❤ (Bagian 21)

En başından başla
                                    

"Grandma....I miss youuuuu...." Namjoon berucap sambil terus memeluk neneknya, menggoyang-goyangkan tubuh sang nenek.

"YAK NAMJOON! AKU TIDAK BISA BERNAFAS. LEPAS! DASAR MANJA!" PLAK satu jitakkan dikepala mendarat di atas kepala Namjoon.

"Yak..sakit Grandma!" Namjoon melepaskan pelukkannya dan mengusap-usap kepala bekas jitakkan itu.

Seokjin tertawa geli sedangkan nyonya Kim hanya menggeleng. Keluarga besar telah berkumpul. Makan malam kali ini bukan hanya diisi oleh 4 orang saja. Melainkan 6 orang, karena Taehyung sedang bersama Yoongi.

Seokjin masih diam, tidak banyak bicara. Sesekali matanya melirik ke arah Namjoon seolah membutuhkan perindungan diri. Namun sialnya Namjoon hanya asik melahap makanannya.

"Siapa orang tuamu?" Nenek Namjoon bertanya. Namjoon menghentikan aksi makannya.

Dengan penuh rasa keberanian Seokjin menjawab "Aku tidak tahu dimana orang tua ku. Mereka meninggalkan aku dan adikku sesaat setelah mereka bercerai."

Nenek Namjoon terdiam. Kembali ia melanjutkan makanannya.

"Kau punya adik Seokjin?" kini sang kakek bertanya.

"Ne Abeoji..aku punya satu. Namanya Taehyung." Jawab Seokjin disertai senyum yang manis.

"Jangan tersenyum begitu. Aku dan ayah Namjoon bisa terkena diabetes. Haha." Kakek Namjoon berucap sedikit menggoda.

"Jangan suka menggombal. Ingat rambutmu sudah putih semua." Nenek Namjoon menyahut.

"Haha..haha..kau selalu saja cemburu."

"Kau suka tinggal disini Seokjin?" kini tuan Kim, ayah Namjoon bertanya.

"Aku suka tuan. Aku suka di sini."

"Baguslah..Namjoon sudah menceritakan semuanya tentang mu. Bahkan soal bagaimana Namjoon bisa menemukan mu dan malah jatuh cinta padamu. Ku harap setelah menikah nanti kau bisa merawatnya lebih baik. Karena jujur saja, sebagai orang tua. Kami merasa kurang becus mengurusnya."

"Akh..tidak..tidak tuan.. Namjoon orang yang baik. Justru kalian orang tua yang baik. Tidak tidak seperti orang tua ku."

Tuan Kim merasa tidak enak hati, tersenyum singgung ia berkata "Maaf Seokjin. Kalau begitu kau boleh panggil aku Appa. Tidak apa, kau punya orang tua sekarang."

Seokjin terdiam sesaat mendengar ucapan Tuan Kim. Menunduk menatap makannya. Setetes air mata jatuh mengenai piring yang isinya sudah habis setengah. Selalu seperti ini, Seokjin selalu ingin menangis saat membahas soal orang tua. Hatinya rapuh jika membahas orang tua. Bergetar bibir dan perlahan tangannya bergerak menghapus air mata. Ingin menatap melihat keluarga Namjoon. Tapi Seokjin tak mampu. Bagaimana lagi dia harus berterima kasih kepada keluarga ini.

Seokjin belajar, berfikir. Ternyata masih banyak orang baik di dunia ini. dan terkejut ternyata orang itu adalah orang yang bahkan sangat ingin ia hindari. Yaitu orang-orang kaya dan terpandang. Merasa bersalah telah berfikir orang-orang mereka adalah orang yang egois, Seokjin sadar bahwa itu merupakan pikiran yang kotor.

Manusia, seharusnya saling menghargai. Saling mengakui apapun posisi mu. Kita tidak punya hak untuk menghardik dan menghakimi seseorang. Seokjin masih terdiam dalam tangisnya. Hingga kepala terangkat saat Nenek Namjoon buka suara.

"Jangan menagis. Hapus air mata mu. Ku pikir kau orang yang kuat saat berkata kau tidak punya orang tua tadi. Jangan menangis. Aku tidak suka cucu ku lemah. Kau paham."

"Ne..Ne Halmeoni.." jawab Seokjin gugup dan menghapus air matanya. Sementara Namjoon dan yang lain hanya tersenyum kecil. Begitulah keluarga ini, sulit mengungkapkan rasa sayang dan kepedulian. Sekalinya ingin, malah kata-kata tegas yang muncul dari bibir mereka yang sangat tidak sinkron dengan isi hati.

My Stubborn BrideHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin