Apa Aku Membencinya?

1.8K 130 5
                                    

Ada yang kangen sama Rey dan Elsa? 😊

-------------------------------------------------------------------

"Aduh, iya, Sayangku, astaga!"

Rey mengusap rambutnya, terlihat bersabar meski terdengar sedikit jengkel. Dia sedang berbicara dengan Kak Elsa melalui telepon.

"Iya, yang rasa coklat, kan?" dia menarik napas dalam, menatapku dan Erick bergantian, "Oke, I got it. Astaga! Istri siapa, sih, ini?!"

Aku dan Erick saling tatap sejenak. Pria itu tersenyum geli. Dia terlihat berusaha menahan tawanya. Well, aku mengerti kenapa. Rey bisa-bisa memecatnya jika dia berani tertawa.

"Sudah?" suara Rey kembali terdengar, dia menggeleng sendiri.

Tak lama dia menutup percakapan, menatap ponselnya sambil menghela napas. Aku menyipitkan mata. Apa dia menghela napas karena sikap kakakku? Kalau iya, huh, berani sekali dia.

"Kakakmu itu bersikap menyebalkan setiap kali dia datang bulan," Rey mengomel, menatapku. Keningnya sedikit berkerut.

Erick menyeringai kecil di sampingku, menggelengkan kepala menatap Rey. Mulutnya itu tidak bisa direm apa? Bagaimana mungkin dia mengatakan hal seperti itu di depan Erick dengan begitu gamblangnya? Dan lihatlah ekspresinya itu.

Aku curiga dia kesal karena sikap Kakak atau karena tidak bisa ambil jatah.

Bibirku menyeringai sinis, "Setidaknya itu cuma sekali sebulan. Dari pada seseorang yang tidak ingin kusebut namanya itu. Dia menyebalkan setiap hari."

Erick tertawa, namun tidak menyela atau mengatakan apapun. Aku selalu memperhatikan, setiap kali aku berdebat dengan Rey, Erick memang tidak pernah ikut campur.

Dan harus kuakui, Rey itu cukup pintar. Karena lihat, dia sekarang menatapku seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsa. Matanya menyipit.

"By the way, apa yang kau lakukan di sini bersama kami?" tanyanya kemudian, "Kau seharusnya bekerja dan bukannya malah duduk satu meja dengan pelanggan seperti ini."

"Memangnya kenapa? Apa masalahmu?"

"Jelas masalah, kan? Itu mengganggu pelanggan. Dan yang lebih penting, hal seperti ini memberikan pandangan negatif. Jangan bersikap seenaknya hanya karena Evan memperlakukanmu dengan spesial."

Aku mendengus sebal. Enak saja dia bicara. Mengabaikannya, aku menoleh pada Erick, bertanya.

"Kak Erick merasa terganggu aku duduk di sini?"

"Well... Not really."

"See?" aku beralih pada Rey, menyeringai menang. Dia hanya menatap jengkel ke arah Erick, "Dan perlu kau tahu, Kak, ini adalah waktu break-ku. Terserah apa yang ingin kulakukan saat waktu break."

Bahkan cengiran lebarku tidak bisa membuat dia jadi sedikit lebih relaks. Malah tatapannya makin terlihat jengkel. Namun, tak lama, Rey menghela napas, menggelengkan kepala.

"Aku seharusnya tahu siapa yang kuhadapi," gumamnya sambil menatapku.

Erick di sebelahku lagi-lagi menahan tawa, aku menyengir.

Bangkit, Rey meletakkan lembaran seratus ribuan di atas meja, "Aku duluan, Erick. Aku langsung pulang ke rumah."

"Oi? Lalu aku pulang dengan apa?" Erick mengangkat kepala, mengernyit.

"Ck, kau bisa panggil taxi atau apapun, kan?" Rey sudah melangkah menjauhi meja.

Erick terlihat hendak bersuara lagi, namun urung. Dia hanya tersenyum kecil dan kembali menekuni tabletnya yang tidak pernah ketinggalan. Aku sempat berharap tabletnya itu tiba-tiba rusak atau bagaimanalah.

Mr. Frosty Jerk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang