"Terus oleh-oleh buat kita mana, nggak mungkin kan lo lupa," suara yang keluar dari mulut Thalia sontak membuat Lolita tersadar dari lamunannya.

"Ya ampun gue lupa bawa. Lo berdua pulang sekolah ke rumah gue aja. Tenang, buat kalian itu khusus dan istimewa udah gue siapin secara terpisah dan spesial," ucap Lolita menggebu-gebu.

"Sudah gue duga," ujar Thalia pelan.

"Hehe, sorry gue nggak inget beneran deh," kata Lolita sambil mengangkat tangan dan jarinya yang membentuk huruf V.

"Loli lo tau nggak? Gue bersyukur banget lo cepet balik dari Jepang, soalnya gue ada teman ngobrol," kata Miya.

"Lah kan ada Thalia, gila lo masa sahabat sendiri gak di anggap."

"Lo gak tau aja kalau dia itu makin hari makin suka nge-game."

"Wajar lah, pacarnya juga gamers pasti dia juga gak mau kalah dong, kalau gak gitu yang ada harus extra sabar dia di cuekin terus."

"Terima kasih Loli sudah mendukung, lo emang yang terbaik," ucap Thalia dengan senyum lebarnya.

"Iya iya gue tau, lo ngebela Thalia karena lo suka sama temen pacarnya dia kan?" tanya Miya tak suka, pasalnya Lolita itu termasuk cewek yang selalu berjuang buat ngedapetin apa yang dia mau, termasuk cowok salah satunya. Sudah hampir tiga tahun Lolita mengagumi sosok tersebut.

"Ish, gue malu kalau ketahuan lagi suka sama cowok," gerak tubuh Lolita seolah menggambarkan bahwa dia memang masih sedang kasmaran sampai saat ini. Miya yang melihatnyapun hanya mencibir pelan.

Thalia? Kalau dia sudah kembali ke dalam kesenangannya. Bermain game tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar. Susah memang jika sudah kecanduan seperti itu, tidak main sebentar saja rasanya tangan sudah panas ingin mengalahkan musuh.

Raut muka Miya menjadi kusut dan muram, bukannya mendapat teman mengobrol malah dia benar-benar tidak punya teman mengobrol, sahabatnya itu sudah sibuk dengan dunianya masing-masing. Thalia dengan game dan pacarnya, sedangkan Lolita dengan imajinasi dan khayalannya, khayalan menjalin hubungan dengan gebetannya.

Susah memang jika situasi sudah seperti ini, dia kira kepulangan Lolita dari jepang bisa mengusir suasana sepi diantara Miya dan Thalia, juga bisa melupakan sosok laki-laki yang selalu memenuhi pikiran Lolita. Tapi ternyata dugaan itu salah, suasana sepi masih tercipta diantara mereka juga perasaan Lolita untuk cowok itu tidak berubah, malah makin menjadi.

Di sela lamunan Miya yang mencoba menikmati kesepian dibalik keramaian, tanpa dia sadari sebuah lengan melingkar di pundaknya dan sebuah lengan lagi mengusap puncak kepalanya.

"Gue nggak mungkin ninggalin sahabat gue yang selalu setia nemenin gue dalam keadaan apapun. Lo bahkan nggak pernah ngeluh meskipun sering gue cuekin karrna gue lebih memilih game, ya terkadang lo pun suka ngedumel nggak jelas," ucap Thalia sambil melingkarkan tangannya di pundak Thalia lalu melebarkan senyumannya dan memeluknya erat-erat. Dia sengaja menghentikan permainannya ketika melihat salah satu sahabatnya termenung di sudut meja.

"Meskipun gue baru kenal lo waktu awal MOS, gue gak mungkin setega itu ngebiarin lo sendirian. Ya terkadang gue selalu sibuk mikirin gebetan gue yang gak dapet-dapet itu. Lo emang nggak ada di pikiran gue, tapi lo selalu ada di hati gue," tambah Lolita yang sedari tadi mengusap lembut kepala Miya dan sekarang berganti menjadi memeluknya erat-erat.

Cairan bening di kelopak mata Miya tak bisa terbendung lagi, segelincir cairan itupun lolos melalui pipi mulus Miya. Bukan tanda kesedihan, melainkan tanda kebahagiaan. "Gue gak nyesel punya sahabat kayak kalian," ucap Miya di sela-sela tangisannya.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now