sebelum

7 0 0
                                    

Sudah tiba senja disore yang harus kembali dihadapi, duduk dipinggir jendela kamar sambil tersadar bahwa ternyata semua tak lagi serupa. Matanya terkejap bagaikan terserang debu pasir hitam yang terkena usapan angin senja di pinggir laut pantai Parangtritis. Baginya sekarang harta dan raga kembali tak terasa. Bila ada kata yang dapat mengembalikan kepuasannya untuk bercerita,kemanapun akan ia jala,bila ada manusia yang dapat mengembalikan kedambaannya untuk berjumpa, dimana pun akan ia jaga. Pikirannya kini hanyalah kembali terbatas sebatas gadis belia berusia 16 tahun dengan segala keputusasaan untuk hari ini. ya,hanya untuk hari ini. Baginya, batas untuk merasakan keputusasaannya adalah hari ini, cukup hari ini. Tidak lagi besok,lusa,dan tidak untuk beberapa waktu yang lama. Cukup hari ini,ucapnya. 

Sebelum ia muak dengan sunset di sisi barat rumah itu, ia menutup jendela dan mulai mencoba berbaring setelah beberapa puluh jam tidak rela menempelkan tubuhnya ke kasur empuk satu-satunya yang kini harus di tiduri oleh seisi keluarganya. Kembali lagi, kembali ke rumah sewaan enam kali duabelas yang kini menuntutnya untuk cermat-cermat mengatur segala barang bawaan sejak kepindahannya kemarin sore.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tertiup asaWhere stories live. Discover now