Prolog

23 1 0
                                    

Terdengar suara gemuruh dari bawa jurang yang dalam. Jauh di bawah jurang itu terdenagar suara seperti petir menyambar dan guntur yang megelegar. Awan hitam di bawah tebing itu membuat pusara seperti tornado besar menambah kengerian dari tebing yang dekenal denag tebing kematian. Sebuah tebing yang sering digunakan untuk menghukum mati orang orang yang bersalah.

Dibibir tebing itu berdiri seorang pria denagan mata biru yang indah, dipelukannya dia mengendong seorang wanita cantik berambut panjang rambutnya terurai sampai ketanah. Pria itu hanya diam menatap penuh arti wanita itu. Sepertinya mereka adalah sepasang kekasih atau juga mungkin sepasang suami dan istri.

Jubah panjang berwarna biru miliknya menambah kesan kegagahan pria itu. wajahnya yang putih begitu indah memandangi wajah wanita yang dipelukanya. Wajah wanita itu terlihat jauh lebih pucat dari wajah sang pria yang seolah darah sudah tidak mengalir lagi diwajahnya. Tidak lama kemudian pria itu melompat kedalam tebing itu tubuhnya tertelan oleh pusaran awan gelap, tubuhnya sedikit demi sedikit hangus tersambar oleh petir yang menyambarnya hingga akhirnya tubuh mereka berdua tidak menyisahkan apa-apa lagi melainkan abu yang bertebrangan.

Sekitar beberapa hari seorang pria denagan rambut putih mendatagi sebuah istana yang begitu megah pilar-pilar yang besar berwarna putih dihiasi oleh bunga-bunga yang menjalar yang memberikan keharuman alami di dalam ruangan itu. setelah memberikan sujut penghormatan kepada seseorang yang duduk ditahta yang terbuat dari batu giok berwarna biru dan hijau.

dia berdiri lalu dia memberikan sebuah peti yang berisikan dua guci. Seorang wanita cantik berbalut jubah tipis mengambil peti itu dan memberikan pada seseorang yang duduk di singgasana. Setelah peti itu dia terima dia mengunakan kekuatanya untuk menerbangkan peti itu keudara. Ketika peti itu berada di udara secara perlahan peti itu terbuka dan dua guci itu keluar lalu menompahkan isinya. Ketika gici itu sudah kosong guci dan petih itu jatuh kelantai menyisahkan debu yang keluar dari salah satu guci dan juga sebuah cahaya yang terperangkap didalam guci yang satunya.

Perlahan debu dan cahaya itu mulai berputar, berputar hingga tercampur mejadi satu. perlahan menjadi sebuah gumpalan daging lalu membelah dan terus membelah menjadi ratusan bagian yang saling melekat lalu perlahan berubah memanjang menyurupai sebuah biji kacang pada bagian tenganhnya susatu yang berwarna merah melui berdetak yang tidak lain merupakan jantungnya. Terus berkembang perlahan tapi pasti keuda sisinya berubah pada satau sisi berubah membesar sementara satu sisinya berubah menyurupai ekor. Bersamaan dengan itu dua benjolan menyurupai kencambah pada tanaman muncul pada sisi yang membesar dan perlahan semakin panjang di saat yang hampir sama dua benjulan lagi tumbuh tumbuh lagi di sisi yang menyurupai ekor sementara ekor itu perlahan mulai membesar sehingga hampir tidak terlihat sementara pada sisi yang mebesar semakin jelas wajah terbentuk bersamaan dengan keempat bejolan itu mulai berubah menjadi sepasang tagan dan kaki. Jari-jari mulai terbentuk begitu juga pada sisi wajahnya mata,hidung mulut dan telingga terlihat semakin jelas.

Sekarang gumpulan itu sudah menyurupai bayi manusia hanya saja kulitnya masi sangat tipis dan kepalanya masi cukup besar. dia sudah bergerak gerak sendiri terkadang dia menendang terkadang dia mengisap jarinya, dia semakin tumbuh kini kepalanya sudah mengicil kelaminya juga semakin jelas kulitnya semakin tebal rambut dikepalanya juga kini sudah tumbuh.

"maafkan aku murha yang agung, aku tidak bermaksut menyinggung tapi ijinkan aku yang hina ini bertanya kenapa yang termuliaku berbuah menjadi tiga?"

"kenapa kau tanyakan padaku? Bukankah kau yang membawa debu penciptamu dan juga rohnya. Aku hanya menghidupkan kembali sesui yang kau bawa."

Pria tua itu tidak menjawab apa-apa atau bertanya lagi. Karna dia sudah mendapat jawaban dari pertanyaanya. Yang itu berarti debu dan roh yang dia bawa sudah tercampur oleh debu dan roh mahluk lain. Dia sebenarnya sudah mendapatkan jawaban siapa satu dari yang dihidupkan kembali ini yang tidak lain adalah pasangan penciptanya. Tetapi dia masi bingung siapa yang satunya lagi. Karna mengetahui kedudukan yang agung jauh lebih tinggi jika dibandingkan dirinya membuat dia tidak berani bertanya walau dia masi sangat ingin tahu siapakah sosk bayi yang satunya lagi.

Disaat dia berpikir ketiga bayi itu sudah melai melayang meninggalkan istana hingga akhirnya ketiga bayi itu menjelah di antara bintang-bintang dengan kecepatan yang sanagat cepat, seolah mereka bertiga menjadi sebuah komet. 

AVRAWhere stories live. Discover now