Wiseman

470 75 9
                                    


Malam itu aku bermimpi, terkurung dalam pabrik kumuh dan berlari dikejar-kejar manusia tidak berotak seperti zombie. Wiseman yang melingkar di belakang kepalaku pun tidak berfungsi sama sekali. Aku tidak tau harus pergi ke mana, dan akhirnya ditangkap para zombie itu begitu saja. Setelah itu, aku langsung terbangun disambut secercah cahaya yang merangkak masuk melewati celah gorden.

"Wiseman."

[Ada yang bisa kubantu?]

Syukurlah. Wiseman-ku masih berfungsi dengan baik. Tampilan hologram interface-nya pun tampak baik-baik saja. Aku sempat khawatir jika alat yang menempel di kepalaku ini tidak bisa digunakan lagi. Bisa-bisa aku tidak tau caranya pergi ke sekolah.

Seperti disentil oleh impuls yang kuat, aku teringat sesuatu. "Ah, tolong artikan mimpiku barusan."

[Kata kunci mimpi?]

"Pabrik tua, dikejar-kejar zombie."

[Data diterima, mencari hasil ke database pusat, harap tunggu sebentar.]

Cahaya yang berputar-putar pun melayang di udara.

[Analisa selesai. Kemungkinan saat ini kondisi kejiwaan Anda berada di bawah tekanan berat sehingga Anda memutuskan untuk menghindarinya.]

Analisa yang tidak masuk akal, karena aku tidak merasa sedang tertekan atau semacamnya. Justru aku merasa bahagia setiap harinya. Tapi Wiseman tidak bisa diragukan, jika dia bilang aku sedang tertekan, maka aku pasti memang tertekan.

"Ada saran untuk mengurangi rasa tertekanku?"

[Saya sarankan sebuah musik jazz lembut dan secangkir coklat hangat.]

"Ide bagus, berikan aku musik jazz terbaik." Mengikuti sarannya, aku pun bangkit dari kasur dan menyiapkan coklat hangat di dapur.

Musik jazz mengalun pelan dengan tiupan saksofon. Tapi, rasanya ada yang tidak beres. Mendengar musiknya tidak membuat perasaanku berubah sama sekali.

"Wiseman, ganti dengan tempo yang lebih cepat!"

[Dimengerti.]

Kali ini terdengar tepat. Kujentak-jentikkan jariku mengikuti irama lagu, sedikit memainkan langkah kaki layaknya berdansa sambil menyeruput secangkir coklat panas. Seperti inilah caranya memulai pagi hari.

<<--->>

Aku menatap bosan ke layar di depan. Mendengarkan penjelasan manual oleh guru di zaman serba Wiseman ini rasanya tidak benar sama sekali. Sejak awal malah aku mempertanyakan, apa perlunya pendidikan setelah ditemukan Wiseman?

Lima tahun lalu kecerdasan buatan berkembang sampai tahap di mana dia bisa belajar sendiri dan berbagi database dengan clone-nya. Berbekal teknologi inilah Wiseman diciptakan untuk menjadi perangkat penunjang manusia untuk memecahkan masalah.

Wiseman, jelaskan kenapa aku harus belajar?

Aku sengaja mengaktifkan mode inner agar tidak mengganggu konsentrasi siswa lain yang serius mendengarkan penjelasan guru.

[Keharusan belajar secara regulasi adalah untuk memenuhi wajib belajar 12 tahun, dan secara substansial untuk memperkaya wawasan yang dimiliki.]

Egh, jelaskan dengan lebih sederhana!

[Intinya, belajar diperlukan agar Anda tidak bodoh.]

Sekali lagi aku termenung. Memangnya ada orang bodoh di zaman serba Wiseman ini? Kurasa tidak ada. Karena sebodoh-bodohnya orang, kekurangan mereka itu akan tertutupi dengan adanya Wiseman.

GenreFest 2018: DistopiaWhere stories live. Discover now