[ Chapter 3 of 3 | Part 6 of 6 ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동

644 7 6
                                        

---- Nine Years Later----

Kantin rumah sakit. Paman Choi masih setia mengabdi pada kantin ini. Walau putri tercintanya telah menjadi Dokter Bedah Jantung yang disegani di rumah sakit tempat kami mengabdi ini. Paman Choi masih tak berubah. Ia masih sama. Bapak Kantin yang ramah dan tentu dengan hidangan pengusir laparnya yang lezat. Keluarga Choi ini memanglah buatku salut. Tetap menjadi seseorang yang kuat tak tergoyahkan oleh kondisi macam apapun.

Tak berubah pula sikapnya si Dokter Choi itu walau telah bergelimang harta dan pujian. Choi yang hebat! Kami makan siang di Kantin Ruamh Sakit Kwanghee ini diselingi canda tawa dan keceriaan lagi keakraban layakanya sepasangt sahabat yang dekat sekali. Ya, kami telah menjadi sepasang sahabat yang amat dekat. Dia lah orang terdekat ku disini. Kedua orangtuaku betah di Italia.  Aku menolak ikut lantaran aku ingin mengabdi disini. Ayah dan Ibu yang amat pengertian memberi ku izen dan kepercayaan penuh untuk pandai-pandai menjaga diri dan nama baik keluarga. Gamsahamnida, ayah dan ibu. Saranghae~

            Kadang jika kami tak ada kerjaan, kami turut bantu paman mengurusi dapur kantin. Walau tentu Paman Choi pastilah akan komat-kamit pada kami. Mengatakan bahwa pekerjaan semacam ini tak pantas dilakukan oleh Dokter-dokter  hebat seperti kami. Paman juga tak merubah sikap dan ucapannya pada Jinri, putri semata wayangnya itu. Paman Choi tetap mengangapap putri kecilnya yang telah tumbuh dewasa itu sebagai putri yang keras kepala dan bodoh serta pemalas dan tak jago memasak layaknya dahulu.

Namun memiliki semangat dan kepercayaan serta impian yang sangat kuat. Aku pernah tak sengaja curi dengar paman Choi berkata pada Jinri bahwa ia bangga dianungerahi Tuhan seorang putri yang sangat kuat. Jinri berhasil penuhi wasiat ibunya untuk menjadi seorang wanita yang kuat. Jinri memang hebat! Paman Choi berbisik ditelinga Jinri ketika gadis itu tengah tertidur kelelahan di ruang kerjanya. Paman Choi mengantar makanan dan minuman penmabah energi untuk putrinya tersayang.

Menurutku, Paman Choi hanya sedikti gengsi mengungkapkan kebanggaannya atas seorng Choi Jinri, putri kandungnya. Padahal Choi Jinri telah berhasil penuhi semua janji, ia bahkan penuhi janjinya berteriak didepan Jino oppa ( makam Jino oppa ) ketika ia telah berhasil menjadi seorang Dokter yang hebat. Ia berhasil realisasiskan harapan, impian, dan cita-cita atas kepercayaannya. 

            Kami menaiki tangga di gedung belakang. Menuju atap. Hendak bersitirahat sembari menikmati pemandangan Seoul di malam hari. Ya, hari ini aku piket dengan Jinri. Kami memanjakan mata dengan kelip bintang yang genit menggoda dua dara jelita. Berbagi kisah, oh ya Psikolog Jay dan Perawat Ji Eun pun telah memiliki seorang puteri yang menggemaskan. Ya, mereka menikah 5 tahun lalu.

Oh! Nyaris terlupa. Sekitar 8 bulan lagi, seorang Choi Jinri akan sah menjadi isteri dari Direktur Lucky Bakery, Lee Joon. Ya, Choi Jin Ri akan segera menikah! Pipi Jinri memerah bagai tomat ketika menceritakan bagaimana Joon melamarnya di hadapan orang tua masing-masing. Kedua sejoli itu telah menjalin kasih sejak Jinri masih di Tokyo. Mereka satu Universitas namun berbeda Fakultas. Dewa cinta pun memanahkan panah asmara ke jantung masing-masing. Cinta pun menyatukan mereka. Cinta! Chukaeyo~

Lalu bagaimana dengan ku? Hhhh~ bergeser beberapa meter dari posisi semula dan mengggenggam pagar pembatas ketika calon suaminya menelepon si calon isteri yang menjawab panggilan telepon itu dengan amat sumringah. Kadang sempat terbesit di pikirku untuk melontarkan sebuah tanya tentang kisah silam  yang mengikat aku, dia, dan dia dahulu.

Masih ada rasakah ia pada dirinya yang sama kami cinta? Selalu ketika aku hendak bertanya, tiba-tiba jantung ku berdetak keras seolah itu adalah sebuah pertanyaan terlarang yang tak boleh kuberikan padanya. Mengapa? Entahlah, aku pun tak tahu. Mungkin mendiang Jino oppa yang berada disana yang melarangku. Dia tak ingin mengungkit kisah pahit masa silam, Jino oppa ingin mengubur tanya itu dalam-dalam. Mungkin, sepertinya begitu. Oleh sebab itu, aku tak pernah tanyakan pada Choi Jinri.

Aku beranjak menjauh, tak berniat menguping. Menatap langit kelam berbintang terang. Berbisik dalam hati kami ketika mata terpaut pada sebuah bintang paling terang.  Bergumam aku dalam sanubari kecil. Perlahan telapak tangan kanan mengarah pada jantng ku berada, ditumpu oleh tangan kiri. Merasakan detak demi detak jantung ini. Mendongak pada langit malam nan romantis, memaku tatap pada sebuah bintang paling terang lagi besar. \

Menutup mata, terbayang sosok Cho Jinho yang setia kucinta. Mengembang seulas senyum lepas setelah berujar kalimat ini dalam hati. Detak-detak cinta yang kan terus berdenyut dalam palung sanubari ku. Detak jantung mendiang Cho Jinho yang kan tetap kekal abadi. Detak jantung Cho Jinho nan abadi. Detak jantung nan abadi. Eternal Heartbeat. Eternal Heartbeat. Eternal Heartbeat.

 “ Detak jantung mu kan kekal abadi disini. Kepercayaan mu terjaga abadi disetiap hembus napas ku. Harapan, Impian, dan cita-cita yang tak kan pernah tertidur. Jino oppa dan Janey, damai lah bersama Tuhan. Amin. “

 ____________________________________

--THE END--

[ FF Project ] " Eternal Heartbeat / 영원한 심장 박동 "Where stories live. Discover now