Chapter 4

628 45 5
                                    



CHAPTER 4



Zayn

"Zayn, kau tahu? Caulfield tidak benar-benar sakit seperti banyak orang bilang, mungkin memang seperti itu jalannya."

"Maksudnya?"

Bianca menaikkan kedua bahunya, "Tidak apa-apa," Ia menyelipkan seuntas rambut cokelat gelapnya ke sela telinga. "Hanya saja, menurutku, Caulfield tidak benar-benar munafik seperti orang lain bilang. Pada akhirnya, dia bilang kok jika seseorang menungkapkan semuanya mengenai seseorang yang dia benci, maka pada saat itulah dia akan mulai merindukan mereka mereka yang dia benci. Dia benar, seharusnya aku tidak perlu mengungkapkan semuanya."

"Kau tidak membicarakan mengenai kita,'kan?" Pandangan Zayn terkunci pada Mandy.

Namun kedua mata biru sendu miliknya hanya menatap dengan bibir tersenyum.

"Zayn,"

Ia menghentikan lantunan hentakan jemarinya, "Iya,"

"Kau melamun lagi," Ia meletakkan pulpen diatas kertas catatan didepannya, "Zayn, ini proyek yang besar dan aku sangat mempercayakanmu,"

"Maafkan aku Mr. Gunaade, tapi aku mendengarkanmu dengan baik," Zayn kembali menatap pria paruh baya didepannya, "hanya saja...,"Zayn berusaha mencari kata-kata yang sesuai untuk menjelaskan sekilas memori tentang Bianca di kepalanya.

Gunaade menghela nafas panjang, ia menatap Zayn iba, "Baiklah, kita akhiri dulu untuk hari ini," ia berdiri dan merapihkan lembaran blueprints yang tertera diatas meja. "jika kau memang mendengarkanku, aku baru saja menghabiskan tujuh menit memuji rancanganmu yang sangat mendetail dan sesuai dengan ekspektasiku," Gunaade kembali menghela nafas panjang, "dan beginilah dirimu, melamun saat dipuji. Aku tidak akan memujimu lagi," ia memutar bola matanya.

Zayn tersenyum simpul, "I won't let you down,"

"Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi," Gunaade memberikan senyum kepercayaannya, "kutunggu demonstrasimu minggu depan, Zayn"

Zayn menyusul meninggalkan ruangan tak lama setelah Gunaade meninggalkannya. Ia memakai mantel cokelat panjang yang digantungkan di dekat pintu keluar dan berjalan ke luar pinggir gedung.

New York saat itu mulai memasuki suhu menusuk tulang. Namun itu tidak mengurungkan niat Zayn untuk berada diluar hanya untuk sekedar melamun dan mengisap satu atau dua batang rokok.

Asap putih dari bibir merah mudanya hampir samar karena angin yang kencang. Pandangannya kosong, namun Zayn tetap memperhatikan dedaunan yang berguguran dan terbang ketika angin berhembus, juga ketika tupai-tupai diatas atap gedung saling berlarian berpindah tempat, dan ketika sesosok pria berjas putih menghampiri dan ikut berdiri di depannya.

Zayn mengeluarkan korek api miliknya ketika pria itu menyunggingkan senyum lebar

Ia menangkap korek yang diberikan Zayn, "Kau yang terbaik," katanya sambil menyalakan rokok miliknya, "Whats up Zayn? Proyekmu lancar?"

"Lumayan, Niall," Zayn menghela asap putih dari hidung dan mulutnya, "kau sendiri? Kapan kau lulus?"

Niall terkekeh, "Yang jelas bukan sekarang atau beberapa tahun kedepan, tapi hey setidaknya mahasiswi baru kedokteran tahun ini lebih sexy dibanding tahun sebelumnya. Aku tidak tahu, tahun ini sepertinya diameter mereka bertambah 3 cm."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Attached,  // z.mWhere stories live. Discover now