Delapan Belas

264 14 5
                                    

Taurus - Aku (tidak) Bisa Menghapus Kamu

*1005 TAURUS*



Menjadi yang tertua di sekolah bukanlah hal yang begitu menyenangkan, mengulang pelajaran yang bahkan kalian sendiri mengacuhkannya benar-benar menyebalkan dan menguras otak. Apalagi di Atlantik bulan September yang seharusnya menjadi bulan-bulan santai kami malah sudah di pusingkan dengan pendalaman materi yang diadakan jam 6 pagi, ingat 'pagi'.

Tapi hari ini hari keberuntungan kami-kelas 9. Pendalaman setiap Jum'at seperti hari ini tidak dilaksanakan, jadi aku dan sebagian teman sekelasku memilih untuk duduk-duduk sambil sekedar menggosipkan berita terpanas baru-baru ini. Untuk option terakhir kali ini aku absen.

Aku memilih untuk keluar kelas dan duduk di koridor sambil menemani Rani menonton pertandingan futsal yang rutin diadakan setiap Jum'at nya.

Teriakkan Rani yang biasanya akan membuatku kehilangan pendengaran sekejap, kali ini sedikit tersamarkan dengan lagu Stitches milik Shawn Mendes yang mengalun dari earphone yang terpasang di kedua telingaku dengan volume cukup tinggi-seperti kebiasaanku.

Dengan pikiran yang terfokus pada novel di genggamanku dan mulutku yang tanpa sadar menggumamkan lirik dari lagu tersebut, aku menyadari seseorang menyela diantara aku dan tiang di sebelahku yang hanya terpisah beberapa senti.

Tanpa penolakan, aku sedikit menggeser tubuhku sehingga membuat Rani sedikit terdorong.

"Delvin lo jangan nyempil-nyempil apa, sok kurus banget." Aku mendengar Rani mengomel pelan. Segera aku memalingkan wajah dari novel kepada seseorang di sebelah kananku yang hanya diam ketika mendapat omelan dari Rani barusan.

"Kan ada tempat lain yang lebih lega Vin." Ujarku datar sembari menunjukkan tempat di sebelah Rani yang masih kosong dengan daguku.

"Ogah, gak keliatan jelas Ta kalo dari situ." Belanya.

"Bilang aja lo pengen deket-deket gue." Aku berusaha sedatar mungkin, walaupun detakan jantungku sudah naik turun sejak mendengar namanya disebut Rani tadi. "Gue ngerti kok Vin." Ujarku terakhir kemudian kembali-berusaha-terfokus dengan novel di tanganku.

Setelah sempat berusaha terfokus kembali dengan bacaanku-yang sedikit berhasil-tiba-tiba seseorang menarik earphone sebelah kanan yang tercantol di telingaku dan dengan cepat membuyarkan konsentrasiku.

Aku menoleh kearah tangan Delvin yang sedang tertumpu pada dinding balkon, memegang sebelah earphone ku. Tanganku yang bebas, mengambil benda itu paksa. Karna genggamannya sangat kuat tali benda itu hampir putus kalau saja aku tidak segera merenggangkan tarikanku

"Delvin!" Pekikku tajam. "Ini ori asal lo tau."

"Kegedean volumenya." Setelah berkata dirinya malah mencantolkan benda itu ke sebelah kiri telinganya. "Kalo volumenya segede ini bisa-bisa kuping lu budeg seketika, kecilin volumenya."

Entah kenapa aku menurut, kemudian mengeluarkan ponselku dari dalam kantong rok dan menekan tombol volume bagian bawah untuk mengecilkan volumenya.

"Masih gede." Aku menghela napas dan kembali mengecilkan suaranya. "Dah."

Bibirku dengan seribu alasan yang sama terangkat dan membuat segaris senyum tipis, ini gerakan refleks yang beberapa kali terjadi jika aku melihat manik matanya yang bisa membunuh jantungku seketika.

Dirinya menaruh sebelah earphone ku kembali ke tempatnya semula-telinga sebelah kananku. Karna tak nyaman dengan caranya memasang, aku segera mengambil sebelah earphone milikku itu dari tangannya.

1005 TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang