Yang Ingin Kukatakan

312 54 8
                                    

Awan-awan di atas mulai bergerak ke arah lain. Langit sore yang sebelumnya mendung perlahan berubah. Menyisakan cahaya matahari yang mengintip sambil menyalurkan sinarnya. Sinar terang di perempat akhir hari.

Seorang gadis berjalan di trotoar sambil mengangkut ransel merahnya. Pandangannya tertunduk pada jalanan yang basah. Hujan telah berakhir, mendung mulai pergi, tapi perasaannya masih saja sama.

Ingin menangis. Hanya hal itu yang terpikir dalam benaknya. Tapi apapun yang ada dalam kepalanya, tak bisa ia realisasikan semudah itu.

Kayak orang bego aja, batinnya.

Ia mengakuinya. Keadaan seperti ini memang membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Padahal bukan sekali, tapi sampai sekarang ia tak mengerti kenapa hal ini terus terjadi.

Masa depan yang sama terulang kembali.

***

"Nara pulang," ucap gadis yang diikat ponytail itu.

Suaranya menggema ke seluruh rumah. Dan hanya gelap yang ia dapati sebelum akhirnya menekan tombol lampu di belakang pintu.

Nara menghela napas. Antara bersyukur atau tidak. Tapi satu hal yang pasti, keluarganya sedang tidak ada di rumah dan tidak bilang pergi ke mana. Benar-benar di luar dugaan mengingat cuaca sebelumnya begitu buruk.

Sama seperti perasaannya.

"Mau gimana lagi," gumamnya tanpa sadar.

Kini, Nara melangkahkan kakinya menuju kamar yang ada di lantai dua. Ia hanya ingin berbaring dan sedikit meluapkan perasaannya dalam bentuk lain. Membuangnya jauh-jauh seolah itu tak akan kembali lagi.

Cklek....

Pintu kamarnya terbuka, Nara melangkah dengan sisa tenaganya. Menyeret kasar ranselnya yang sudah tergeletak di lantai. Lantas berbaring di kasur.

Mata Nara tertuju pada lampu kamarnya. Perlahan, angannya mulai bermain. Keraguan dan segala hal yang menyergap dadanya mulai membentuk sesuatu yang basah di sudut matanya. Lalu mengalir begitu saja.

"Gak lucu," gumam Nara dengan suara yang sedikit parau. "Gak lucu, Rio."

Nama terakhir yang disebut oleh Nara terdengar lebih panjang. Seperti rengekan bercampur kekesalan. Ada rasa sedih mendalam sekaligus kerinduan. Ia tak bisa menahannya lebih lama lagi.

Padahal baru setahun.

Bip.

Ponsel Nara yang tergeletak tak jauh dari tangannya menyala. Namun, Nara memilih mengabaikannya. Karena kalau ia membuka pesan tersebut, hal bodoh nan memalukan pasti akan terjadi.

Bip.

Lagi, ponsel Nara menyala. Disusul pesan-pesan lainnya dengan nada yang sama. Masih dibalas dengan reaksi yang sama pula. Diabaikan.

Sampai...

Anata ni aitai yo wagamama ittara

Dareka kidzutsukete shimau deshou?

Kanawanu yume wa koko ni oite yukitai

Omoidaseru kurai tooku kara aishite―

―Grab...

Bip.

"Apaan sih?! Berisik tau!" semprot Nara tiba-tiba. Ia bahkan tak melihat nama dan nomor yang masuk ke dalam ponselnya. Andai saja dia sadar akan hal itu dan juga...

GenreFest 2018: Fluffy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang