Jimin tersenyum kikuk mengingat pengalaman pertamanya memasak untuk Yoongi. Itu terjadi seminggu setelah mereka memutuskan untuk menjalin kasih. Waktu itu Jimin belum terlalu mahir memasak, tapi sekarang mungkin masakannya sudah bisa diperhitungkan. Terbukti kemarin lusa Yoongi tidak protes atas masakannya.

"Setidaknya makananku bisa dimakan. Terbukti Lyn Lyn selalu merusuh saat makan siang tiba." Jimin tersenyum manis sambil lalu, melanjutkan untuk memilih sayuran dan bahan makanan lainnya. Meninggalkan Yoongi yang sudah mengerutkan kening sampai kedua alisnya nyaris menyatu.

"Siapa Lyn Lyn?"




•﹏•




Yoongi baru saja selesai mandi. Dengan handuk kecil diatas kepala dia berjalan pelan menuju dapur. Menatapi punggung sempit Jimin yang masih sibuk -entah sedang melakukan apa.

"Jiminie,"

"Oh, sudah selesai?" Jimin menoleh sekilas lalu kembali menekuri pekerjaannya. Dia sedang menyiapkan makanan ke dalam piring dan mangkuk. "Bisa tolong bawakan ini ke meja makan?"

"Serahkan padaku."

"Eum, Hyung, boleh aku menumpang mandi dan meminjam bajumu?"

"Tidak ada yang melarang. Pakai kamar mandiku, pintu berwarna hitam aksen putih. Pilih baju sesukamu dilemari. Ada sikat gigi baru dan handuk di lemari sebelah wastafel. Sementara kau mandi, aku akan siapkan semuanya."

"Terimakasih. Kalau begitu aku mandi dulu."

Yoongi mendesah setelah Jimin berlalu. Ah, otaknya mendadak berpikir jauh. Tentang Jimin yang masuk ke kamarnya, menuju kamar mandinya, membuka bajunya, dan-

"Ingat, Jimin masih kecil! Kau bisa didepak jauh sebelum bertemu kakaknya!"

Segelas air dingin ditenggak Yoongi untuk mendinginkan kepalanya. Dia beralih pada beberapa piring dan mangkuk berisi menu makan malam. Dari pada pikirannya semakin liar, maka dia dengan segera melakukan kegiatan menyiapkan makan malam di meja.

Sambil menunggu Jimin, Yoongi duduk santai sambil bermain game diponsel. Itu juga salah satu cara untuk menghilangkan pikiran mesumnya.

"Hyung, ayo makan." Jimin berdiri disamping kekasihnya, menatap dengan pendar mata polos.

Ponsel dikunci dan diletakkan dimeja, saat dia beranjak dan berdiri saling berhadapan dengan Jimin yang sedikit mendongak untuk balas menatap, Yoongi menyesal sudah menyandera Jimin. Ah, pikirannya yang tenang kembali kacau.

Jimin dengan celana krem selutut dan atasan sweater V-neck abu-abu yang kebesaran adalah pemandangan yang sungguh sangat mengganggu. Mengganggu hormon Yoongi yang entah kenapa hari ini mudah tergoda.

"Hyung, maaf ya, aku hanya asal mengambil. Apa ini baju kesayanganmu? Aku akan ganti kalau-"

"Tidak! Jangan!" Yoongi sedikit salah tingkah saat Jimin kembali menatapnya. "Kau tampak manis, aku suka."

"O-oh, terimakasih."

"Ayo makan, aku sudah lapar."

Salah satu hal yang membuat Jimin iri, Min Yoongi mudah sekali mengubah raut wajahnya sekaligus menetralkan kegugupannya. Min Yoongi yang mampu bersikap tenang disegala suasana.

Mereka makan dalam diam. Sebenarnya Jimin menunggu respon Yoongi tentang masakannya, tapi pria pucat itu tidak juga bersuara.

"Hyung, bagaimana?" tanya Jimin hati-hati.

"Huh? Apa?" Yoongi mengangkat wajah, balas menatap Jimin dengan bingung.

"Makanannya. Enak?"

Disana Yoongi terdiam, tapi sedetik kemudian bibir tipisnya tersenyum. "Lebih dari yang kubayangkan. Kau belajar sendiri?"

"Benarkah?" Jimin bertanya dengan binar puas. "Tidak, aku belajar dari Nara Noona, tetangga apartemenku. Dia bekerja sebagai asisten koki disalah satu hotel ternama."

Mendadak radar posesifnya menyala. "Kenapa kau tidak pernah bercerita? Oh, dan siapa Lyn Lyn?"

Jimin mengulum senyum, "Jangan curiga begitu, Nara Noona selalu ditemani kekasihnya kalau aku main kesana. Aku lebih mirip anak mereka, omong-omong. Dan, Lyn Lyn itu teman satu kelas Jungkook."

"Jadi kenapa teman satu kelas Jungkook bisa merusuhmu saat makan siang? Kenapa dia tidak merusuh teman satu kelasnya?" nada itu terkesan menuntut, dengan tatapan yang tidak lagi teduh.

Lagi, Jimin tersenyum. Dia suka jika Yoongi cemburu. Meski dibeberapa kesempatan dia juga akan jengkel jika Yoongi mulai berlebihan. "Katanya dia menyukai masakanku. Jadi dia meminta barter. Kami sering bertukar menu bekal. Tidak hanya berdua, tapi juga bersama Taehyung dan Jungkook."

"Kenalkan aku padanya."

"Untuk?"

"Aku harus tahu jika dia tidak memiliki niat jahat untuk mencuri hatimu."

Kali ini Jimin terbahak geli. Betapa menggemaskan si manusia es satu ini ketika terbakar cemburu.

"Siapa yang menyuruhmu tertawa, Jiminie?!" Yoongi bersyukur karena hanya Jimin yang mengetahui sikap kekanakkannya. Kalau orang lain sudah pasti dia lempar ke lautan. "Park Jimin!"

Geraman rendah itu membuat Jimin diam. Meski bibirnya masih tergelitik untuk tertawa. "Akan aku kenalkan, kapan-kapan."

Alis Yoongi menukik tajam. Dia tidak suka dibantah. "Besok, sebelum pertandingan kau harus memastikan aku bertemu dengannya. Dan, malam ini kau menginap disini."

"Hyung, jangan seenaknya!" demi Tuhan, Jimin spontan memekik karena ucapan Yoongi.

"Jangan membantah!"

"Aku setuju mengenalkanmu, tapi tidak untuk menginap."

"Ck, kenapa? Dua hari lalu aku yang menginap, sekarang giliranmu menginap dikamarku."

Kepala Jimin menggeleng keras. "Tidak mau!"

"Sekarang apa lagi masalahmu?" Yoongi yang bicara dingin dan sinis itu menyebalkan, Jimin tidak suka.

"Aku ada janji dengan Taehyung untuk lari pagi dan sarapan bersama."

Seketika dua kelopak pria pucat itu memejam erat. Gemas dengan alasan super polos yang dilontarkan kekasihnya. "Katakan padanya kau akan menginap disini, dan dia bisa menjemputmu kemari."

"Terlalu jauh, Hyung. Itu memakan waktu! Aku dan Taehyung berencana melihat matahari terbit dibukit dekat sekolah." Jimin menekuk bibirnya, kesal karena Yoongi mulai seenaknya.

"Aku akan-"

"Kau tidak akan mengantarku karena kau akan marah saat aku mengganggu tidurmu." potong Jimin cepat. "Pokoknya aku mau tidur diapartmenku sendiri."

"Kalau begitu jangan harap aku mengantarmu."

"Aku juga tidak meminta untuk diantar." bohong, Jimin sebenarnya berharap, hanya saja dia ingin tahu sejauh mana Yoongi akan berusaha kukuh dengan keputusannya.

Berakhir dengan Jimin yang ditinggalkan Yoongi begitu saja. Jimin pikir Yoongi ke kamar hanya untuk berganti pakaian dan akan membujuknya, tapi setelah sepuluh menit berlalu pria Min itu tidak kunjung keluar. Membuat Jimin menghela napas kesal dan meraih tas ranselnya. Pergi meninggalkan apartemen tanpa pamit.

Lihat saja Min Yoongi, kau salah jika mengira Jimin tidak berani merajuk.



Fin!
•﹏•







GIGI
AUGUST 16, 2018

Daily LoveWhere stories live. Discover now