4. Sekali Lagi Denganmu

34 2 0
                                    

Yang saya ingat terakhir kali sebelum saya membuka mata adalah Bapak dan Ibu, juga Kakek Nenek tengah menjamu saya dengan makanan olahan ikan paling lezat yang pernah saya cicipi, lalu sesudahnya saya bermain air di pantai belakang rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang saya ingat terakhir kali sebelum saya membuka mata adalah Bapak dan Ibu, juga Kakek Nenek tengah menjamu saya dengan makanan olahan ikan paling lezat yang pernah saya cicipi, lalu sesudahnya saya bermain air di pantai belakang rumah. Ketika saya membuka mata, ingatan itu perlahan memudar, lalu lenyap begitu saja seolah mimpi yang telah lama berlalu. Seraut wajah menjumpai saya. Bulat telur berbingkai kacamata persegi.

"Ana?" ia menyapa.

"Ya?" lidah saya kelu, seperti setumpuk kertas bekas yang terkena air lalu mengering.

"Syukurlah ini Ana," ucapnya riang, seolah khawatir salah mengenali. "Bagaimana perasaan Anda?"

Saya mengerjap beberapa kali lalu menggigil, baru menyadari bahwa ruangan ini begitu dingin. "Baik, hanya sedikit dingin."

"Ah, maafkan saya, kami harus memindahkan Anda terlebih dahulu, tentu saja."

Saya menurut begitu saja ketika ia membimbing saya ke ruangan lain yang lebih hangat dan memberikan selimut. Ada dua orang perempuan yang menunggu saya di sana, mereka memeriksa tanda vital, lalu memberika saya sebuah pil untuk ditelan.

"Ada seseorang yang ingin menemui Anda," kata pemuda berkacamata. Ia memeriksa penunjuk waktu yang melekat di dinding belakang kami. "Maukah Anda menunggu sementara waktu?"

"Apa aku sepertinya punya pilihan?"

Ia tergelak, "Ini tidak akan lama." Dan mereka bertiga meninggalkan saya di sini sendiri, berteman sofa dan beberapa meja tindakan. Saya masih bisa menyebutkan nama beberapa alat kesehatan yang ada di sini, entah dari mana saya mengetahuinya.

Saya menunggu cukup lama hingga nyaris tertidur ketika saya dengar suara langkah kaki mendekat, diiringi suara daun pintu terbuka. Pemuda tadi kembali, bersama dengan seseorang yang lebih dewasa tapi memiliki sorot mata hangat. 

"Ana?" lelaki tua itu menyebut nama saya. "Mariana Hasan?"

"... ya?"

"Kekasihku yang rupawan Ana, saya telah menunggumu sangat lama."

Panggilan itu terasa familiar. Satu-satunya hal yang saya kenal dari serangkaian kejadian hari ini. Satu nama yang selalu menghiasi mimpi saya.

"Dana," saya tersenyum lebar, "Kekasihku, saya kembali untukmu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Layar Terkembang Sekali LagiWhere stories live. Discover now