20

8K 1K 73
                                    

Memang, kalau sudah dekat, punya hak?

Punya hak buat cemburu?

Punya hak buat marah kalo dia dekat dengan yang lain?

Memangnya kamu siapa?

Haha.

Taehyung tertawa pelan. Menaruh ponselnya asal. Kepalanya ia baringkan diatas tumpukan lenggannya diatas meja. Menatap dinding sebelah kursinya.

Tatapan matanya kosong. Otaknya dipenuhi dengan berbagai macam pikiran.

Memang kamu siapa, Tae?

Siapa?

Siapanya Jeongguk?

Hanya teman diskusi saja kan?

Kilas balik, tadi saat jam istirahat kedua, Taehyung sibuk membaca novel di depan koridor kelas, karena kelasnya luar biasa ribut. Menyetel lagu dengan speaker dan volume nyaring. Ditambah pintu kelas ditutup, membuat kelas Taehyung berasa diskotik.

Makanya Taehyung memilih didepan kelas saja, duduk dengan santai dan membaca novel sendirian lebih baik. Meskipun tak jarang Taehyung ikut ajeb-ajeban di kelas.

Lelah membaca, Taehyung mengalihkan pandangannya ke lapangan. Seperti biasa, disana ada Jeongguk dan teman-temannya. Minus Yugyeom—sibuk berpacaran dengan Bambam.

Taehyung memperhatikan sosok Jeongguk yang berlari dengan lincah kesana-kemari membawa bola oranye tersebut ditangannya kemudian melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring. Baju batik sekolahnya terkibar angin kala melompat, membuat ketampanan Jeongguk bertambah.

Belum lagi, kancing seragam batik Jeongguk sengaja dibuka, memperlihatkan kaos dalaman tipis berwarna hitam.

Sudah, Taehyung rasanya ingin menggeliat seperti ikan di tanah.

Sesekali ia tersenyum melihat Jeongguk berhasil mencetak skor. Terselip rasa bangga di hatinya.

"JEONGGUK!!!"

Suara teriakan itu tak hanya membuat si empunya nama menoleh, tapi juga Taehyung. Seorang gadis berlari ke arah Jeongguk dan teman-temannya. Taehyung tak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena matanya yang rabun jauh. Rungunya juga tak bisa mendengar percakapan kedua orang yang tak lepas dari tatapan Taehyung.

Terlalu jauh jarak antara koridor kelas Taehyung dan lapangan.

Tapi dari yang Taehyung lihat, gadis itu bermain basket dengan Jeongguk pada akhirnya. Taehyung tak tahu apa yang mereka bicarakan sehingga mereka berujung bermain basket hanya berdua. Sedang teman basket Jeongguk yang lain duduk di pinggir lapangan. Nongkrong.

Melihat bagaimana Jeongguk tersenyum saat gadis itu merebut bola darinya membuat Taehyung sakit.

Ah, apa Jeongguk ingin punya pasangan yang lihai bermain basket juga?

Apa ia harus mempelajari soal basket sekarang?

Tapi, ia—tak suka.

Dan saat Jeongguk memeluk gadis itu dari belakang untuk merebut bola basket, Taehyung menutupi wajahnya dengan novel yang ia pegang. Tersenyum tipis—pahit sambil memejamkan mata. Berusaha menenangkan hatinya dengan menarik napas dalam. Mencegah turunnya air mata.

Setelah dirasa cukup tenang, Taehyung beranjak masuk ke kelas. Tak ingin menoleh ke belakang lagi, melihat kejadian selanjutnya.

Tak sanggup.

Begitu masuk kelas, keadaan kelasnya masih sama, ribut. Taehyung tak ambil pusing, segera ia duduk di tempatnya dan membaca novel. Sekadar alibi padahal pikirannya kosong. Tak tertuju pada novel yang ia baca. Pikirannya melalang buana entah kemana.

Berulang kali ia menanyakan pada dirinya sendiri.

Yang kemarin-kemarin itu apa Jeongguk?

Bilangnya, sudah mulai berpindah?

Ah, kan baru mulai.

Pantas saja.

Padahal tadi saat istirahat pertama, mereka masih sama. Makan bekal bersama kemudian mendiskusikan berbagai macam hal.

Lalu yang tadi apa?

Kenapa juga hati Taehyung berdenyut sakit?

Itu hak Jeongguk dekat dengan siapa saja. Suka dengan siapa saja. Bahkan berpacaran dengan siapa saja.

Itu hak Jeongguk.

Kalau sudah begitu, ia bisa apa?

Apa yang harus ia lakukan?

Ia jelas tak bisa mengendalikan perasaan Jeongguk.

Memejamkan mata seraya menarik napas dalam, Taehyung mensugestikan kalimat-kalimat positif di otaknya. Menenangkan pikiran. Mengingatkan dirinya untuk tidak bertingkah kekanakan.

Lalu, kembali pada kegiatan awal. Membaringkan kepalanya diatas tumpukan lengan setelah memainkan ponselnya sejenak.

Gak usah dipikirin, Tae.

Gak usah dipikirin, gak penting.

Kuat, Taehyung, kuat.

Sudah janji sama diri sendiri gak bakal nangisin Jeongguk, kan?

Kuat, Taehyung!

Meskipun begitu, tetap saja, dengan kurang ajarnya bulir air mata mengalir ke pipinya. Tanpa suara. Tanpa seorang pun tahu.

Taehyung menangis lagi.

Melanggar janjinya sendiri.

Next?

gengsi!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें