Aurora selalu mendapati dirinya terbangun dengan keadaan kacau atau bahkan seseorang terluka di sampingnya. Hal itu selalu membuat ia sadar, ada kepribadian lain dalam dirinya.
Kejadian aneh pun terus terjadi. Ia merasa seseorang mulai mengikutinya...
Warning! : Cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak nyata! Semata-mata hanya sebagai hiburan. Selamat membaca^^
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
Ada banyak suara di dunia ini. Hujan, petir, dan suara pedang yang saling bertubrukkan dengan bermandikan noda darah. Tanah berlapang itu penuh dengan sesak. Para prajurit melemparkan tebasan dari pedang peraknya. Teriakan, jeritan, dan keputusasaan membalut mereka yang berbaju putih. Sedangkan yang kelam, terus merasa haus akan kemenangan dan takhta.
Tumbuhan dan hewan terdiam, menyaksikan ujung penghancuran dunia. Sang pemimpin kedua pasukan berhenti melangkah. Mereka terdiam di antara pedang yang saling bersilang. Tangan-tangan yang bergetar itu berusaha menahan serangan lawan. Keduanya melemparkan tatapan tajam. Terdengar suara geraman yang bercampur senyum sinis.
"Menyerahlah, Penyihir Sialan! Dunia tidak membutuhkan keadilan. Tidak ada yang namanya perdamaian!"
Sang penyihir dari Jubah Putih menarik senyum miring. Wajahnya memang terlihat memprihatinkan. Namun, ketika melihat lawannya mulai memuntahkan cairan merah, ia tahu dirinya bukan satu-satunya yang terluka. "Kau masih bisa berbicara, padahal ini adalah titik terlemahmu. Menyerahlah. Kami tak akan menguasai dunia dan membuat bangsamu merasa tidak adil. Kita bisa hidup berdampingan dengan damai."
"Cih!" Pria dari Jubah Hitam meludah ke arah samping. Tatapan sinis itu tak pernah luntur. "Persetan dengan hidup damai, akan kubunuh kalian semua!"
Mata hijau milik Jubah Putih seketika terbelalak. Tubuhnya refleks bergerak ke belakang. Tangannya dengan cepat menangkis serangan Jubah Hitam. Ia tahu ini tak akan berakhir dengan mudah. Kekuatan mereka terkuras habis. Namun lawannya tetap bersikeras untuk menyerang.
Di depan sana, Jubah Hitam siap melangkah maju. Pertarungan ini harus diakhiri. Digenggamnya erat gagang pedang yang sejak tadi menemani perjuangannya. Dengan langkah cepat, Jubah Putih mulai berlari mendekat. Jubah Hitam yang tak ingin menunggu, ikut bergerak maju, bersiap memberikan serangan telak. Lalu, dalam titik jarak yang paling dekat, keduanya saling melewati, kemudian terdiam.
Jarum jam berdetak dengan singkat. Jubah Putih langsung ambruk, begitu pun dengan lawannya. Leher dan dada mereka tersayat, meninggalkan luka terbuka yang cukup besar. Tepat saat itu, pertarungan berhenti. Kedua pasukan terdiam melihat kekalahan pemimpin mereka.
Jubah Hitam dan Putih menatap langit sore yang kelam. Tetesan-tetesan air menyentuh kulit wajah mereka.
"Pertarungan ini belum berakhir." Jubah Hitam bersuara. "Aku janji, aku akan menghancurkan kalian semua."
Senyuman miring tertarik. Jubah Putih yang sedang sekarat berusaha membalas, "Dan aku akan menggagalkan semua rencana jahatmu. Bagaimana pun caranya."
Lalu, keduanya berhenti bernapas. Seperti janji Jubah Hitam, jiwa mereka menyatu dan terus berperang. Kemudian, hari yang sama akan terulang di masa depan. Sang kegelapan kembali, berusaha menemukan hari penghancuran dunianya.
~
Jangan lupa vote dan comment ya>.< reaksi kalian sangat kami tunggu loh(/^.^)/