7. Strange Cavalary

1.7K 173 23
                                    


Ctang!

Suara besi yang bertabrakan menciptakan suasana intens dan sengit, alunan suara yang tercipta dari pertarungan ini semakin membuat darah ayah dan anak mendidih.

"Hari demi hari, kau selalu semakin membaik. Aku heran sekali denganmu."

Ucap sang ayah seraya mengayunkan pedangnya ke pinggang anaknya yang masih kecil itu, sayangnya serangan yang sebenarnya sangat cepat itu dapat ditangkis dengan mudah oleh sang anak.

"Hehe ini semua juga berkat ayah."

Anak itu dengan cepat berlari ke samping sang ayah dan dia langsung menempelkan belati yang daritadi sudah dia sembunyikan ke arah leher ayahnya.

"Heh, kau bocah nakal. Pengalaman-mu masih belum sebanding dengan orang tua ini."

Sang ayah dengan cepat memutarkan kepalanya ke belakang dan dengan sigap menyikut tangan anaknya yang kecil namun kuat itu.

"Pengalaman-mu bertarung memang hebat yah, mungkin memang susah bagiku untuk mengalahkanmu. tapi itu tidak mustahil!"

"Coba saja kalau kau bisa, hyaat!"

Dengan itu tubuh mereka berdua terus saja mengeluarkan keringat hasil duel yang menakjubkan itu, sudah tak terhitung berapa kali besi-besi yang tajam itu saling menerjang.

~

Hari demi hari pun berjalan dengan indah dan damai seperti biasa, tidak ada lagi hal aneh yang terjadi di desa selama 3 tahun ini.

3 tahun? Ya tidak terasa waktu berjalan begitu cepat dan satu tahun lagi aku dapat memasuki Akademi Pedang, aku selalu merasa bosan berada di desa ini karena tidak ada teman sebayaku yang bermain pedang.

Pada awalnya aku merasa aneh dengan pola pikir orang-orang yang ada di desa, mengapa mereka tidak melatih anak mereka untuk bermain pedang? Padahal ada banyak sekali binatang atau monater buas di sekitar desa.

Tapi aku kemudian berpikir itu wajar bila anak-anak seumuranku tidak mempelajari seni pedang, aku berpikir bahwa akulah yang aneh! Sudah mulai berlatih pedang dari umur 3 tahun.

Yang dimana anak-anak sebayaku mungkin masih menyusu dan merengek kepada ibunya. Awalnya penduduk sekitar juga merasa aneh kepadaku, namun seiring berjalannya waktu mereka semakin terbiasa melihat aku yang selalu berlatih di pagi hari.

Pada saat ini terdengar banyak sekali langkah kaki kuda yang sepertinya sedang menuju kemari, aku mendengar suara langkah kaki kuda-kuda itu terdengar dari sebelah barat.

Lantas aku melihat ke arah barat yang mana itu adalah sebuah jalan menuju ke kota-kota besar, tidak lama kemudian aku tercengang melihat sekumpulan kavaleri berat yang sedang menuju ke arahku.

Masing-masing dari mereka mempunyai armor hitam mengkilap yang terlihat sangat tangguh, dengan celana kulit yang sepertinya berasal dari kulit binatang berlevel tinggi.

Dilengkapi dengan helm besi dan pedang atau kapak yang tergantung di punggung mereka, mereka semua tampak sangat tangguh.

Tidak kalah menarik perhatian juga adalah kuda yang mereka tunggangi, kuda-kuda itu mempunyai warna hitam pekat dengan empat kaki kuat yang sepertinya dapat menyebabkan seseorang terluka parah.

Kombinasi antara para ksatria ini dengan kuda mereka tampak sangat menakutkan dan juga tangguh, mereka menarik perhatian para penduduk desa.

Bukannya memasuki rumah untuk bersembunyi dari kavaleri yang nampak ganas itu, sejumlah anak-anak bahkan mencoba mendekati kavaleri berat itu dengan tatapan penasaran.

Aku mengenal sebagian dari mereka karena mereka sebaya dengan ku, aku ingin memperingatkan mereka untuk bersembunyi karena mungkin itu adalah kavaleri berat dari musuh yang mencoba membalas dendam karena serangan mereka di masa lalu yang gagal.

Tapi ternyata kenyataan berkata lain, ksatria-ksatria tangguh itu sepertinya sangat ramah dengan anak-anak yang mengelilingi mereka. Beberapa dati mereka bahkan mengangkat salah satu temanku untuk mencoba menaiki kuda itu.

Aku melihat seseorang yang berada di paling depan hanya tersenyum tipis melihat kejadian itu, dia mempunyai fitur wajah yang ganas tapi ternyata dia mempunyai hati yang baik.

Dia terlihat sangat menakutkan dengan dua buah kapak sepanjang 1,5 meter tergantung di punggungnya, dia memberikan kesan seorang pemimpin dan seorang pejuang yang hebat.

Dia sepertinya menyadari aku menatapnya dengan tatapan penasaran karena dia juga membalas tatapanku, dia sepertinya tertarik kepadaku karena dia memerintahkan para prajurit di belakangnya untuk berhenti tepat di depanku.

Saat dia berhenti di depanku, aku menjadi tercengang dengan tingginya yang melebihi dua meter.

"Nak, kau nampak berbeda dari anak-anak lain. Boleh aku melihat tanganmu?"

Entah kenapa dia menanyakan hal tidak penting seperti itu, tapi aku tetap mengulurkan tanganku untuk dilihat oleh dia.

Saat dia melihat tanganku yang mempunyai sedikit memar dan goresan pedang, dia sepertinya kaget karena tanganku, tapi apa yang salah dengan itu?

"Hey nak, bagus sekali kamu sudah giat berlatih pedang pada umur ini. Mungkinkah kamu menyukai seni pedang?"

Aku terkejut karena dia dapat mengetahui aku sering berlatih menggunakan pedang dengan giat.

"Iya, aku sangat menyukai seni pedang!"
Jawabku dengan suara lantang.

"Benarkah, mari kita melihat seberapa jauh kemampuan pedangmu."

Setelah dia mengatakan itu dia turun dari kudanya dengan cepat dan kemudian mengambil satu kapak dari punggungnya.

Dia mengambil sebuah pedang besi dari seorang anak buahnya dan langsung melemparkannya kepadaku.

Saat aku mengambil pedang itu tiba-tiba aku merasakan bahaya datang dari sebelah kiriku. Aku kemudian menghindar dengan seluruh kecepatan yang bisa dikumpulkan dan melihat sebuah kapak melayang melewati tempat aku berdiri tadi.

Aku melihat dia tersenyum cemerlang ketika dia melihat aku menghindar dengan cepat dari serangan kapaknya. Ketika aku ingin menyerang balik, aku mendengar langkah kaki dari belakang.

Saat itu aku melihat ayah sedang tercengang melihat pemimpin kavaleri berat itu, tidak ada rasa permusuhan dari ekspresi kaget ayah. Yang ada hanya tampak kaget sekaligus bahagia saat melihat pemimpin kavaleri berat itu.

"Lama tidak bertemu, saudara!"

Legend Of Sword Mastery (Dropped)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang