"Sepertinya ada yang kurang?" Seojun mengusap dagunya, berpikir. "Ah, Yoongi tidak datang?" Seojun kembali menatap semua orang, tapi tidak ada yang menjawab.

"Oh, Yoongi sedang di studio. Dia bekerja sebagai asisten produser disalah satu agensi." ujar Namjoon. Itu bukan bualan, dia mendapat pesan dari Yoongi satu jam lalu.

"Tampilan luarnya saja brandal, tidak kusangka dia anak yang mandiri."

"Yah, Yoongi memang seperti itu. Dia tampak kacau diluar, tapi sebenarnya dia adalah pria yang bertanggung jawab dan mandiri."

Merasa suasana mendadak canggung, sebab Jimin kembali menunduk dan nyaris menjatuhkan air mata, maka Seokjin kembali mengambil suara. "Sebaiknya kita mulai makan malamnya, nanti makanannya dingin."







•﹏•






Tidak ada yang bisa mencegah Yoongi. Pria Min itu akan menghabiskan waktu berjam-jam dibalik meja komputer hanya untuk bekerja. Ini adalah pelampiasan terbaik meski beberapa kali dia melakukan kesalahan, untung saja bosnya tidak mengomel.

"Hei, Min Yoongi, kau tidak pulang ya?!" Eric -si bos- terkejut mendapati asistennya masih berada di studio dengan kostum yang sama. Bahkan dimeja masih berserakan bekas makan malamnya yang dia tinggalkan begitu saja.

Yoongi menoleh sekilas, memijit pangkal hidung dan meregangkan otot yang terasa kaku. "Memang ini sudah pagi?"

Eric mendekat, memicingkan mata. "Kau sedang ada masalah ya?"

"Tidak."

"Kau tidak kuliah?"

"Nanti siang."

Eric mendengus pelan. "Pulang dan istirahat. Aku tidak mau pekerjaanku kacau. Hei, kau harus ingat jika lagumu masuk tangga lagu teratas kau akan menjadi produser tetap disini menggantikanku."

Kali ini Yoongi mengangkat wajah. "Memang kau mau kemana?"

"Aku akan ke LA, aku akan bekerja di sana. Anak perusahaan ini juga. Aku percaya padamu, jadi jangan kecewakan aku. Aku akan tenang jika kau yang menggantikan jabatanku."

"Kau seperti mau mati saja."

"Mulutmu, Min Yoongi! Kalau kau kasar seperti ini aku jamin tidak akan ada yang mau denganmu. Dasar manusia salju!"

Yoongi termenung, dia jadi ingat Jimin. Benar, bahkan Jimin yang sabar bisa bosan dan muak padanya.

Merasa tidak digubris, Eric menarik lengan Yoongi agar beranjak dari kursi. "Sudah sana pulang. Kasurmu sudah menunggu!"






•﹏•






Yoongi itu bukan tipe manusia yang mau diperintah, maka tidak heran jika dia tidak pulang dan justru berbelok ke sebuah sekolah.

Matanya sibuk mengintai gerbang, dia tahu jika Jimin tidak akan keluar, sebab sekarang masih kegiatan belajar mengajar. Dia rindu, tapi dia juga tidak bisa melihat Jimin selalu ketakutan saat berhadapan dengannya. Dia sayang, tapi dia juga sadar bahwa sikapnya yang berlebihan membuat Jimin tersakiti. Lagipula, masih pantaskah berandal sepertinya mendapat seseorang yang baik dan sabar seperti Jimin setelah apa yang dia lakukan selama ini?

Yoongi banyak berpikir siang itu. Mengulas kilas balik kehidupannya yang nyaris hancur karena keluarganya terpecah. Membuatnya posesif terhadap sesuatu secara berlebih. Selalu ada rasa takut yang menggerogoti pola pikirnya ketika melihat sesuatu yang dia miliki disentuh orang lain. Ya, Min Yoongi trauma.

Lalu, sedetik kemudian dia kembali menatap gerbang sekolah Jimin sebelum beralih pada gantungan berbentuk kepala biskuit cokelat dengan alis menukik yang menggelantung dibawah kaca spion dalam mobil. Yoongi meraihnya, mengelus dengan ibu jari lalu membukanya. Disana ada foto Jimin yang tersenyum begitu manis.

"Maafkan aku.."



"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.







•﹏•






Jimin menopang dagu bosan, menatap keluar jendela tepat pada lapangan basket. Dia mencoba mengikhlaskan, tapi sulit. Setiap hal yang dia lakukan selalu mengingatkannya pada Yoongi.

Tidak ada ucapan selamat malam sejak beberapa waktu lalu, Jimin rindu. Setiap pergi ke dapur meski sekarang dia tinggal di rumah Taehyung, toples berisi kopi hitam selalu membuatnya termenung. Ketika akan berangkat sekolah, dia mengingat bagaimana Yoongi memenuhi ponselnya dengan sederet pesan agar tidak bermain dengan orang lain kecuali Jungkook dan Taehyung. Lalu sekarang lapangan basket, Yoongi suka basket dan beberapa kali mereka memainkannya bersama meski Jimin selalu kalah dan berakhir memberi kecupan di pipi Yoongi sebagai hadiah.

"Jim?" Taehyung duduk disamping Jimin, memeluk sahabatnya yang tengah melamun. "Kalau kau ingin menangis, aku siap kok meminjamkan bahuku."

Jimin menoleh, menatap kosong Taehyung yang tampak mencemaskannya. Dia tidak menggubris, kembali menatap lapangan basket yang kosong karena hari sudah terik. Ah, omong-omong mereka sedang jam kosong. Guru Ahn tidak masuk karena sakit dan meninggalkan dua puluh soal matematika untuk dikerjakan. Jimin dan Taehyung membagi menjadi dua, jadi Jimin mengerjakan nomor 1-10, sedang Taehyung nomor 11-20. Katanya agar mempersingkat waktu.

"Hari ini kita pulang cepat saja ya? Kita nonton movie baru, bagaimana?" Taehyung hanya mencoba menghibur Jimin, dia tidak mau melihat sahabatnya terpuruk seperti ini terus menerus.

"Hari ini ada jam pelajaran tambahan, Tae." jawab Jimin tanpa menoleh. Masih asyik menatap lapangan basket yang tidak berpenghuni.

"Hari ini kita libur, kau lupa kalau jam sore ini akan dipindah pada Sabtu besok?"

"Sepertinya aku memang lupa." ujarnya lagi dengan nada hambar.

"Jiminie~ jangan sediiihh.. Taetae jadi ikut sedih juga nantiii..." telunjuk Taehyung menusuk-nusuk pipi tembam Jimin yang sedikit tirus.

Jimin mau tidak mau terkekeh halus, mencubit hidung Taehyung gemas lalu memeluknya. "Maaf membuatmu cemas. Aku maunya juga begitu, Tae, tapi kau tahu ini sulit. Yoongi Hyung adalah yang pertama bagiku. Aku hanya.. ya, kau tahu maksudku 'kan?"

Taehyung balas memeluk, mengelus punggung Jimin dengan gerakan teratur. "Kalau kau tidak ingin berpisah, belajarlah untuk saling jujur. Meski sesakit apa pun kenyataannya. Itu lebih baik dari pada kalian saling menyakiti seperti ini."

Disana Jimin tersenyum lembut. Hatinya sedikit tenang mendengarkan nasehat Taehyung. "Terimakasih, Tae. Kau memang sahabatku."

"Sama-sama. Es krim strawberry sebagai bayarannya."

Mereka tertawa masih dengan saling memeluk. Bergoyang kesana kemari mengabaikan kericuhan kelas yang heboh karena Kang Daniel akhirnya menjalin kasih dengan Park Jihoon.





Fin!
•﹏•





GIGI
AUGUST 22, 2018

Daily LoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon