# [ J ] Jiyeon’s POV
“Malam ini Janey dioperasi. Operasi terbesar jika dia sembuh. “
“ Aku tahu. Ibu mu mengatakannya ketika memeriksa ku tadi pagi. “
“ Lalu bagaimana denganmu, oppa? “
“ Janey bersedia di operasi karena dia ingin segera sembuh. Sedangkan aku, aku tidak ingin segera sembuh. Aku tak peduli apa kah aku akan sembuh atau kah tidak. Mengapa aku harus operasi, jika aku ingin segera mati. Aku tidak mau mati dimeja operasi. “
“ Oppa~ Mengapa selalu berkata seperti itu!? Kau bukannya tak ada harapan untuk sembuh. Walau persentase keberhasilannya kecil tapi setidaknya cobalah. Oppa, aku sungguh berharap kau segera sembuh. Anggap aku memohon padamu. “
“ Harapan? Tidak. Harapan itu telah padam dihatiku. Aku tak ada harapan untuk kembali sembuh. Aku pun tak akan dapat bermain bola kembali. Jiyeon-ah, aku hanya sedang menunggu mati. Malaikat kematian telah berulang berbisik di telinga kiriku, mengingatkan ku bahwa aku akan pergi. Aku akan mati. Jiyeon-ah, aku pun memohon padamu. Sebelum malaikat maut menggiring ku ke alam baka, mohon berhenti lah berharap pada ku. Di luar sana, di luar rumah sakit ini. Begitu banyak pria yang sepadan bersanding denganmu kelak. Mohon, buang aku dari hati kecil mu. Mohon. “
“ Jino oppa~ Aku sungguh benci kau berkata itu! Aku mencintaimu, itu hak ku. Kau tak ada hak untuk larang aku cinta atau kah tidak padamu. Aku mecintaimu tak peduli bagaimana kondisimu. Oppa, aku tulus cinta kau. Saranghae~ “
“ Aku tidak ada sedikit pun rasa lebih padamu. Kau bagai adik bagiku. Sungguh aku pun tak perkenankan rasa itu lebih dari ini. Jiyeon-ah, aku tidak sedang berbohong padamu. Tentu, karena kau selalu mampu baca tiap kebohonganku.Walau dewa Amour memanah jantung hatiku, aku akan mencabut dan mematahkan busur itu hingga tak tertancap terlampau dalam dihatiku. Jika aku sanggup, aku memilih untuk tak merasakan perasaan apapun. Terutama, perasaaan bernama cinta itu. Aku tak ingin jatuh cinta. Sungguh, aku tak ingin cinta menyapaku. Jauhi lah aku, pergi dari ku, lepaskan aku. Aku kan segera mati, jika dipenghujung hidup ini aku bersua rasa bernama cinta. Bukankah itu akan lebih menyakitkan daridapa tubuhku digerogoti penyakit ini sepanjang usia. Itu akan lebih membuatku ingin lekas mati. Jadi, mohon. Berhentilah mencintaiku, Jiyeon-ah. “
“ Annio! Seandainya kau berusaha untuk membalas perasaanku semenjak dahulu, mungkin saat ini kita telah menjadi sepasang kekasih. Cinta, perasaan itu bukankah mampu beri mu semangat untuk terus hidup. Cinta milikku. Cinta ku untukmu. Hiduplah demi aku, Jino oppa. “
“ Jaesong mianhamnida, Jiyeon-ah. Aku tak sekedar asal bicara saat ku katakan bahwa malaikat kematian telah berdiri dibelakang tengkukku. Orang yang hidupnya tak lama lagi, dapat rasakan hawa kelam itu. Aku tak bercanda saat katakan bahwa aku segera kan mati. Bahwa hidupku semakin singkat. Tak ada harapan untukku terus bertahan hidup meski rasa cinta itu bersemayam di kalbuku. Aku akan segera mati. Aku akan mati, Jiyeon-ah. “
“ Cinta ku tak akan pudar walau kau mati. Cinta ku akan kekal abadi dalam tiap detak jantungku. Kau tidak boleh mati. Aku tidak ingin kau mati! “
“ Jaesong mianhamnida, Jiyeon-ah... “
Kubanting pintu. Aku terisak didepan pintu ruangan Jino oppa. Menahan tangis. Kubekap mulutku dan kutahan lengan kiriku agar tak berguncnag lebih keras. Aku tertunduk dan terduduk didepan pintu ruangan itu. Rambut panjang ku teruruai menutupi wajah yang kubenamkan diantara kedua lutut. Koridor di bangsal jantung ini tak terlampau ramai. Selang beberapa saat berikunya, aku berdiri. Menyeka air mata yang masih tak kunjung kan henti mengalir basahi pipi lembutku. Aku beranjak meninggalkan bangsal itu. Menuju rumah pohon untuk tenangkan gejolak pahit dibathin ku. Sakit.
Sementara itu, tak kusangka. Siswi baru Diamond High School di kelas XI-IPA-7 yang merupakan pindahan dari Incheon tersebut menguping percakapan aku dan Jino oppa. Ternyata ia pun hendak masuk keruangan Jino oppa rupanya. Namun diurungkan lah niat itu lantaran dilihatnya telah ada aku dan Jino oppa didalam ruangan yang telah ditempati Jino oppa semenjak lama.
Dia, Choi Jinri. Menguping dan mulai heran atas kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Jino oppa, seolah terselip suatu perihal yang ganjil dari dialog dalam percakapan kami. Dasar, gadis bodoh. Masih pecaya kah ia atas untaian kebohongan Jino oppa yang mengatakan bahwa ia hanya cedera sedang saat bermain sepkabala. Dasar, bodoh! Bodoh kau, Jinri! Pabo~
Ketika aku keluar, ia lekas bersembunyi disamping kursi tunggu didepan ruangan. Ada pot bunga besar yang menutupi tubuhnya. Ia berjongkok dengan guratan horizontal didahinya yang tak tertutupi oleh poni. Setelah aku menghilang di balik tikungan koridor bangsal jantung itu, ia kembali pun berdiri. Duduk dipinggir bangku. Menunduk risau. Wajahnya tampak sedikit pucat. Cemas lagi gelisah.
Ia masih setia tertunduk menatap lantai putih rumah sakit itu. Tangan kirinya yang ditempelkan dipinggir bangku sedikit gemetar dan berpeluh dingin. Meletakkan telapak tangan kanan dijantung. Mencoba merasakan tiap detak jantungnya. Berdetak sedikit keras dan cepat jantungnya. Detak jantung yang dirasa kian jelas. Seolah menahan sakit.Sesak tiap jantungnya berdetak. Detak jantung. Detak jantung milik Choi Jinri.
“ Neomu appa...appa.. appa... “
Suasana di koridor bangsal itu semakin sepi. Tentu telah larut. Gadis bernama Choi Jinri itu masih disana. Tak bergeming dari posisinya. Sementara didalam ruangan sana, Jino oppa tengah terduduk pula dipinggir jendela, tirai putih berenda melambai-lambai tertiup angin malam nan dingin menusuk.
Diluar masih hujan dan Jino oppa seolah tak peduli. Ia merana dipinggir jendela sembari menatap jauh menembus rintik-rintik hujan yang jatuh basahi rerumputan dipekarangan Kwanghee Hospital. Tatap sendu dan muram. Menyedihkan, memilukan, kasihan. Sungguh malang Jino. Pria yang akan kucinta dalam tiap detak jantungku. Detak jantung milik Park Jiyeon. Selamanya cinta kamu, Cho Jinho. Kekal abadi.
ESTÁS LEYENDO
[ FF Project ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동 "
FanfictionBercerita tentang seorang pasien gagal jantung yang terjebak cinta segitiga dengan puteri dokter spesialis yang menanganinya sejak kecil dan gadis anak pengurus kantin Rumah Sakit tempat si pasien di rawat selama bertahun-tahun silam. Sebuah kisah t...
![[ FF Project ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동 "](https://img.wattpad.com/cover/1812922-64-k808755.jpg)