Part 26

2.7K 115 3
                                    

KLIK !!!

Pintu kamar terbuka lebar, aku maju satu langkah berdampingan dengan Cakra, lalu dari jarak sekitar 5 meter aku menyaksikan tubuh Yudhi tergolek lemah di atas ranjang, matanya terpejam seperti orang tidur, ada sebuah selang infus yang tersemat di tangannya dan satu selang pernafasan yang terganjal di lubang hidungnya. Yudhi nampak lebih tirus dari terakhir kali aku melihatnya, bahkan tulang rahangnya jadi begitu kelihatan menonjol. Masih ada bekas luka di wajah dan tubuhnya yang mulai mengering. Sungguh ... tak ada hal yang bisa aku ungkapkan, hanya pandangan nanar dengan mata yang berkaca-kaca.

Cakra menarik mundur tubuhku dan segera menutup rapat pintu kamar ini, lalu dia merangkulkan tangannya di pundakku, dengan usapan yang lembut dia menuntun tubuhku untuk berjalan dan menjauhi ruangan perawatan Yudhi.

Jauh di luar ruang perawatan itu, aku tak kuasa lgi menahan emosi jiwa yang meletup-letup dalam dadaku, hingga tanpa aku sadari aku memeluk tubuh Cakra dan menangis terisak-isak dalam pelukan Cakra untuk melampiaskan rasa kesedihanku yang teramat dalam. Cakra hanya terbengong dan berusaha menenangkan aku dengan mengusap-usap punggungku.

''Sorry, Cakra ... aku tidak bisa mengontrol emosiku.'' Aku melepaskan pelukanku dari tubuh Cakra.

''Tidak apa-apa, Tian ... aku mengerti!" Cakra mencengkram tanganku dan berusaha menguatkan perasaanku, ''ayo ikut aku! Kita ke kantin buat mengopi, biar kamu lebih tenang,'' imbuhnya sembari menarik lenganku dan membawanya ke sebuah coffee shop yang letaknya tidak jauh dari gedung yayasan ini.

''Mas ... coffee late-nya dua, ya!" seru Cakra pada seorang pelayan ketika kami tiba di coffee shop tersebut. Setelah memesan Cakra mengajakku duduk di salah satu meja yang kosong.

''Cakra ... aku boleh tanya sesuatu pada kamu?'' ujarku.

''Silahkan!'' jawab Cakra singkat.

''Aku perhatikan dari tadi, kamu sepertinya sangat paham dengan keadaan yayasan, kamu juga nampak banyak kenal dengan orang-orang yang ada di sana, kamu juga bisa leluasa mengakses tempat-tempat yang seharusnya hanya tenaga medis saja yang bisa ke sana ... dan dari semua itu memunculkan satu pertanyaan ... sebenarnya kamu ini siapa?''

Cakra terkekeh manja, sebelum membuka mulutnya yang manis.

''Jiwa analisismu sensitif juga ya, Bro ... aku pikir perasaanmu saja yang sensitif, tapi ternyata ... kamu punya bakat jadi seorang detektif juga. Hehehe ...'' ujarnya.

Aku tersenyum simpul mendapat pujian dari Cakra.

''Well ... jujur saja, aku ini adalah salah satu anggota dari yayasan, aku juga seorang konselor di Yayasan tersebut untuk memberikan bimbingan pada seluruh lapisan masyarakat tentang kesehatan dan lebih khususnya masalah HIV/AIDS ...''

''Oohhh ...'' Aku menganggukkan kepala.

''Ya ... dan perlu kamu ketahui juga bahwa aku ini adalah seorang mahasiswa kedokteran.''

Lagi-lagi aku harus terpana dengan kenyataan yang terdapat pada diri Cakra. Tak hanya memiliki tampang yang menarik, tetapi dia juga berjiwa sosial dan berotak cemerlang. Aku benar-benar kagum pada sosok lelaki yang terdapat rasa volenteer tinggi dalam hatinya semacam dia.

Kembang LelakiWhere stories live. Discover now