Part 32

2.7K 121 6
                                    



''Pertemuan yang sangat mengharukan ...'' celutuk Cakra yang muncul begitu saja seperti makhluk gaib. Dia memegang sebuah amplop dengan memasang wajah inocent-nya, langkah panjang, tegap dan percaya dirinya begitu lincah bergerak mendekati keberadaanku yang berdiri kaku di tengah taman yang mulai gelap.

''Kamu memperhatikan aku dan Yudhi dari tadi, ya?'' ujarku pada lelaki tampan ini pas dia di depanku. Cakra menggangguk dengan hiasan senyum yang terpancar di bibir tipisnya. Masih saja manis seperti biasanya.

''Kenapa kamu cuma mengintip?'' lanjutku.

''Karena aku tidak ingin mengganggu kalian ...'' jawab Cakra santai, ''aku perhatikan kalian terlihat sangat dekat, makanya aku cukup melihat dari jauh,'' imbuhnya.

''Cakra ... aku senang sekali melihat perkembangan Yudhi yang sudah mulai membaik, dia sudah bisa keluar dari ruangan perawatan. Walaupun kondisi fisiknya masih nampak lemah ... tapi dia sudah bisa berkomunikasi dengan baik ... meskipun aku tahu dia sangat terpukul dengan kenyataan yang dia hadapi ... dia sangat membutuhkan dukungan semangat dari orang-orang dekatnya untuk dapat menjalankan sisa-sisa hidupnya.''

''Iya ... aku mengerti, Tian!''

Aku tersenyum tipis.

''Oh ya, aku rasa kamu akan lebih senang dengan kabar yang akan aku sampaikan untukmu, Tian!''

''Kabar apa itu, Cakra?''

''Nih ... buka aja sendiri!'' Cakra menyerahkan amplop coklat ke tanganku.

''Apa ini, Cakra?'' Aku mengkerutkan kening.

''Hasil test lab kamu kemarin."

Aku melirik Cakra sebelum membuka isi amplop tersebut, sejurus kemudian, aku membaca setiap keterangan pada hasil uji klinis, dan betapa senangnya hatiku karena semuanya bertanda negatif (-) yang mana itu berarti aku bebas dari diagnosis berbagai macam Penyakit Menular Seksual atau sejenisnya.

''Alhamdulillah ... Negatif!'' Aku sangat bersyukur dan gembira dengan ekspresi jingkrak-jingkrak. Entahlah, aku tidak sadar dengan yang aku lakukan, aku hanya merasa bahagia tak terkira. Cakra cuma tersenyum geli dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahku yang agak konyol dan kelewat childish ini. __Ahhh ... aku jadi malu dan tersipu.

''Sorry, Cakra ... aku terlalu happy dengan kabar ini,'' ucapku.

''Iya ... tidak apa-apa!'' timpal Cakra sembari melebarkan senyuman manisnya, lalu dia perlahan membalikkan badan tegapnya dan mulai menggerakan kedua kakinya.

''Cakra ...'' Aku menahan gerakan kaki Cakra yang hendak pergi meninggalkan aku.

Cowok berkulit putih bersih ini menoreh sebentar ke wajahku, matanya yang bening memancarkan pandangan yang teduh. Rasanya nyess adem dan kena di hatiku.

''Kamu mau ke mana?'' tanyaku.

''Aku mau pulang,'' jawab cakra ringan.

''Cakra ... mmm ... maukah kamu makan malam denganku?''

Cakra mengernyitkan dahinya.

''Aku ingin mentraktirmu!''

''Hmm ... Benarkah? Aku akan pikirkan terlebih dahulu!''

''Jangan menolak rejeki, Pak Dokter!''

''Apa kamu ingin mememaksaku, Pak Supervisor?''

''Tidak! Aku tidak akan memaksa tapi aku sangat berharap ...''

''Hehehe ... Baiklah, aku terima ajakan makan malammu!''

Aku tersenyum simpul memandang rona wajah rupawan Cakra yang tak pernah membuatku merasa bosan. Ganteng, manis seperti ada jutaan butiran gula yang menempel di wajahnya.

''Yesss ...''

Aku mengepalkan tanganku dan melakukan gaya kemenangan.

Kembang LelakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang