🎧4 (Just Forget Him)🎧

36 4 0
                                    

Play: Friends-Anne Marie ft Marshmello

"Begitu banyak hal yang terabaikan jika kita terus memikirkan 'kapan kita punya pacar?'"

***

"Jadi besok, kalian harus sudah datang tepat waktu ya. Karena jadwal siaran kita masih banyak, kayaknya minggu ini bakal jadi minggu terpadat bulan ini."

Viola mengangguk mengerti mendengar instruksi dari Kak Nisa, kakak pembinanya di ekskul penyiaran yang ia ikuti. Di sampingnya, ada Alexa yang sibuk mengetik sesuatu di ponsel sambil mengangguk-angguk.

"Jadi temanya bincang-bincang bareng Alexa, kan? Ngebahas kehidupan sehari-hari dan prestasi dia?" tanya Viola.

"Iya, sesuai yang ada di naskah. Jangan lupa hapalin poin-poinnya ya. Khusus buat kamu, Viola, rileks aja ya saat siaran berlangsung. Beberapa waktu lalu kamu sempat gugup, padahal biasanya enggak."

Viola meringis saat Kak Nisa berbicara seperti itu. Sebenarnya Viola tidak gugup, namun ia masih kepikiran soal hubungan Alvian-Alexa. Viola memang cukup sering ditunjuk sebagai pembawa acara di radio SMA Akanta. Biasanya ia kebagian jadwal di Sabtu pagi, namun jadwalnya diubah menjadi hari Jum'at siang setelah pulang sekolah.

"Oke, kalo gitu, kakak tinggal ya. Jangan lupa latihan." Ujar Kak Nisa yang kemudian pergi meninggalkan ruangan siaran. Viola melipat naskah tersebut dan berniat pergi. Namun sesaat ia melirik ke arah Alexa.

"Gue mau keluar, kalo mau bareng, ayo." Ajak Viola.

"Nanti gue-eh, hai, Alvian."

Viola mengikuti arah pandang Alexa. Dari belakang, Alvian datang sambil melambaikan tangannya entah pada siapa. Mungkin pada Alexa.

Alexa segera berdiri dan Alvian merangkul lengan Alexa dengan manis. Viola yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Sebuah senyum yang amat sangat dipaksakan.

"Lo mau ke kelas nggak? Bareng kita, yuk." Tanya Alvian pada Viola.

Kita. Viola meringis dalam hati mendengar kata itu diucapkan. "Enggak, Al. Lo duluan aja. Gue mau ke kantin bentar abis dari sini."

Awalnya Alvian sedikit ragu, namun akhirnya ia pun pamit bersama Alexa. Tentu saja jawaban Viola tadi adalah sebuah kebohongan besar. Ia keluar dari ruang siaran dan berjalan dengan sangat pelan di belakang Alvian dan Alexa, tetapi Viola mengambil jarak yang cukup jauh agar tidak ketahuan.

Viola memaksakan kedua ujung bibirnya untuk tersenyum. Jujur, ia rindu dengan seluruh perhatian Alvian yang dulu. Alvian yang selalu ada di sampingnya, hadir untuk menjadi sebuah semangat kecil Viola.

Viola memang memiliki banyak teman, bahkan ia dan Alvian tergabung dalam sebuah squad, namun Viola tidak begitu dekat dengan mereka. Viola hanya menunjukkan sisi supelnya ketika mereka berkumpul, tetapi sesungguhnya Viola tidak sedekat itu dengan anggota squad. Menurutnya, ia dan anggota squad hanyalah teman biasa. Hanya Alvian dan Farrel yang menjadi sahabatnya, selain Ran tentunya.

Beberapa waktu ini ia dan teman-temannya yang lain jarang berkumpul karena perbedaan sekolah dan jadwal yang padat. Viola merasa kesepian saat ini. Alexa benar-benar sudah menyita perhatian Alvian. Benar apa kata Ayash.

Viola menghembuskan napasnya. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya ke kelas yang sempat terhenti karena sibuk merenung. Ia harus menyibukkan diri untuk melupakan Alvian sejenak. Melupakan dalam artian tidak terus-menerus memikirkan persoalan mengenai hubungan Alvian dan Alexa.

FilantropiWhere stories live. Discover now