62. Pembuktian Cinta -2-

Start from the beginning
                                    

"Mungkin ini adalah giliranmu untuk berkorban Hinata," Shion tersenyum tulus, berjalan mendekati meja kerja Hinata, dan duduk tepat di hadapannya. "Aku sudah bertanya pada Chojuro-kun Tapi dia enggan menjawab. Ada banyak rahasia di kepolisian yang tak boleh kita ketahui, Hinata." Tambah Shion seraya menggenggam tangan Hinata diatas meja.

Hinata tersenyum manis, "jadi aku harus menunggu apa lagi untuk menerima benda itu?" Mutiara ungu muda Hinata melirik pada kertas tebal yang ada di pangkuan Shion. 'Undangan Pernikahan'

Shion tersipu malu, namun ada perasaan tak nyaman di hatinya ketika harus memberikan undangan pernikahan ini pada Hinata. Ia tak ingin melukai perasaan gadis itu.

"Kau mendesain dan menjahit pakaianmu sendiri. Dua bulan lalu kau memberikanku gaun dengan alasan hadiah ulang tahunku, padahal masih dua bulan lagi, itu pakaian bridesmide ku 'kan? Kenapa kau banyak sekali membohongiku...?" Hinata menekuk wajahnya, ia hanya pura-pura kesal.

Hinata tahu, apa yang dilakukan Shion adalah untuk menjaga perasaannya. Satu persatu sahabat Hinata menikah, dan baru satu bulan lalu, Neji kakaknya menikah dengan gadis China kekasihnya itu. Shion tak ingin merasa Hinata merasa sendirian.

Namun apa mau dikata. Chojuro, kekasihnya yang juga merupakan anggota Kepolisian Jepang itu sudah memberikan ultimatum. Jika sekali lagi Shion mengundur pernikahan mereka, maka pria itu tak dapat berjanji kapan lagi bisa menikah dengannya. Mengingat Chojuro akan segera pindah tugas ke Osaka dan mengemban tugas baru.

"Maafkan aku Hinata..." Ucap Shion lirih seraya memberikan undangan berwarna silver itu.

"Kau pintar memilih desainnya..." Hinata mengambil undangan itu dan mulai meneliti kertas berbahan tebal itu, ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tak tampak raut kekecewaan di wajah cantiknya. Hanya ada senyum tulus disana.

"Kau tak marah padaku?" Tanya Shion hati-hati.

Hinata mengalihkan fokusnya dari undangan itu, memandang Shion dengan penuh keyakinan dan menggeleng dengan mantap. "Marah karena kau menikah lebih dahulu dari pada ku...? Oh ayolah Shion, itu kekanakan sekali...."

"Aku juga mengajukan pengunduran diriku, Hinata." Ucap Shion lirih, dan sontak membuat Hinata terperanjat sesaat. Namun senyum manis kembali terpatri di bibir mungilnya.

"Chojuro akan dimutasi, bukan?"

Shion mengangguk pelan. Ia tak enak hati.

"Ya, memang begitulah tanggung jawab seorang istri. Apa lagi istri seorang abdi negara, jika saja..." Hinata menghentikan kalimatnya, ia buru-buru menghapus tetes air mata yamg hampir membasahi pipinya. "Ah... kenapa aku menjadi sensitif seperti ini? Mungkin karena aku sedang datang bulan..." Ia mengipas-ngipas bola matanya dengan telapak tangan, berusaha mentralisir matanya yang memerah.

"Hinata, daijoubuka?" Shion khawatir dan menyodorkan beberapa lembar tissue padanya.

"Daijoubu.." Hinata tersenyum, mengambil tissue itu dan menggenggam tangan Shion. "Aku baik-baik saja..."

Shion mengelus punggung tangan Hinata. Ia tahu Hinata berbohong, gadis itu terluka, gadis itu sakit hati. Ia seperti diterpa rasa sakit bertubi-tubi. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, Toneri, lalu ia menemukan kembali cintanya, ketika ia sangat mencintai Naruto. Pria itu malah pergi dan tak memberinya sedikitpun kabar.

Sweet DreamWhere stories live. Discover now