"Hyung-" mau tidak mau Jimin harus rela menelan ucapannya. Ingin menolak tapi Hoseok sepertinya memang benar-benar memaksa. Jimin memilih menurut, menyambar dua kantung plastik belanjaannya dan menunggu di teras minimarket.

Hoseok keluar dengan senyum yang tidak pernah luntur. Pria Jung itu membuka payung dan merangkul bahu yang lebih muda tanpa ragu. Menggiring menuju mobil dan membukakan pintu, bahkan satu tangannya berada diatas kepala Jimin agar tidak terbentur sambil menggumam hati-hati kepalamu.

Setelahnya, Hoseok membuka pintu belakang dan mengambil payung dari sana. Kembali ke minimarket untuk mengembalikan payung yang dia pinjam dan duduk dibangku kemudi. Masih dengan raut yang begitu hangat dan ramah, Hoseok melepas jaket yang dia kenakan untuk diberikan pada Jimin.

"Hyung, tidak perlu-"

"Aku tahu kau kedinginan, wajahmu sedikit pucat. Jangan sampai kau sakit, kau ini sudah kelas 12 jadi harus menjaga kesehatan agar belajarmu tidak terhambat."

"Uh, terimakasih." sejujurnya Jimin memang merasa kedinginan, itu alasan kenapa dia membeli cokelat hangat sambil menunggu hujan reda.

Jimin mencuri pandang pada Hoseok yang asyik mengemudi tanpa terganggu akan keberadaannya. Hoseok itu seperti matahari. Cerah dan juga hangat. Pria Jung ini selalu bisa mencairkan suasana, selain itu dia juga begitu peka dan penyayang. Jika ditelaah lagi, menurut Jimin pria yang sedang mengemudi disampingnya ini pasti seorang yang sabar dan dewasa. Berbanding terbalik dengan Yoongi.

Tunggu, apa yang dia pikirkan?

Jimin menatap keluar jendela. Hari masih hujan dan sepertinya semakin deras. Jalanan depan bahkan sampai tidak terlihat meski pengendara sudah menyalakan lampu.

"Jiminie?"

"Hm? Kenapa, Hyung?"

Hoseok tampak melirik sekilas pada Jimin yang sudah menatapnya dengan binar polos. Disini dia berpikir, bagaimana bisa Yoongi berlaku kasar pada bocah lugu seperti Jimin? "Kau dan Yoongi baik-baik saja 'kan? Kemarin dia bersamaku dan Namjoon sebelum menemuimu. Aku harap tidak terjadi sesuatu."

Ah, Jimin jadi ingat kejadian memalukan kemarin. "Ya, sepertinya kami akan baik. Semoga saja."

Meski Jimin berucap lirih, tapi Hoseok masih bisa menangkapnya dengan jelas. Dia kembali mengulurkan tangan, menepuk pucuk kepala Jimin halus seperti seorang kakak. "Dia hanya terlalu posesif. Mungkin karena masa lalunya. Maaf kalau dia terkadang berbuat seenaknya, ya?"

"Kenapa kau meminta maaf, Hyung?" Jimin terkekeh lembut. "Harusnya dia yang mengatakan semua itu. Terimakasih sudah mencemaskan hubungan kami, tapi kami baik-baik saja. Mungkin juga aku ada salah sampai dia marah padaku."

Hoseok balas tersenyum tipis. Sedikit iba, seandainya Jimin bukan kekasih sahabatnya dia pasti akan merengkuh bocah SMA ini dengan cintanya. "Sudah sampai."

"Terimakasih, Hyung. Maaf sudah merepotkan."

"Sama-sama, Jiminie. Dan kau sama sekali tidak merepotkan. Ah, pakai payung ini. Jaga kesehatan ya? Oh, semoga kalian segera berbaikan." lagi-lagi jarinya bergerak untuk mengusak rambut Jimin.

"Kalau begitu aku masuk dulu. Sekali lagi terimakasih. Sampai bertemu lagi, Hyung." Jimin keluar setelah melipat jaket Hoseok dan diletakan di dasbor. Melangkah keluar mobil dengan dua tangan yang sibuk memegang payung serta belanjaan.

Hoseok langsung pergi setelah melambaikan tangan dari dalam mobil, meninggalkan Jimin yang masih berdiri ditempat untuk mengantar kepergian Hoseok. Dalam hati, seandainya Yoongi bisa berlaku begitu hangat seperti Hoseok mungkin mereka tidak akan sering berdebat dan berakhir saling diam.

Merasa tubuhnya bergidik, Jimin memutuskan masuk ke dalam. Menaiki lift menuju lantai lima dimana apartemenya berada. Tanpa dia tahu jika ada sosok lain yang mengintai pergerakannya sejak dia turun dari mobil.




•﹏•





Hoseok baru saja selesai mandi ketika melihat plastik sampah menumpuk di dapur. Merasa risih dengan pemandangan kacau dan sedikit bau yang mencemari dapurnya, dia memutuskan untuk meringkas sampah-sampah itu dan membawanya keluar. Menuju lantai satu ke tempat khusus pembuangan sampah. Sebenarnya malas, diluar hujan juga dingin dan dia harus repot membawa payung serta tiga kantung plastik sampah.

Selesai membuang sampah, dia mampir ke bilik wastafel untuk mencuci tangan setelah itu dia berniat untuk kembali ke dalam, bergelung didalam selimut sambil menonton movie. Tapi ketika matanya menangkap sosok yang berdiri lima meter didepannya, kening Hoseok mengerut bahkan siulan yang terlantun dari bibirnya terhenti.

"Yoongi?! Hei, kenapa kau hujan-hujanan?"

Yoongi hanya menunduk, mengabaikan Hoseok yang sedang membagi payung dengannya. Hujan dan dingin tidak bisa meredakan emosi Yoongi. Melihat bagaimana Hoseok tersenyum, menatap, juga memperlakukan Jimin membuatnya muak.

"Bresngsek!" desisan itu meluncur diiringi bogem mentah yang berhasil mendarat disudut bibir Hoseok sampi pria Jung itu terhempas jatuh tersungkur.

Hoseok terkejut, tentu saja. Dia memegangi dagunya yang terasa bergeser. Pukulan Yoongi tidak main-main. "Hei, apa-apaan kau ini?! Datang-datang langsung memukulku?!" dia berkata setelah berhasil berdiri.

"Kau yang apa-apaan! Apa yang kau lakukan dibelakangku, hah?!"

"Memang apa yang sudah kulakukan?!"

"Jangan bertingkah sok bodoh! Kau berusaha merebut Jimin dariku 'kan?!"

Hoseok menggeleng tidak percaya. "Kau gila! Mana mungkin aku merebut kekasih sahabatku sendiri!"

Mendengar hal itu hanya semakin membuat Yoongi emosi. "Dari caramu membela dan memperlakukannya saja aku bisa melihat kalau kau menyukai Jimin! Kau menyukai kekasihku, bajingan!"

Satu pukulan lagi Yoongi layangkan, kali ini mengenai tulang pipi. Tapi Hoseok pun tidak mau kalah. Dia balas memukul Yoongi. Jika memang ini harus terjadi, maka dia akan suka rela melakukannya.

Setelah lelah saling pukul, Hoseok pada akhirnya memilih untuk menjatuhkan keputusan. Keputusan yang selama ini dia pendam.

Sorot dua sahabat itu saling menuding. Tidak ada yang mau kalah ataupun mengalah. Yoongi dengan kekeraskepalaannya dan Hoseok dengan hasrat melindunginya.

"Awalnya aku akan diam, tapi melihatmu semakin keterlaluan aku memutuskan untuk turun tangan. Melihat hubungan kalian yang rumit dan tidak pernah akur ditambah sikapmu yang seenaknya, aku yakin tidak akan sulit mencuri hati Jimin." hujan masih mengguyur, membuat keadaan semakin suram. Air menetes-netes dari ujung rambut mereka dan berakhir meluncur sampai dagu. "Jadi, Min Yoongi, bersiaplah. Akan kupastikan dia memilih orang yang tepat untuk mengisi hatinya."




Fin!
•﹏•







GIGI
AUGUST 18, 2018



Daily LoveWhere stories live. Discover now