🎧6 (Sahabat dan Pacar)

20 4 2
                                    

Akhirnya!

Sabtu pagi yang cukup mendung membuat Viola berteriak girang di kamar. Hari ini menjadi 'Sabtu Bebas' baginya. Bagaimana tidak, ekskul broadcasting yang digelutinya itu libur dan tidak banyak tugas menumpuk.

"Hari ini libur dulu Vi. Kakak-kakaknya mau technical meeting di SMAN 4."

Ucapan Kak Nisa masih terngiang-ngiang di otaknya. Belum lagi ia hanya tinggal mengerjakan PR Matematika minat, Sejarah dan Seni Budaya.

Viola pun bergegas mandi dan setelahnya melangkah keluar kamar.

"Abang mau kemana? Kok buru-buru amat," tanya Viola saat melihat Ayash nampak tergesa-gesa mengambil setangkup roti dan memakannya.

"Mau ketemu Via Vallen," balas Ayash asal.

"HAH? Serius bang? Ngapain?"

Ayash mendecak. Ia kira adiknya itu mengerti bahwa ia bercanda. "Yakali abang mau ketemuan sama Via Vallen! Abang mau jalan-jalan sama temen, sekalian mau ngerjain tugas bareng," Ayash mengambil teh hangat di atas meja dan meminumnya sedikit. "Baik-baik ya di rumah! Babay!"

Viola cuma mengangguk-angguk dan memilih untuk menyantap sarapan yang ternyata sudah disiapkan Sahila. Roti selai kacang dan teh hangat.

Sahila dan Satya yang kala itu sedang sibuk menyiapkan barang-barang menghampiri anak bungsunya, Viola.

"Vio, Mama sama Papa mau ke Jakarta dulu ya. Ada urusan penting. Kamu nggak papa sendiri?" Jelas Sahila yang kemudian bertanya.

Hati Viola sudah berbunga-bunga mendengar orangtuanya akan pergi. Ia sedang ingin sendirian di rumah. "Yaudah,"

"Jaga diri baik-baik, rumahnya juga dijaga jangan sampe dibawa kabur orang,"

"Apaan sih Pa, garing banget. Garing kriuk kres, Kobe," ujar Viola seraya menirukan sebuah iklan.

"Hush...nggak boleh begitu. Oya, ajak Alvian kesini aja biar rumah nggak sepi amat. Atau mungkin Ran sama Sevan."

"Iya Ma, sendiri juga nggak papa kok."

"Yaudah pokoknya hati-hati ya. Mama sama Papa pergi dulu."

Viola mengangguk pelan lalu salim dengan orangtuanya tersebut. Setelah mobil yang dibawa Satya keluar dari pagar, Viola pun menutup pintu sambil melompat-lompat senang.

"YEAY! SABTU BEBAS YANG DINANTI-NANTI AKHIRNYA TIBA JUGA!"

Viola jelek, Alvian ganteng nelpon nih! Angkat dund! Ola jelek, Alvian nelpon nih! Ayo angkat!

Nada dering super berisik itu mampu menurunkan mood Viola. Ia berjalan mengambil ponselnya dengan malas dan wajah yang memberengut.

Tadinya ia ingin memakai lagu favoritnya untuk nada dering telepon, namun Alvian mengubahnya secara sepihak. Cowok itu memaksanya untuk menggunakan rekaman suaranya sebagai tanda bahwa ada telepon masuk, tapi khusus untuk kontak Alvian saja.

Dan kini Viola keterusan menggunakannya.

"Halo? Ola!"

Viola sedikit menjauhkan telinganya saat Alvian berseru. "Eh, remahan rempeyek! Nggak bisa apa nyapa orang dengan bahasa yang lebih halus? Say 'hi' atau good morning bae, misalnya. Kan bisa."

"Idih! Ogah," Alvian menampilkan wajah pura-pura jijik di kamarnya. "Eh, lo lagi sibuk nggak?"

"Iya,"

"Sibuk ngapain?

"Hibernasi."

Rasanya Alvian ingin menoyor kepala Viola jika keduanya sedang berhadapan. "Sibuk lo nggak berfaedah banget. Minggat aja sana ke Kutub Utara. Biar hipopotamus sekalian."

FilantropiWhere stories live. Discover now