PART SIX (Re-Post Edit)

30.9K 1.3K 17
                                    


Kania berusaha mati-matian untuk menahan agar air matanya tidak menetes. Berkali-kali dia memeluk Adam erat. Tubuhnya bergetar hebat, hingga membuat Adam menjauhkan tubuhnya dan menatapnya penuh tanya.

"Mommy kenapa? Mommy sakit?" tanyanya cemas. Kania berusaha tersenyum dan menggeleng pelan.

"Mommy gak apa, cuma kedinginan mungkin. Makanya Adam peluk Mommy ya," ujarnya. Adam mengangguk dan kembali memeluk Mommy nya.

"Tapi, kenapa tadi Mommy tiba-tiba tarik aku pergi dari ulang tahun Gladys? Kan pestanya baru di mulai?"

Pertanyaan Adam membuat Kania mengerang pelan. Apa yang harus dia jelaskan pada putra cerdasnya ini? Tapi suara supir taxi yang memberitahu bahwa mereka sudah sampai berhasil menyelamatkannya dari pertanyaan itu.

Kania menyuruh Adam berganti pakaian dan beristirahat. Setelah memastikan bahwa Adam sudah terlelap, Kania beranjak masuk ke kamarnya. Seketika air mata yang sedari tadi dibendungnya tumpah sudah. Dia menutup erat mulutnya agar tidak mengeluarkan suara isak tangisnya yang bisa saja membuat Adam terbangun.

Ponselnya berdering memunculkan nama Shilla di layarnya. Kania berusaha menghentika tangis nya dan berdeham sebelum mengangkat teleponnya.

"Kenapa, Shil?" tanya nya begitu menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Ini tadi Pak Aratta telepon aku, Ka. Dia nanyain nomor telepon kamu..."

"Terus kamu kasih?" potong Kania panik.

"Iya, aku pikir dia mau konsultasi sama kamu. Padahal waktu itu udah aku kasih kartu nama kantor, tapi gak tau deh. Kenapa,Ka? Apa ada masalah?" tanya Shilla penuh selidik. Kania terdiam sejenak.

"Eng... Tidak. Tidak ada,"

"Oh, ya udah. Mungkin nanti dia akan hubungin kamu,"

"Oke, thanks ya,"

"Eh,Ka.. Kamu oke? Kok kedengarannya abis nangis?"

"No, aku baik-baik aja kok. Hidungku memang sedikit mampet karena dingin."

"Baiklah kalo gitu. Bye,"

Kania mengerang pelan setelah menutup teleponnya. Aratta sudah tahu nomor telepon nya dan pasti tak lama lagi dia akan di teror oleh telepon dan pesan darinya. Akhirnya dia memutuskan untuk mematikan ponselnya.

*******

 Sepeninggal Kania dan Adam, Aratta bergegas menemui Jeremy di kamar tamu yang ada di rumah Gladys. Dia menemukan kakak nya yang sedang berbaring di tempat tidur. Aratta mengguncangnya kasar membuat Jeremy terduduk karena terkejut.

"Jelasin sama gue,Kak. Ada apa diantara kakak dan Kania?! Kenapa Kania langsung berubah seperti itu ketika bertemu lo?!" geram Aratta sambil mencengkeram kerah baju Jeremy.

Jeremy berusaha melepaskan cengkeraman Aratta di kerah dan kembali merebahkan tubuhnya, membelakangi adiknya yang makin emosi dengan sikapnya.

"Kenapa lo gak jawab? Jeremy!!" serunya kasar setelah kehabisan kesabaran nya. Jeremy tetap diam di tempatnya. Menulikan telinganya dari pertanyaan adiknya. Sempat terjadi keheningan beberapa saat sebelum akhirnya Aratta kembali menarik Jeremy bangun.

"Kak, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu? Jangan bilang kalau lo yang membuat Kania menjadi seperti ini?! Jawab brengsek!!!" cengkeraman Aratta makin erat di kerah baju Jeremy.

"Itu semua terjadi begitu aja, Ta. Gak sengaja dan terbawa suasana..."

BUGH!!

Aratta melayangkan kepalannya di wajah Jeremy. Wajahnya memerah karena emosi. Dia kembali menarik kerah Jeremy dan membuatnya berdiri sejajar dengannya.

MY BOY AND HIS DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang