Cowok Ganteng

54 5 0
                                    

Kring kring kring

Bukan, itu bukan suara lonceng sepeda. Itu nada dering handphone Lamuela Aretha, panggil saja Aretha atau Retha.

"Ya? Hallo?" Katanya begitu setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Ret, ini gue Asha"

Putri Asha, sahabat Aretha dari SD. Dia gadis yang manis, berhidung mancung, berambut lurus dan hitam, bertubuh mungil dan mapan. Baiklah, orang tuanya yang mapan, jadi Asha kecipratan mapan. Asha keturunan pakistan-indonesia, jadi wajahnya keindia-indiaan gitu.

"Kenapa lo nelpon gue malem-malem? Pake nomor siapa lagi ini?" Kemudian Aretha menguap sambil menggaruk pipinya.

"Ini nomor bokap gue. Jangan disave, apalagi jadi pelakor lo" yang diujung telpon hanya terkekeh kecil.

"Besok sekolahkan? Kita mau ngambil kelas. Lo ga lupakan?" Lanjut Asha

"Hah? Masa?" Aretha membulatkan matanya sambil menepuk jidatnya. Dia benar-benar lupa

"Yaampun Ret, pikun lu gak ilang-ilang ya. Ini udah tanggal 24. Dirumah lo gak ada kalender apa?" Asha menggeleng-geleng, tentu Aretha tidak melihatnya.

"Gue gak tau. Gue gak niat masuk sekolah itu. Gue juga belum beli peralatan sekolah satu pun" kata Aretha sambil berlari kecil kekamar mamanya.

"Besok lo harus dateng kalo gak mau jadi orang bodoh nanti, gue gak mau bantuin lo nyari kelas"

Tut tut tut

"Ck, si Asha kebiasaan" kemudian Aretha membuka pintu kamar mamanya.

"Ma, besok sekolah. Aku pake baju apa? Kan belum dibeli satupun" katanya acuh. Dia benar-benar tidak peduli tentang sekolah itu.

"Yaudah kamu pake baju SMP trus kalo rok bisa dipinjem sama kak Irene kan?" Kata Afni, ibu Retha.

"Mm, yaudah" Aretha mengangguk. Irene, tetangganya pasti siap membantu.

****
"Maaaaaa liat nih bajunya agak kuning, malu dong sama temen-temen yang baju baru" teriak Aretha ketika bercermin.

"Udah deh, kamu syukuri aja apa yang ada" Riko,papanya Aretha menyahut.

Kalo sudah Riko yang berbicara, Aretha tidak bisa berkutik. Ayahnya itu tegas, tak terbantah.

"Kak, cepet elah, tar angkotnya full" itu Lamuel, adik Aretha. Lamuel hampir setinggi Aretha, ganteng, putih, dan bertubuh atletis padahal masih kelas 3 SMP. Adik gantengnya itu sudah standby di meja makan.

"Bawel" Aretha memakai cardigan abu-abunya, ia ingin menutupi bajunya. Kemudian Aretha bergabung dimeja makan.

****
"Rethaaaa" teriak Asha begitu turun dari mobilnya.

Aretha menutup telinganya "Berisik, gue gak budek". Asha nyegir mendengar jawaban Aretha. Kemudian membuka tas pink nya dan mengeluarkan seragam baru.

"Nih, ganti baju lo. Sakit mata gue liatnya" Asha menyodorkan seragam yang masih dibungkus plastik.

"Ah, emang lo sahabat gue paling dabess" kata Aretha sambil bertepuk tangan kegirangan kemudian menarik tangan Asha.

"Mau kemana?" Asha pasrah saja ditarik oleh Aretha. Aretha tak menjawab dan masih terus menebar senyuman.

****
Setelah mengganti baju di toilet, sekarang Asha yang menarik Aretha untuk baris kelapangan.

"Lama lo" kata Asha.

"Dandan dulu dong, biar chakheppp" jawabnya sambil memajukan jempol kewajah Asha, Asha menepis tangan Aretha.

"Hishhhh" Aretha menyegir.

Aretha merasa diperhatikan, tapi ntah oleh siapa. Matanya sesekali melihat kekanan dan kekiri. Sedangkan ibu-ibu yang berjilbab didepan para murid terus mengoceh, kemudian menyebutkan nama siswa-siswi baru untuk dibagi kelasnya.

"Yessssss" perempuan disebelahnya, sahabatnya, bertepuk tangan sambil melompat. Entah apa yang membuat dia sesenang itu. Aretha hanya melihat dengan tatapan aneh lalu mengangkat alisnya, seolah bertanya 'kenapa lo?'

"Kita sekelas donggggg" kata Asha memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Oh ya? Kelas mana?" Tanya Aretha dengan ekspresi datar.

"Lo daritadi ngapain sih? Kita kelas X-1"

"Ohhh" jawab Aretha kemudian fokus kedepan tak menghiraukan ocehan sahabatnya.

****
Setelah masuk kelas, melakukan ritual ketika tahun ajaran baru, seperti memperkenalkan diri, mendengarkan banyak peraturan, dll. Disinilah Aretha, masih duduk dibangkunya. Menolak ajakan Asha, padahal sudah diiming-imingi dengan traktiran. Rasanya malas untuk bergerak, takut orang yang memperhatikannya tadi adalah senior yang suka membully junior seperti banyak cerita diwattpad.

Aretha membenamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya. Dan saat ingin menutup mata

Prak

Suara meja dipukul. Aretha langsung menegakkan tubuhnya.

"Anjir gue kira siapa" katanya sambil memegang dadanya.

Si pelaku malah tertawa "Sorry, lo sih, gak mau ketemu gue ya?" Itu Riska, sahabat SMPnya dan Asha.

"Males gue, rame di kantin" Aretha menyandarkan tubuhnya.

"Sok iye lu, Riska dah yang gue traktir" Asha duduk didepan Aretha, Riska disamping Aretha. Aretha hanya memutar bola matanya malas.

"Eh, ada cogan dong di kelas gue" Tak ada yang tertarik karena Riska emang fangirling orangnya.

"Ya, trus?" Tanya Asha menaikkan alisnya.

"Gue suka deh kayaknya" Riska memegang kedua pipinya sambil tersenyum.

"Gak heran gue" sahut Aretha.

"Awas aja kalo lu kagum ya" tunjuk Riska tepat didepan wajah Aretha. Aretha hanya mengangguk.

"Gue mau liat dong"

'Ck, si Asha gak tau situasi, gue lagi malas gerak juga' batin Aretha. Tanpa menjawab, Riska menarik tangan kedua sahabatnya. Aretha memang sudah menduganya.

****
"Ituuuuu, tuh tuh tuh" kata Riska heboh. Sekarang mereka bertiga seperti penguntit, mengintip dijendela. Lebih tepatnya Asha dan Riska. Aretha memang benar benar tidak berminat. Ia menyandarkan tubuh di tembok dan melihat kelakuan kedua sahabatnya.

"Ih Ret, liat deh, ganteng" bisik Asha. Kalau sudah Asha, harus dituruti.

"Ih, jelek banget" gumam Aretha sambil menunjuk laki-laki hitam, rambut berantakan, dan kurus. Laki-laki itu sedang duduk dimeja sambil menggoda siswi cantik didepannya.

"Kalo yang ganteng tu yang itu. Mata lo bedua katarak" tunjuk Aretha dikaca jendela. Riska menoleh, memperhatikan arah pandang Aretha.

"Yang mana?" Tanya Riska sambil tersenyum.

"Yang pake earphone, yang dipojokan. Itu baru ganteng, yang itu mah jelek. Mata lo pada emang harus di operasi ini mah" kata Aretha sambil menunjuk.

"YANG KITA BILANG EMANG YANG ITU KELEUUUUSS" teriak mereka serentak tepat di telinga Aretha. Aretha hanya pasrah menutup kedua telinganya. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian, dilihat banyak orang, termasuk cowok itu.

ARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang