Nara memang tinggal di sebuah apartemen setelah pertengkarannya dengan Jihyun malam itu. Walaupun, ia masih sering berkunjung ke asrama lamanya. Tapi, ketika Jihyun tidak ada di sana.

   Apartemen Nara cukup besar, memiliki dapur, satu ruang kosong, ruang tamu dan juga dua kamar tidur. Dan tempatnya, juga tidak begitu jauh dari kampusnya. Itu memudahkan dirinya untuk datang ke kampus, jika ada panggilan dadakan dari dosennya. Karena, Nara adalah salah satu asisten dosen yang sangat diunggulkan di kampusnya.

   "Eomma, sudah siap?" tanya Jimin kepada ibunya yang tengah berkutat di depan meja rias Nara.

   "Jjamkanman, sedikit lagi," jawabnya sembari merapikan rambutnya yang berantakan. (Tunggu)

   Nara yang posisinya sedang duduk di sisi ranjang bersama Jimin, hanya dapat tersenyum melihat ibu dari kekasihnya itu. Ia juga terus menatapnya dan semakin mengembangkan senyumannya, saat ia menyadari bahwa beliau sangat mirip dengan Jimin.

   Pandangannya berjalan bergantian dari Jimin ke ibunya, lalu menepuk pundak Jimin dan tersenyum. Jimin yang tidak mengerti dengan tindakan Nara, menatapnya heran. Dan ekspresi Jimin itu, membuat Nara semakin gemas saja.

   "Eomma," panggil Nara dengan sedikit ragu.

   Sebenarnya, semalam ibu Jimin sudah mengatakan pada Nara untuk memanggilnya dengan sebutan ibu seperti yang Jimin lakukan. Tapi, memanggil untuk yang pertama kalinya. Pasti sangat berat baginya.

   Ibu jimin memutar tubuhnya menghadap kedua remaja yang tengah menatapnya, ia juga bergumam pelan untuk menanggapi panggilan Nara. "Dulu, apa yang eomma pikirkan saat hamil Jimin? Kenapa ia menjadi sangat manis?"

   Jimin menatap Nara terkejut, ia tak pernah menyangka Nara akan berani bertanya seperti itu kepada ibunya. Karena mendapat tatapan seperti itu dari Jimin, gadis itu sedikit segan. Jadi, ia menundukkan kepalanya untuk menutupi rasa malunya.

   "Ah..." jawab ibu Jimin dengan sedikit berpikir. "Aku banyak memikirkan tentang ayahnya dulu, makanya Jimin sangat berlebihan saat bersama dengan seorang gadis," sambungnya.

   Kali ini, Jimin yang membuka suara. "Apa hubungannya dengan appa?"

   Ibu Jimin tersenyum hambar, "Appamu sangat berlebihan saat bersama eomma dulu."

   Jawaban itu, langsung membuat Jimin berdiri dari duduknya. Kemudian, ia berjalan mendekati ibunya dan mendekatkan kepala ibunya pada perutnya. "Jangan pikirkan appa lagi! Aku akan menjadi appa untuk eomma," ucap Jimin dengan senyuman tulus.

   Ibunya ikut tersenyum dan membalas pelukan anaknya, "Gwenchanha, kenapa kau berlebihan sekali?" ucapnya sambil tertawa ringan. (Tidak apa-apa)

   Tawa itu, membuat Jimin melepaskan pelukannya. Kemudian ia melihat jam, yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Dan sidangnya, akan dimulai pukul sepuluh.

   "Ayo pergi, nanti kita terlambat!" seru Jimin, sambil mengambil kunci mobil yang ada di atas meja rias.

   Namun saat Jimin akan membuka pintu, ibunya menghentikannya dan menyuruh Jimin untuk menghubungi Jihyun. Karena menurut ibu Jimin, jika Nara tidak dapat menemani mereka. Pasti Jihyun akan mau untuk datang.

   Sebenarnya, Jimin sedikit enggan melakukannya. Karena, apa yang telah Jihyun katakan kepadanya kemarin. Tapi, karena ibunya yang meminta. Jadi, ia putuskan untuk menelpon Jihyun.

   Sudah dua kali sambungan telepon Jimin ditolak oleh Jihyun, tapi Jimin terus berusaha menelpon sampai Jihyun mengangkatnya. Dan saat sambungan sudah tersambung, ia dapat mendengar suara seorang gadis yang tampak sangat malas untuk bicara.

The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang