Ujian atau Rezki?

Start from the beginning
                                    

"Hmmm, nape? Ada yang salah?" Jawab Risma malas, pasalnya Dita baru saja memotong ucapannya.

"Sejak kapan lo jadi kayak ibu-ibu gini? Ihhh mau ngaji lo?" Ucap Dita seperti sebuah ledekan dengan tawanya yang besar.

Risma membuang nafasnya kasar, hal seperti ini yang paling ia jengkeli ketika bertemu dengan teman lamanya, terlebih pada cewek satu ini yang sebenarnya ia tidak suka karena mulutnya yang terlampau ringan.

"Nah elo mau kemana? Otw neraka lo? Pakain robek-robek gitu," balas Risma tak mau kalah
"Astagaaa lupaa, lo kan gembel yha? Aduuh kasian, mau gue kasih baju bekas gue?" Lanjutnya membuat Dita ingin sekali menarik jilbab Risma.

"Udah-udah, lo berdua kekanak-kanakan banget sih. Kita tuh disini mau have fun, tahu" kata Gilang menengahi.

"Tahu ni lo berdua, gue undang kesini buat quality time bukan malah jambak-jambakan" sambung Naya.

"Tuh temen lo yang mulai!" cerocos Risma menatap sinis ke arah Dita.

"Rismaaa" kode Gilang dan Naya.

"Iyaiyaaa" jawabnya judes.

"Sini, ikut gue" ucap Naya memimpin teman-temannya untuk masuk dalam tenda putih yang berada di taman tersebut.

Setelah itu, mereka semua bersenda gurau. Ada yang bakar ayam, menyanyi di panggung kecil yang telah disediakan, bercerita dan sebagainya.

"Nay, ini makannya kapan sih? Gue mau pulang soalnya," tanya Risma, pasalnya sudah pukul 10 malam.

"Ayamnya belum jadi lho!"

"Buru-buru amat lo, Ma" kata Iwan

"udah malem tahu" jawab Risma cemberut.

"Masih tempo kali Maaa, santai aja lagi" cerocos Aryan

"Ikutin aja sampe selesai, nanti gue temenin lo pulang, oke?" Kata Gilang. Lagi, dan lagi ia kembali merangkul bahu Risma.

"Ikhss, Lang. Apa-apaan sih lo!" teriak Risma yang emosinya berhasil terundang. Ini sudah kesekian kalinya Gilang melakukan hal yang sama sejak tadi.

"Gue kan udah bilang, kita tuh bukan muhrim jadi stop buat rangkul-rangkul gue lagi" bentak Risma.

"Aduh, gue lupa" respon Gilang dengan ekspresinya yang datar bagai aspal baru.

"Lupa juga nggak sesering itu kali, Lang!" Pekik Risma.

"Santai aja kali, Ma. Gue juga kan udah minta maaf."

"Alaah bilang aja lo mau yang lebih kan?" Cerocos Dita, kembali membuat suasana semakin panas.

"Husst, Dita!" Kata Iwan

"Jaga yha mulut lo!"

"Nggak usa sok suci deh lo, Ma. Dulu aja Gilang ngerangkul elo, lo biasa aja tuh," sambung Dita.

"Baru aja make jilbab lebar, udah sosoan suci. Basi!" Lanjutnya lagi membuat suasana menjadi lebih menegangkan.

"Duluuu aja, buka lepas jilbab, pakaian terbuka, dirangkul nggak masalah, tangannya dipegang mau-mau aja, nah sekarang disentuh dikit udah marah, sok suci banget." Ucap lagi Dita. Mulutnya memang tidak bisa pernah berhenti untuk merendahkan orang lain.

Teman-temannya yang lain mulai panik, takit jika kedua gadis ini akan bertengkar hebat. Sementara Iwan, sedang berusaha menutup mulut Dita dengan kain dan berusaha membuatnya untuk tidak bicara lagi.

Sementara Risma, ia memilihi diam. Untuk apa ia membela diri, toh apa yang dikatakan Dita benar semua. Bahwa dulu, ia pernah bongkar pasang jilbab, memamerkan auratnya, bergendengan tangan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya. Jika itu benar, pantaskah ia untuk marah?

"Nay, gue pulang deluan yha" izin Risma. Ia berhasil mengontrol emosinya agar tidak terluapkan.

"Pulang sana lo, sekalian ngadu sama temen-temen lo yang ninja-ninja dan aliran sesat itu."

"Ditaaa!" Bentak Iwan.

Risma sudah tidak bisa berdiam diri lagi.

"Woy lo, lahir dari manusia bukan sih? Nggak pernah diajar ngomong baik, iya? Orang tua lo pasti malu punya anak yang perlakuannya nggak jauh beda sama hewan!" Ucap Risma penuh penekanan di kata-kata tertentu, meskipun dengan intonasi yang tidak begitu besar tapi mampu membuat teman-temannya merasa tegang dan ngeri.

"Risma, nggak usa berlebihan gitu kali. Lo juga Dit, tuh mulut gue kasih lombo juga lama-lama." Ucap Gilang, niat ingin menengahi.

"Berlebihan kata lo? Gue tanya kalau agama lo diinjak-injak, dikatain aliran sesat, suka nggak lo?" Pekik Risma, kali ini tertuju pada Gilang.

"Ma..ma, udah..udah gue minta maaf sama apa yang barusan terjadi. Gue minta maaf." Ujar Naya sudah terlihat panik. Ia juga bingung harus memihak pada siapa.

"Nggak Nay, bukan lo yang salah. Gue yang bodoh kenapa harus datang disini lagi," Risma menjeda kalimatnya.

"Gue minta maaf sama lo semua kalau gue punya salah, dan kalo gue punya salah nantinya jangan pernah nyalahin agama gue atau bawa-bawa masa lalu gue. Karena kalau itu sampai terjadi, maaf mungkin kita akan jadi lawan," ucap Risma memperjelas. Suaranya mulai serak karena ia berusaha mengontrol marah dan tangisnya.

"Rismaa, jangan gitu dong"

"Setelah ini, gue minta maaf karena gue nggak bakalan ikut ngumpul lagi daan, anggap aja kita nggak pernah kenal!" Tutup Risma, kemudian berlari menuju tempat ia parkir motornya tadi.

Ia menyesal kenapa harus datang disini, kenapa ia tidak menolak saja ketika diajak, atau mencari alasan agar ia tidak diminta untuk datang. Namun percuma menyesalinya, semuanya sudah terjadi.

Mungkin, ini adalah takdirnya, untuk dipisahkan dari teman-teman yang membuatnya lupa pada kewajibannya pada Allah dan lupa siapa sang maha pencipta.

Bagi Risma, ini mungkin sebuah ujian dari Allah karena ia harus berpisah dengan teman-temannya yang dulu pernah bahagia dengannya, namun ini adalah rezeki untuknya karena Allah tahu, mana teman yang pantas untuk perjalanan hijrahnya.

Votenya yhaa😊.

Wassalamu'alaikum.

Pejuang Cinta Allah.Where stories live. Discover now