I INVISIBLE

3K 249 10
                                    

Aku melangkahkan kaki ke ruang makan dengan perasaan riang. Hari ini adalah tahun ajaran baru dan akhirnya aku menjadi siswa tahun terakhir disekolahku. Dan semuanya kumulai dari ruangan ini, ruang makan yang telah dihuni oleh tiga orang terpenting dihidupku.

Yup, mereka adalah orang tua dan kakakku, Adera.

"Halooo, selamat pagi",sapaku riang.

"Hai, Zura. Segera sarapan lalu berangkatlah ke sekolah",balas Ayah.

"Oke, yah"

"Tunggu",sela Ibu.

"Ada apa bu?"

Ibu memperhatikan penampilanku dari rambut sampai kaki.

"Kurasa seragammu sudah kekecilan, terutama dibagian lengan dan perut. Hari ini akan ibu kirimkan uang bulanan ke rekeningmu, tapi akan ku tambahkan untuk membeli seragam yang baru. Tubuhmu terlalu mencolok dengan pakaian ketat itu",ucap Ibu.

Baik aku, ayah, maupun kakak meneliti seragam yang kupakai. Rasanya biasa saja deh, tidak kekecilan.

"Tapi, kurasa baju seragamku baik-baik saja, bu",negoku.

"No, dengan ukuranmu yang segitu pakaianmu terlalu sempit, sayang. Besok ganti ya?",jelas Ibu.

Aku menghela nafas.

"Oke"

Ibu tersenyum puas.

"Good girl",gumamnya.

Aku mengambil tempat duduk kosong dan mulai mengisi piringku dengan nasi goreng buatan Bibi Asti.

"Stop"

Lagi-lagi kegiatan sarapanku terjeda karena interupsi dari keluargaku. Kali ini dari ayah.

"Ada apa, yah?",tanyaku bingung.

Kulihat Ayah tampak menimang perkataan yang ingin ia ucapkan.

"Bukankah sebaiknya kau mulai memperhatikan penampilan dan mengurangi porsi makanmu, Azzura?",usulnya.

Aku meneguk tenggorokan yang terasa kering tiba-tiba. Aku menatap piringku yang sudah penuh dengan nasi goreng lengkap dengan lauknya. Lalu aku melihat piring Ayah, Ibu, dan juga kakak. Porsi mereka bahkan tidak sampai setengah porsiku saat ini. Rasa malu menguasaiku dengan sekejap. Aku hanya bisa berdeham dan..

"Akan kucoba, Ayah",jawabku pelan.

Dan lagi-lagi senyum puas terbit di wajah orang tuaku. Dan sebentar lagi pasti akan keluar dua kata yang menjadi jargon orang tuaku ketika permintaan mereka kuturuti.

1.. 2.. 3..

"Good girl"

Tuhkan.

Aku menghela nafas secara diam-diam sambil mengembalikan separuh nasi gorengku dengan sedikit tidak rela.

Makan pagi pun kembali berjalan dengan hening.

Dan biasanya, ibu akan berbicara hal yang hampir tiap hari ia ucapkan.

"Oh ya, kemarin aku ditawari jadi brand ambassador make up baru, tapi kutolak. Aku tak mungkin menambah kesibukan disela praktik psikologku",saut Ibu.

Nah.. apa kubilang.

"Hmm.. sebenarnya itu peluang bagus, tapi jika kau memutuskan begitu aku mendukungmu, sayang",balas Ayah dengan lembut.

Ibu tersenyum dengan rona yang menambah kecantikan parasnya.

"Ayah hampir lupa, hari ini mungkin akan pulang terlambat. Akan ada interview majalah bisnis",ungkap Ayah.

What Is Love (Exclusive at DREAME)Where stories live. Discover now