Dua [rewrite]

1.2K 30 3
                                    

Taurus – Memperhatikan

*1005 TAURUS*


Beruntungnya aku mendapatkan wali kelas yang hangat dan mudah bercanda. Senangnya memiliki seseorang yang mengeluarkan sifat ke-ibuannya di sekolah.

Tapi repotnya jika hanya aku yang di kenalnya untuk sementara waktu ini di kelas. Ini akibat tempat dudukku yang strategis dan mudah di liriknya saat pengenalan tempo hari.

Seusai mata pelajarannya—Biologi—aku di suruh mengumpulkan tugas ke mejanya. Tidak masalah untuk mengumpulkan ke mejanya, yang jadi masalah itu saat mengumpulkan buku-buku anak sekelas, aku belum mengenal mengenal mereka seluruhnya. Dan aku bodoh dalam hal sapa-menyapa dan kenal-mengenal.

"Eh yang di depan ini siapa namanya?" Bisikku pada Rani—teman sebangku ku.

Rani menolehkan kepalanya sekilas dari layar ponselnya. "Rama." Jawabnya keras, seperti memanggil orang yang bernama Rama itu.

Alhasil cowok berkacamata yang duduk di depanku ini memutar tubuhnya, menengok kearah Rani.

"Kenapa Ran?" Tanyanya pada Rani yang kini mengalihkan pandangannya—lagi.

"Tata tadi nanya nama lo."

Kepalanya mengarah kepadaku sejurus kemudian. "Kenapa Ta?"

"Eh ini, tugas lo udah kelar?"

"Beloman, lo mintain yang lain dulu dah."

Aku menangguk, menyetujui permintaannya. Dan kemudian bangkit berdiri, berkeliling layaknya penagih utang yang sudah masuk tenggang waktu.

Beberapa dari mereka telah selesai dan langsung memberikan tugasnya padaku—baik dengan cara ramah atau acuh-tak acuh.

Tiba saatnya aku pada barisan belakang. Barisan keramat yang sangat amat aku hindari posisinya—karena mata minus yang mengganggu.

Teman sebangku yang sedang menenggelamkan kepalanya diantara lekukan lengan sedikit membuatku malas meminta tugas mereka. Pasalnya aku enggan membangunkan mereka, siapa tau mereka tidak suka dan malah mengancam keberadaanku di kelas selama setahun terakhir. Ya aku tau itu berlebihan.

Tanganku mengetuk meja mereka tiga kali.

Tok! Tok! Tok!

Hanya salah satu diantara mereka yang menggeliat, namun tak kunjung menegakkan badannya. Aku menarik napasku perlahan dan kemudian kembali aku mengetuk meja mereka, kali ini lebih keras dan penuh penekanan.

TOK! TOK! TOK!

Seseorang dari mereka yang duduk—tidur—dekat denganku memiringkan kepalanya dan menatapku dengan mata di sipitkan. Ah Delvin toh.

"Tugas biologi udah selesai?" Tanyaku.

Badannya langsung menegap saat itu juga, membuatku berjengit kaget.

"Gue ketiduran, ada tugas emangnya?" Tanyanya panik, aku mengangguk sebagai jawaban. Kepalanya menoleh ke cowok di sebelahnya yang masih tertidur, dan segera membangunkannya. "Lang, weh tai ada tugas."

"Tau gua." Gumam—cowok yang kalau tidak salah namanya—Gilang. "Udah kelar gua, tuh." Kepalanya menunjuk kearah buku tanpa sampul yang sedari tadi tergeletak diatas meja.

Delvin segera menyambar buku itu dan membukanya dengan rusuh. "Gue nyalin dulu bentar, jangan ngumpulin kalo gue beloman kelar."

Aku hanya bisa melongo, kemudian mengangguk pelan dan kembali ke tempatku. Rani sudah hilang, entah pergi kemana. Mungkin ke toilet, pikirku.

1005 TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang