• PROLOG •

85 14 6
                                        

Beberapa tahun yang lalu...

Jen kecil terbangun dari tidurnya. Dia menangis karena mendengar ayah dan ibunya bertengkar 'lagi'. Jen juga mendengar suara pecahan guci yang sengaja dilempar.

Jen terus menangis sesenggukan. Seraya menutup kedua telinganya. Dia terduduk diatas kasurnya. Menekuk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana.

"Jen takut! Jen takut ya Allah! Bunda sama ayah berantem terus.. Hiks.. hiks.." tangisan Jen terdengar sangat memilukan. Siapapun yang mendengar tangisannya pasti akan iba padanya. Anak kecil yang belum mengerti apapun itu menjadi korban broken home. Sungguh, orang tuanya tidak bisa memahami hati anak itu.

Bagaimana jika anak itu tertekan karena pertengkaran mereka. Bagaiman jika anak itu mengalami trauma yang berkepanjangan. Mereka tak memikirkan itu semua. Mereka hanya mementingkan ego mereka saja.

Tiba-tiba suara seseorang mengintrupsi Jen kecil, membuat dia mengangkat kepalanya. "Jen, kamu jangan takut ya aku ada disini untuk nemenin kamu, aku sekarang jadi teman baik Jen," Jen semakin takut melihat sosok anak yang muncul tiba-tiba dihadapannya. Sosok anak itu sangat mirip dengan Jen. Tidak ada yang berbeda. Dari atas rambut sampai bawah kaki tidak ada yang berbeda.

"Ka..kamu siapa? kenapa kamu bisa ada disini? kenapa kamu mirip sama Jen?" Jen kecil bertanya kepada sosok anak yang ada didepannya walaupun ketakutan masih ada dalam dirinya.

Sosok anak itu tersenyum,"Mulai sekarang, aku jadi teman Jen. Jen nggak perlu takut sama aku. Kita sekarang berteman ya Jen?"

Jen kecil mengangguk dengan polos, "Iya kamu sekarang jadi teman Jen. Sekarang Jen nggak kesepian lagi. Jen nggak takut lagi karena Jen udah punya teman. Kamu nggak akan ninggalin Jen kan seperti ayah dan bunda yang nggak peduli sama Jen?"  Jeane yang masih belum mengerti apapun itu jelas saja senang, karena dia mempunyai seorang teman. Dan dia tidak akan kesepian lagi.

"Tapi ada syaratnya kalo Jen mau berteman sama aku terus," ucap anak kecil itu.

Jen kecil mengangguk dengan antusias, "Iya apa syaratnya?"

"Jen nggak boleh bilang siapa-siapa kalo aku jadi teman Jen, nggak boleh ada yang tau kalo aku itu ada," anak kecil itu mulai mengajukan syaratnya.

"Iya, Jen nggak bilang siapa-siapa kok asalkan Jen bisa tetep berteman sama kamu, nama kamu siapa?" tanya Jen kepada anak kecil itu.

"Nama aku Jane."

Broken HomeWhere stories live. Discover now