Seojoon mengangguk. Lalu kemudian bercerita kronologi pertemuan mereka sampai akhirnya menjalin kasih dan memutuskan untuk segera menikah.






•﹏•






Lalu kemudian tiba di Minggu pagi. Hari libur yang diidam-idamkan semua orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama seperangkat alat tidur. Tentu saja Yoongi pun tidak akan menyiakannya meski dia hanya terbaring di atas karpet hangat bersama tiga temannya yang lain.

Benar, mereka semua memutuskan untuk menghabiskan malam minggu di rumah Seokjin dan berakhir begadang sampai subuh menjelang. Meski pada nyatanya Yoongi nemilih tidur dua jam lebih awal, sekitar pukul 2.

Sekarang sudah siang tepatnya pukul sembilan, semua orang sudah bangun dan sarapan satu jam lalu. Satu-satunya yang belum terjaga hanya manusia pucat itu. Alasan utamanya, tidak ada satu orang pun yang berani membangunkan beruang tidur.

"Jiminie, bangunkan Yoongi." Seokjin berceletuk ketika menghidangkan kue kering dan teh hangat sebagai teman obrolan mereka di meja makan. Pagi ini semua orang tidak memiliki kesibukan, maka mereka memutuskan untuk tinggal lebih lama.

"Kenapa aku?" Jimin mengerutkan kening kasar, tidak suka dengan gagasan yang dilempar Seokjin.

"Karena hanya kau yang bisa." sambung Taehyung.

"Aku yakin Yoongi tidak akan marah kalau kau yang membangunkan." Namjoon menambahi.

"Ini tidak adil! Kalian mengumpankanku sebagai tameng!" lelaki tembam tersebut semakin merengut.

"Karena kau makanannya makanya kuumpankan."

"Hoseok Hyuunggg~~!!"

Hoseok tertawa ditempat, menyeruput teh hangatnya sebelum kembali berujar, "Dia tidak akan macam-macam karena masih ada Seojoon Hyung. Cepat bangunkan sebelum Seojoon Hyung berangkat."

Ah, benar. Pagi tadi saat sarapan Seojoon mengatakan akan kembali ke Jepang, ikut penerbangan siang dan jam 10 nanti Seojoon akan ke bandara.

Dengan wajah kusut dan hati setengah tidak rela akhirnya Jimin beranjak dari duduk, menuju ruang tengah dan disana Yoongi masih asik bergelung bersama slimut.

"Hyung, bangun." Jimin menusuk-nusuk lengan Yoongi setelah berjongkok di depan wajahnya. Yoongi belum merespon, membuat Jimin menggaruk hidungnya sebelum kembali menusuk-nusuk pipi Yoongi. "Hyung, ayo bangun sudah siang!"

"Hmm.." Yoongi hanya berdeham malas, menarik selimut menutupi kepala.

"Hyung!! Cepat bangun atau kutendang kau keluar dari rumah ini!!" tanpa Jimin tahu, semua orang yang berada di ruang makan menoleh ke arah ruang tengah, terkikik mentertawai tingkahnya.

Lagi-lagi Yoongi hanya menggeliat tanpa minat, "Hmm.."

Kesal, Jimin menarik selimut sampai kepala Yoongi kembali menyembul. Dua tangannya menangkup wajah lelaki pucat itu, memaksa matanya agar terbuka. "Ayo buka matamu!! Kau harus bangun, Seojoon Hyung akan kembali ke Jepang jam 10 nanti, Hyung!"

Lelaki Maret itu mengernyit, menyipitkan mata sambil memijit pangkal hidungnya. "Sekarang jam berapa?"

Jimin berdeham, meremang secara tiba-tiba saat mendengar suara serak dan berat milik Yoongi. "Sembilan lewat sepuluh."

Pelan Yoongi beranjak setelah wajahnya dilepaskan, mendudukan diri dan bersandar di kaki sofa. Mencoba mengumpulkan nyawanya yang berhamburan. Berkedip-kedip polos kemudian menoleh pada Jimin yang tengah memperhatikannya dengan begitu lugu.

Daily LoveWhere stories live. Discover now