Part 1 : Divo Noviandro

56.3K 720 181
                                    


Tiba-tiba seorang berperawakan jangkung lari tergopoh-gopoh di trotoar mendekati halte. Seperti nyiur angin melambai, gerak langkahnya sangat gemulai. Grusah-grusuh, tetapi santai. Napasnya kembang kempis seperti sedang puasa Senin-Kamis. Matanya sayu saat tepat berdiri di depanku.

Tubuhnya ceking menenteng tas jinjing biru

Tubuhnya lunglai terhempas badai salju

Secentil itu

Selembek itu

Kulitnya putih cerah, mulus seperti porselen. Wajahnya merona bagai penampakan bulan purnama. Cantik. Indah. Mempesona. Namun, siapa sangka kalau ia seorang pria. Termasuk aku. Hampir terkecoh, bila aku tak melihat tonjolan jakun di leher jenjangnya.

Aku terhempas dalam kesenyapan

Memandang hampa keindahan fatamorgana

Ia melengkungkan bibir membirunya. Membentuk senyuman semanis gula, tetapi tetap getir terekam di mata.

"Tolong ...,'' ucapnya lemah lembut.

Aku mengernyit.

''Tolong aku!'' pekiknya setengah menjerit.

Aku memandangi iris matanya yang tampak biru alami, meskipun aku tahu itu hanya mata imitasi.

''Hanya kau yang bisa menuliskan kisahku yang mengharu biru ini ...,'' pintanya parau.

''Menulis apa? Kisah apa?''

''Kisah cinta tak biasa, antara aku dan ayah tiriku ....''

Aku tercengang seperti ditampar angin lesus. Meniupku mundur beberapa jurus.

''Tidak ..., aku tidak bisa menuliskan cerita semacam itu.''

''Ayolah, please! Anggaplah aku memohon.'' Pria berpakaian serba biru ini menangkupkan telapak tangannya. Sedikit memaksa.

Aku bergeming memberi jedah di antara kami. Seperti ada aliran sungai yang dalam. Tak bisa diselam. Tak bisa diterjang. Aku tak mau menggubris meski ia mengiba dan merayu. Pilu. Dengan tatapannya yang sendu.

''Aku bersedia memberikan ratusan uang biru, bila kau menginginkan itu ...''

Aku melirik ke raut wajahnya yang memelas. Ada pengharapan besar di sana. Kurasa dia bukan manusia culas. Akan tetapi mengapa dia memiliki pemikiran yang kurang cerdas. Berani sekali dia menyogokku. Dia pikir aku gampang dibeli dengan uangnya ... Namun, imbalan uang biru yang ia janjikan lumayan juga. Apakah aku bisa menolaknya? Sepertinya, tidak!

''Baiklah, jika begitu aku setuju!''

Pria ini menangis tersedu, aku jadi terharu.

Dan kisah itu pun akhirnya kutulis di sini. Untuk pembaca wattpad setiaku.

Ayah Tiriku IdolakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang