Epilog

11.6K 474 50
                                    

Untuk yang kedua kalinya Nadia kini tengah berjuang antara hidup dan mati untuk memberikan kehidupan bagi sang buah hati yang kini tengah bersiap keluar dari tempat perlindungannya selama sembilan bulan—didalam rahim sang ibu.

Nadia tertidur lemas seraya menunggu arahan dari bidan yang tengah membantunya melalui proses melahirkan. Arfan sang suami dengan setia menemani nya melewati proses demi proses yang harus dijalani sang istri.

Sedangkan si kecil Rais kini tengah menemani sang ibu yang tengah berbahagia karena bisa duduk di kursi pelaminan bersama orang yang dicintainya.

Ibu?

Mengingat tentang bagaimana si kecil Rais bisa memanggil Jessica ibu mampu mencetak senyum di sela-sela ringgisannya menahan sakit.

Mbak, boleh saya minta sesuatu?” Tanya Jessica kala itu, tepat satu hari setelah kepergian Aina, Putri semata wayangnya.

“Kamu boleh minta apapun sama mbak Jess. Insya Allah selagi mbak mampu , mbak pasti kabulkan permintaan kamu.”

Jessica tersenyum tipis kemudian memeluk tubuh Nadia dengan erat. Tangisnya kembali tumpah ruah, hatinya kembali merasa tercabik-cabik, Jesica bukan tidak menyadari bahwa selama ini kehadirannya dalam hidup wanita dalam dekapannya kini cukup menyakiti perasaan Nadia.

Kemudian, kebaikan hati Nadia benar-benar memukulnyabdengan telak. Ia merasa malu, dan juga merasa begitu hina. Keburukan yang ia berikan justru dibalas dengan kebaikan yang tiada habisnya

Bahkan kini, dengan tidak tahu malu nya ia meminta suatu hal yang mungkin lagi dan lagi akan menyakiti perasaan Nadia.

Tapi, meskipun begitu, Jessica berpikir, hanya satu kali ini lagi saja ia ingin bersikap egois untuk kebaikan dirinya.

“Izinkan aku memiliki Rais.” Ucapnya pelan.

Nadia sontak melepaskan pelukan keduanya, menatap tajam kedalam kedua mata Jessica yang kini basah oleh air mata.

“Kamu bercanda?” tanya Nadia masih dengan rasa terkejut yang melingkupi tubuhnya.

“Aku... mbak, aku belum siap kehilangan sosok anak dalam hidupku. Aku hanya memiliki Aina, dan sekarang Aina sudah pergi. Aku pikir dengan hadirnya Rais mampu menyembuhkan luka hatiku dengan cepat “

“Lalu, apa kamu pikir mbak gak membutuhkan Rais?”

“Masih ada Arfan yang akan menemani mbak.”

Nadia menghela nafas berat, ia pejamkan kedua matanya seraya mengucap istighfar untuk menghalau emosi yang tanpa sebab muncul dalam hatinya.

Baginya, terlalu sensitif untuk membahas Rais dalam persoalan ini. Mungkin, kemarin, ia masih bisa mengikhlaskan untuk membagi Arfan dengan Jessica. Tapi Rais, demi apapun ia tidak bisa membaginya dengan siapapun.

“Maaf, Jess mbak gak bisa penuhi permintaan kamu.”

Jessica menundukkan kepala. Ia lantas duduk bersujud di hadapan Nadia memohon dengan sangat agar wanita itu mau mengabulkan permintaannya.

Nadia sendiri merasa serba salah. Disisi lain ia merasa kasihan dengan apa yang kini menimpa Jessica, tapi disisi lain ia tidak bisa membantunya jika harus dengan Rais sebagai imbalannya.

“Jessica dengarkan mbak.” Ucapnya pelan dengan penuh kelembutan.

“Mbak penuhi permintaan kamu, tapi dengan syarat, mbak gak bisa bagi Rais sepenuhnya dengan kamu. Cukup dengan Rais memanggilmu ibu, tapi tidak dengan yang lainnya. Rais Putraku, aku yang melahirkannya, dia satu-satunya harta yang paling berharga yang aku miliki dalam hidup ini. Mbak gak bisa kalau harus membagi sepenuhnya dengan kamu ataupun dengan wanita lainnya.”

Jessica terdiam, ditatapnya wajah cantik yang kini menampakkan senyum manisnya. Ia tak habis pikir terbuat dari apa hati wanita ini? Bagaimana bisa ada orang sebaik Nadia di dunia ini?

“Apa mbak ikhlas?”

Nadia tersenyum, “Insya Allah mbak ikhlas. Asalkan kamu janji setelah ini kamu harus memulai hidup baru dengan penuh semangat. Ikhlaskan Aina.”

Jessica mengangguk penuh semangat. Ia kembali menarik tubuh Nadia dalam pelukannya menggumamkan ucapan terimakasih tanpa henti untuk wanita yang kini membalas dekapannya dengan hangat.

Nadia pun berharap agar senantiasa Allah meridhoi keputusannya dan akan menjadi sumber kebahagiaannya kelak untuk masa depan.

“Dalam hitungan ketiga dorong ya Bu.” Ucap sang bidan yang mulai memberikan aba-aba untuk Nadia.

Nadia kembali memejamkan kedua matanya, meresapi rasa sakit dengan penuh rasa syukur. Dengan mengucapkan bismillah Nadia mulai mengejan, meski sakit ia terus berjuang, ia harus semangat untuk memberikan kehidupan bagi buah hatinya.

“Sekali lagi ya Bu, dorong yang kuat!!”

Nadia kembali mengejan, rasa sakit tak ia pedulikan. Yang terpenting sekarang anaknya harus selamat.

Jerit tangis itupun menggema di seluruh ruangan. Nadia menghela nafas lega seraya memejamkan kedua matanya dengan mengucap syukur berulangkali pada sang Ilahi.

“Alhamdulillah, selamat ya Bu, pak.  Bayinya perempuan, lahir dengan sehat dan normal.” Ialah ucapan terakhir yang Nadia dengar sebelum kegelapan menjemputnya.

Dalam ketenangan yang menyelimutinya, kegelapan yang kemudian menuntunnya pada satu titik cahaya terang dalam hidupnya, Nadia melihat orang-orang yang ia cintai semasa hidupnya.

Uminya, Abinya, Rais, dan suaminya Arfan yang tengah menggendong bayi mungil.

Nadia tersenyum indah. Tak ada lagi beban yang kini menghimpit tubuhnya. Tak ada lagi kesedihan, rasa ikhlas yang ia jalani selama ini kini telah mencapai puncaknya.

Nadia sudah selesai. Perjuangannya dalam hidup kini sudah selesai. Meski berat karena belum sempat melihat bagaimana cantiknya, lucunya, pintarnya sang putri tumbuh besar nanti, Nadia tetap mencoba ikhlas dan berbahagia hati.

Yang terpenting kini, gadisnya dikelilingi banyak orang yang menyayanginya.

Dan sekarang, Nadia tengah memulai jalan baru dalam kehidupan baru yang lebih panjang dan lebih kekal.

Dengan membaca dua kalimat syahadat dengan teramat pelan dan lirih, Nadia menutup mata dengan senyum yang tercetak di wajahnya.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ  اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰى

"Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu)."
(QS. Al-'Alaq 96: Ayat 8)

***

Assalamu'alaikum, apa kabar sahabat shaleh shalehah? Afwan, cukup lama ana gak up kelanjutan kisahnya. Dan sesuai janji endingnya tetap Happy untuk Nadia.

Ana siap, ikhlas, menerima segala bentuk protes mengenai endingnya😂😂

Ana ucapkan banyak terimakasih untuk para readers setia. Tanpa kalian apalah dayaku yang hanya penulis amatir yang masih belajar. 😂

Syukron atas apresiasi kalian semuanya. 💞💖

Sampai bertemu di cerita-cerita lainnya. Jangan lupa bersyukur!😊💞

Jangan lupa tinggalkan jejak!!💖💖

Wassalamu'alaikum...

Keikhlasan Hati Where stories live. Discover now