BAB 14 - One Time

Začít od začátku
                                    

***

Jeha menghadang Steffi yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi. Gadis yang sejak tadi menunggu menatap sahabatnya dengan pandangan marah.

"Ada apa?" Steffi memutar bola matanya jengah, menyandarkan punggungnya pada pintu kamar mandi.

"Harusnya lo gak bertindak terlalu jauh, Stef."

"Maksudnya gimana ya? Gue gak nangkep omongan yang lo bilang."

Jeha menghela napas kemudian berdiri tegak dihadapan Steffi, "Gue udah peringatin lo sebelumnya, Jangan pernah bilang kalo gue gak pernah bilangin elo sebelumnya." Setelahnya gadis berkuncir satu itu pergi dari hadapan Steffi.

"Siapa juga yang akan nyesel."

Jeha sempat berhenti sejenak, kemudian memilih melanjutkan langkahnya agar tak melesakkan tinjunya pada sahabat super menyebalkannya nan bodoh nan keras kepala itu.

***

"Ihh, so sweet amat sih ditungguin sampai pulang latihan." Cassie menyenggol pundak Vanessa hingga empunya sedikit terhuyung.

"Apasih Kak?" Pipi gadis itu merona membuat Cassie tertawa puas.

"Pipinya merah tuh!"

Vanessa refleks menutup kedua pipinya, menyembunyikan reaksi malunya.

"Liat deh, Iqbaal liatin kamu tuh."

"Udah deh Kak, aku malu ini."

"Hahaha...," Cassie tertawa puas kemudian meneguk air mineral yang ada di sampingnya, "kalian tuh cocok banget, kenapa gak dari dulu aja jadian."

"Ya kan dulu Kak Iqbaal masih ada status sama Kak Salsha."

"Iya tapi dianya suka sama kamu dari pertama kali MOS."

Satu fakta yang memang sudah dia ketahui sejak pertama kali Iqbaal mendekatinya. Fakta yang mana membuat dia mengecap Iqbaal laki-laki buruk-diawal pemikirannya-sebelum Cassie membuatnya percaya. Meski begitu, ada satu pertanyaan yang hinggap di benaknya tentang hubungan Iqbaal dan Salsha. Pertanyaan yang belum mampu dia dapatkan jawabannya.

"Udah gak usaha dipikirin, yang penting kan sekarang Iqbaal udah jadi bucin kamu. Suka gemes gitu kalau liat kalian."

"Padahal Kakak sama Kak Aldi jauh lebih ngegemesin, cocok banget! Aku suka liatnya," ucap Vanessa sembari menatap Cassie dengan senyuman cerahnya.

Dan Cassie hanya merespon dengan tersenyum tipisnya.

Beralih ke arah Iqbaal yang sejak tadi mendapatkan perhatian dari gadis-gadis yang turut menonton latihan gabungan cheers dan basket untuk persiapan lomba antar sekolah satu minggu lagi. Laki-laki itu memilih berpura-pura tidak tahu dan tuli akan bisikin yang sebenarnya terdengar sampai di telinganya.

Padahal, suara mereka terlampau keras untuk dibilang sebuah bisikan. Rasanya, ia sedikit menyesal tak mengajak Aldi ataupun Bastian. Walaupun dua sahabatnya itu super rusuh, namun ia tak menyangkal jika keduanya kadang bisa menjadi malaikat pelindungnya.

Ting!

Suara pesan masuk membuat lamunannya buyar, dia merogoh ponsel di saku celana sekolahnya.

From: Salsha

Bisa dateng ke rumah ga?

Enggak. Inginnya menjawab kata itu, namun ia berpikir sejenak. Kira-kira apa yang membuat gadis itu menghubunginya? Apa ada sesuatu yang penting atau hanya sekedar menemani si gadis jalan-jalan?

Ting!

From: Salsha


Kalo gabisa aku sama Alwan aja

Karna terlalu lama berpikir, Salsha kembali mengirimi pesan. Kali ini membuat Iqbaal tak langsung berpikir lama. Remaja laki-laki itu langsung beranjak dari duduknya, mengambil tasnya dan berjalan keluar lapangan basket tanpa tahu jika pandangan Vanessa tak lepas darinya.


***

Salsha tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, gadis itu bahkan refleks meloncat karena terlalu bahagia. Dia langsung berlari ke arah bawah, memakai pakaian rumahan dan sandal, dengan tangan mengamit dompet dan handphone.

"Mau kemana?" tanya Iqbaal heran. Laki-laki yang heran karena Salsha masuk ke mobil lebih dulu, padahal ia hendak keluar menghampirinya.

"Puncak yuk?"

"Ngapain?"

"Pengen aja, udah ayuk"

"Kamu pake baju gitu?" Iqbaal menilik celana pendek rumahan bermotif bunga dan kaos katun Salsha, "ganti baju dulu entar aku dimarahin Kak Al."

"Kak Al gak bakal tau, udah ayuk pergi aja keburu macet entar."

"Ganti baju dulu."

Salsha melipat tangannya di dada, "Gak mau!" katanya tegas.

"Fine! Kita mampir di pom, kamu ganti pakai celana training aku." Kemudian Iqbaal mulai menjalankan mobilnya.

Salsha tersenyum dalam hati, tak memungkiri jika hatinya kelewat senang. Setidaknya dia tahu jika Iqbaal masih peduli padanya.

"Kamu udah ijin Kak Al?"

Salsha menoleh ke arah Iqbaal yang mencuri pandang ke arahnya, "Kak Al gak ada di rumah."

"Telfon gih."

"Iya." Meski begitu gadis itu tak beranjak sedikitpun untuk mengambil ponselnya di dashboard.

"Sekarang."

"Nanti aja."

"Sekarang Salshabilla."

Salsha mengembuskan napasnya kesal, ogah-ogahan membuka lock-screen ponselnya.

"Iya nih! Bawel!"


***


Selamat malam! Semoga nyenyak tidurnya.

What do you think about this part?

Jangan lupa komen dan votenya!

Cium beceq
-biebers.

My Sweetest ExKde žijí příběhy. Začni objevovat