[4] Bagian Empat

165 28 21
                                    

Vote sebulum membaca, dan komentar setelahnya. Happy Reading.

→ Perkelahian ←

Kita saling berbincang dibalik telfon masing-masing. Kau menceritakan harimu begitu pun denganku. Kita tertawa bersama kala lelucon hadir menyelimuti. Waktu terus berputar menyadarkan kita jika percakapan ini harus segera berakhir. Kau mengucapkan selamat malam, aku tersenyum senang. Kita sama-sama tidak ingin mengakhirinya.

Begitulah yang terjadi setiap malam.
Kita selalu larut dalam rindu.

→ C.L.B.K ←

Memaknai hal yang terjadi setiap hari memang terlalu sulit, dia terjadi tanpa bisa kita cegah. Pertemuan lalu perpisahan, dua momen yang sama-sama bisa membahagiakan atau justru sebaliknya. Tidak ada yang bisa menebak-nebak alur kisahnya, ini bukan tentang hidup dalam dunia fiksi, dongeng, atau hal tidak nyata lain dalam sebuah karya tulis. Ini kehidupan nyata, harus dijalani, dan akan tetap berjalan dengan seharusnya.

Milonna menenggelamkan wajahnya gusar pada novel bergenre fantasy dimeja, dia mengantuk, bosan, dan pikirannya terlalu kalut. Menikmati alur kehidupannya yang sepi seperti ini sungguh sulit, tidak ada semangat, gairah, bahkan dia sudah tidak peduli dengan penampilannya yang berantakan.

Jam kosong selalu membuat suasana kelas rusuh tak terkendali, ada yang bergosip, jajan, menonton video berjama'ah, dan masih banyak kegiatan lain. Sedangkan Milonna hanya memejamkan mata tanpa gairah, sungguh menyedihkan. Aneska memainkan kuku jarinya sambil bersenandung kecil, betapa indahnya jariku ~ kekehnya dalam hati.

Mirza memakai earphone di telinganya, kepalanya mangut-mangut sok asik menikmati alunan lagu why don't we - Invitation, liriknya yang segar membuatnya lupa dengan nama Milonna yang selalu singgah di otak. Ternyata sedari tadi Mirza terus memperhatikan sosok Milonna yang kusut bak nenek lampir belum sisiran. Tapi masih terlihat manis, hanya saja Mirza sedikit sedih melihatnya.

"WOY ADA YANG HEBOH! BURUAN KE LAPANGAN!!"

Tiba-tiba seorang siswa yang baru saja dari toilet menggebrak pintu tanpa nyelow, lalu berteriak lantang untuk menarik perhatian seluruh isi kelas. Dan sukses semuanya menatap cowok itu penuh tanya, terutama ketua kelas berkacamata bingkai hitam itu. Tangannya yang asik mencatat sontak berhenti dan berkata. "Ada apa sih? Buat kaget saja, yang lain sedang belajar. "

Cowok di pintu itu mengedar ke segala arah, mengkonfirmasi ucapan ketua kelas yang bernama Adit. Tapi dia heran 'sedang belajar' yang Adit maksud itu siapa? Semuanya terlihat sedang sibuk dengan urusan masing-masing tanpa buku pelajaran didepan mereka.

"Kenapa sih Ga? Ada apa di lapangan?"

Anna ikut bersuara, lalu cowok bernama Arga itu mengatur deru napasnya terlebih dahulu sebelum kembali bersuara. "Itu, hah, hah, ada siswa berantem gara-gara cewek, kacau parah! Mereka saling tonjok!"

Anna memekik bosan, yaiyalah saling tonjok namanya juga berantem.

"Wah seru tuh, cabut nonton yuk.. " bisik-bisik siswa ke teman-temannya.

"Yang lebih WAW nya lagi, cewek yang mereka rebutin itu ada di kelas ini. Dia orangnya!" Arga menunjuk Milonna yang masih terlelap diatas novel bersampul biru. Dia tidak sadar jika kini seluruh pasang mata sedang mengintimidasinya.

ERASEWhere stories live. Discover now