finding hope

176 0 0
                                    



7 januari 2015

Saat detak jam berbunyi menyambut pagi di kala grimis mengguyur kota. Aku memandang jendela yang terpercik oleh tetes air hujan. Ah pagi ini begitu indah. Tugas tugas yang selalu menumpuk, dateline semakin dekat, aku harus menyelesaikannya dengan cepat.

pikiranku melayang Kuliah, organisasi, tugas, makalah semua jadi satu di pikiranku lalu apa yang harus aku selesaikan terlebih dahulu ? rasanya ingin sekali hari ini aku bersantai ria.

"vanilla..... kamu gk kuliah ?" ujar cici teman sekosku

Izinkan aku memperkenalkan diriku. Namaku vanilla kuliah di fakultas soshum atau bisa di katakana sosial hukum dan jurusan komunikasi di untiversitas pajajran semester 3. Cita citaku menjadi pekerja kantoran tapi lihat sekarang aku ikut organisasi jurnalis. Itu artinya aku bakalan berburu lapangan yah waluapun tak terlalu aktif. Karena tau sendirilah nulis itu susah.

"kuliah ci, van lagi siap-siap nih. Kamu gk kuliah ci?" tanyaku

Tubuhku tergesa-gesa mengoleskan sleai ke dalam roti tawar, mengambil tas lalu memakai sepatu. Waktu terus berlanjut, aku tak boleh terlambat jika iya habislah dosen tergalak di fakultas ini.

"kuliah kok tapi nanti sekitar jam 10.20"

Ku langkahkan kaki jejang ini menuju gedung yang penuh dengan sejarah. Yah sejarah perjuangan meraih sebuah ijazah sarjana benar gak ??. Soal percintaan ah itu sangat imposible. Muka jelek gini siapa yang mau ?

7 febuari 2016

Kalian tidak tau apa yang terjadi hari ini. Begitu banyak masalah bertengger di kepalaku. Hatiku mennagis pilu. Kemarin aku berencana belajar gitar di rumah teman tapi lihat apa yang terjadi. Aku memasuki apartemen yang lumayan luas, cocok untuk lima orang. Ketika memasuki ruang tamu terkesan berantakan. Tak rapi seperti ruangan yang tak terurus oleh penghuninya namun ketika aku memasuki daerah terlarang, kamar ka ergan nuansa abu abu bercampur dengan bau musk hutan pinuis. Terkesan elegan dan rapi tidak cocok dengan ka ergan yang selalu berpenampilan masa bodo.

"ka, jadikan ajarin van main gitar?" kakiku berjalan menuju pajangan foto yang terlampir di atas lemari

Aku mengenal ka ergan sudah lebih dari satu tahun. dia pintar semester tuju jurusan ekonomi dan bisnis. Dia menjadi ketua musik di kampus, pintar, dan tentu saja berbakat.

"jadi kok" ujarnya duduk di karpet

Dimalam hari kaka menjemputku ke rumahnya. Aku piker kita tidak hanya berdua tapi ternyata tebakan aku salah.

Kalo kalian mau tau. Kami sama sekali tidak belajar gitar

"ka, ayo main gitar. Bukankah kaka udah janji ? mau ngajarin van gitar?" tanya ku

"kita main poker dulu" ergan mengambil beberapa kartu di dalam tasnya. Tubuhku bergera tak tentu arah. Respon tubuhku diluar dugaan. Takut aku merasakannya semacam ada aura yang tak bersahabat.

"tapi, van gk bisa ka!!"

"tenang kaka, ajrin" perlahan lahan namun pastu ka zaki mengajariku tentang bagaimana bermain kartu poker. Yang paling kecil akanya dialah pemenangnya. Angka Q, AS, JOGER bukan menjadi primadona para kartu.

Beberapa jam kita habiskan untuk bermain poker. "ka, capek van kan niat latihan gitar ka. Trus ini udah malam van tidur mana ?" tanyaku

"tidur sini lah dek, udah malam kasian kamu"

Ketika aku mendengar ucapan dari bibir kaka itu tiba tiba ... deg.. ini di luar rencanaku. Was was pasti. Bagaimana tidak aku takut kenapa-kenapa.

"emang gak ada kamar lagika ?" tanyaku kepada ka ergan "enggklah dek, itu kamar orang lain" jawab ka ergan

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Finding HopeWhere stories live. Discover now