia akan perdengarkan rekaman itu pada Mamanya. Biar Mamanya tahu kalau Taehyung sosok yang tepat untuk Abangnya. Cocok untuk menjadi mantu bagi Mamanya, dan kakak ipar baginya.

"Emm... Bangcan, sebenarnya Somi penasaran, kenapa Abang tau Bang Guk bisa nyanyi? Pernah nyanyi bareng?" tanya Somi jahil.

Voice recorder masih menyala.

Taehyung merona.

Ia tersenyum lebar dengan kepala menengadah ke langit. Mengingat kenangan manis itu.

"Ah, itu—"

"Dek!" panggil Jeongguk setengah berteriak. Membuat Taehyung menatap ke arah Jeongguk.

Sejenak mereka bertatapan satu sama lain.

Jeongguk duduk diatas jok motor dan menggunakan helm berwarna hitam. Setelannya hari ini sungguh stylish, memakai jaket kulit, dan juga kaos hitam yang dipadukan dengan jeans.

Taehyung mengalihkan pandangannya dari sana.

Takut tak kuat dan malah makin naksir Jeongguk.

Takut blingsatan aku, Mak.

Somi mendengus, matanya langsung mendelik ke arah Abangnya yang merusak suasana.

"Lanjut aja, Bangcan." kata Somi. Menghiraukan Jeongguk.

Taehyung tertawa. Berdiri dengan menepuk-nepuk celana sekolahnya sebentar. "Udah, pulang sana. Nanti gue lanjutin kapan-kapan. Tuh, si Guguk udah nunggu."

Somi merengut. "Tapi kepo, Bangcan!"

Taehyung tertawa. Kepalanya menoleh begitu mendengar klakson motor Mamanya.

"Ah, gue juga udah dijemput. Dah ya, gue pulang. Kapan-kapan jalan lagi. Bye~"

Melihat punggung Taehyung yang semakin menjauh, Somi tersenyum jahil sambil melirik Abangnya.

"BANGCAN, BANG GUK MERHATIIN BANG CAN LOH!!! BANG GUK BILANG HATI-HATI!!" teriak Somi.

Membuat Jeongguk yang berada diatas motor langsung kalang kabut turun dan menggeret Somi untuk pulang. Sedang Baekhyun—Mama Taehyung tersenyum jahil sambil menatap anaknya yang memerah malu.

"Jeon Jeongguk? Yang fotonya kamu pajang di jurnal kan?"

Dan Taehyung menyesal menaruh buku jurnalnya sembarangan.

Next?

gengsi!Where stories live. Discover now