T (Bagian 4)

4.1K 473 62
                                    


Namjoon tertegun kala matanya melihat sosok gadis dibalik tirai itu. Saat tirai dibuka, seluruh atensinya hanya tertuju pada sosok yang sedang berdiri tegak menatap wajahnya tajam. Detik tak dapat menghitung kala netra Namjoon tak berkedip selayaknya manusia normal. Terdiam tanpa kata, kepala ia gerakkan sedikit sebagai tanda instingnya tidak pernah salah. Gaun sederhana hanya sebatas lutut berwarna peach dengan bagian leher yang terlihat jelas,  menonjolkan bahu nan menawan serta kulit putih kontras dipadu oleh polesan make up tipis dan sentuhan bibir pink Soft membuat Seokjin seperti itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa putih.

Klik..klik..klik..

Perhatian teralihkan oleh pesan masuk yang bergetar pada saku jas Namjoon. Atensinya berubah sekejap merogoh kantong mengambil ponselnya.

My Mother

Pertemukan gadis itu dengan Eomma pukul 5 sore ini. Eomma sudah di bandara.

Ps. Ingat Namjoon, dia harus cantik!

Namjoon tertawa kecil saat pembaca pesan masuk dari ibunya. Wanita yang sangat ia sayangi sampai akhir hayat. Namjoon sangat beruntung dilahirkan dari seorang rahim wanita yang selalu tersenyum ceria, selalu memberikan semangat untuk anaknya. Bicaranya kadang suka berlebihan, apa lagi jika membahas wanita cantik. Ia sudah cantik, tapi kepuasan lebih baginya jika menatap seorang gadis cantik. Tahan telinga, ibu Namjoon tak segan-segan mengatakan seseorang itu jelek tanpa memikirkan perasaan orang tersebut.

Kembali netra itu membesar kala mendapati sosok yang menyerap seluruh atensi berjalan ke arahnya. Eunhae sudah mati-matian menahan tawa, sementara Jungkook sudah terkikik geli melihat Namjoon begitu terpesona dengan Seokjin. Eunhae dan gadis muda Jungkook bertos ria, berhasil merubah itik buruk rupa menjadi angsa putih.

Seokjin berdiri tepat dihadapan Namjoon, Namjoon tak menyadari, Seokjin bahkan tak menggunakan alas kaki apapun. Eunhae belum menentukan sepatu apa yang cocok untuk Seokjin, karena mereka terlampau larut dengan keindahan wajah dan kemolekkan tubuhnya.

“Dimana adikku.” Seokjin bertanya, menagih janji yang sudah Namjoon lontarkan.

“Temui ibu ku sore ini. Aku akan mempertemukan mu dengan Taehyung.”

“Kau ingkar janji Namjoon.”

“Belum, hanya mengundur waktu.”

“Bagaimana jika aku tidak mau?”

“Kau akan melihat mayatnya besok.”

Seokjin mengepalkan kedua tangannya, ingin rasanya ia menghantam kepala pria ini dengan sebongkah batu besar, atau menggorok lehernya dengan sebilah pisau dapur. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya kembali. Menutup mata sejenak mengendalikan emosinya yang membuncah.

“Hanya sampai besok Namjoon, atau kau yang akan melihat mayat ku.”

Namjoon meneguk kasar air liurnya. Ancaman yang juga dapat menghancurkan hidupnya sendiri. Melihat mayat Seokjin sama saja menghancurkan harapan ibunya. Namjoon sudah berjanji akan menikahi Seokjin. Meskipun rasa itu belum merasuki hati mereka, tapi sejatinya mereka saling membutuhkan. Namjoon butuh Seokjin sebagai umpan bisnis dan membayar janji pada ibunya. Serta Seokjin membutuhkan Namjoon untuk adiknya tetap hidup. Padahal membunuh Taehyung hanyalah sebuah ancaman untuk Seokjin, Namjoon tidak akan melakukan itu karena Taehyung sudah menjadi sapi perah sahabatnya, Yoongi. Jika Namjoon berani, bisa saja nyawa dia yang akan melayang.

Seokjin sungguh sosok wanita yang amat keras kepala, penuh gejolak emosi dan tidak takut apapun, kelemahannya hanyalah adiknya Taehyung, dan sialnya Namjoon telah mengetahui kelemahan itu.

My Stubborn BrideOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz