BAB 16 : Try to Move On?

Mulai dari awal
                                    

Salsha terus berjalan ke luar kelas, berjalan ke arah lapangan sekaligus mencari keberadaan Jeha yang belum ia temukan.

"Sha!" Suara melengking itu menyapa indra pendengarannya, dia menoleh mencari keberadaan pemiliknya.

"Di sini woy!" teriaknya lagi.

"Di sana, Sha." Bryan menunjuk ke arah Jeha yang tengah melambaikan tangan di depan stan ice cream.

Salsha menatap horor ke arah Bryan. "Kok lo masih ngikutin gue sih! Udah sana tanding aja," ucapnya sambil mendorong lengan telanjang laki-laki itu.

"Asal lo liat gue tanding, gue akan pergi."

"Males! Udah sana pergi."

Bryan menggeleng. Laki-laki itu malah melipat tangannya di dada kemudian menggelengkan kepalanya lagi, seolah merajuk bak anak kecil yang bahkan kontras dengan lengan kekarnya.

"Pergi!"

"Males!"

Salsha mendelik dan Bryan menatapnya geli. Gadis itu menarik napasnya kemudian mengembuskan perlahan. Tidak akan ada gunanya berdebat dengan Bryan. Laki-laki ini begitu keras kepala.

"Iya nanti gue liat," kata Salsha pelan.

"Liat apa?"

"Ya liat lo tanding lah," jawab Salsha kesal.

Bryan tersenyum manis kemudian mengusap rambut gadis itu. Senyuman manisnya berhasil membuat Salsha terpaku sejenak, dia bahkan tak menolak usapan lembut Bryan di kepalanya.

"See you Princess, don't leave your tiara even its hard to survive. You know for sure, i'll be there." Laki-laki itu tersenyum lagi, begitu tulus hingga kemudian dia berbalik pergi meninggalkan Salsha yang diam terpaku.

Mereka berdua hanya tidak sadar saja jika tingkahnya jadi pusat perhatian sejak tadi. Beberapa di antaranya heboh bahkan sampai menjerit mendramatis.

"Udah kali Baal liatinnya, Bryannya juga udah pergi tuh." Suara laki-laki di sampingnya membuat lamunan Iqbaal terbuyar. Dia menatap ke arah Kiki yang tersenyum padanya.

"Apasih Bang! Udah ayo katanya mau prepare buat acara selanjutnya." Iqbaal berjalan mendahului laki-laki itu, sedangkan Kiki hanya mampu menggelengkan kepalanya heran.

"Lo hanya gak tau kalo tanpa sadar jatuh cinta sama Salsha," katanya pelan.

***

"Aku kira, kita harus berhenti sampai di sini."

"Kenapa?" Suara nanar di sampingnya membuat laki-laki itu takut menoleh. Demi Tuhan! Dia bahkan tak berani menatap gadis di depannya.

Cuaca langit mendung itu menjadi saksi berdirinya kedua anak adam hawa di tengah rerumputan hijau taman. Pun berakhirnya kisah satu tahun ini.

"Aku gak bisa."

Ada helaan napas di depannya. Gadis itu cukup lelah bertebak pikiran dengan kekasihnya.

"Kasih tau alasannya."

Alwan menarik napasnya kemudian mengembuskan perlahan. Dia perlu menyiapkan diri, sekarang atau sebelum terlambat. Maniknya bergulir menatap iris bulat besar itu, mata jernih yang selama satu tahun ini di pandangnya.

My Sweetest ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang