1.프롤로그 - Prolog

5.7K 103 0
                                        

Ketika aku menatap raga ku di depan cermin, entah mengapa itu membuat ku benci diri ini. Mengapa mereka selalu menghina raga ku? Mengapa mereka selalu melontarkan kata-kata tajam itu padahal aku hanya diam, aku tak pernah mengusik mereka tapi mengapa mereka selalu menganggu ku. Tidakkah kalian menyadari bahwa kata kata yang telah kalian ucapkan sungguh menyakiti sanubari, hinaan dan ejekan yang telah kalian lontarkan sungguh menyayat hati ku dan meninggalkan luka yang teramat dalam. Sadarlah wahai kalian, kata-kata itu sungguh membekas dibenakku hingga membuat ku menderita karna kalian hidupku sungguh tidak berarti lagi, mungkin sekarang kau masih bisa tertawa sambil melihat ku menderita, namun aku yakin suatu saat nanti karma pasti akan menghampiri kalian. Dan kalian pantas menerima nya.
.

Suara burung-burung berkicau, angin kencang berhembus menyapu dedaunan kering, Sang mentari mulai meredupkan sinarnya, sama seperti saat itu dia mencintai nya, namun ada yang berbeda dari senja itu.

Cho Euna gadis yang suka di panggil Euna itu perlahan melangkahkan kaki nya ke arah lelaki itu tanpa ada rasa ragu, meskipun ia agak gugup awalnya namun ia harus memberanikan diri karna ia tak bisa memendam nya lebih lama.

Sore itu ia memutuskan untuk mengungkapkan perasaan nya kepada lelaki itu, mungkin ini terdengar tabu untuk sebagian oeang karna pada hakikatnya ia adalah seorang perempuan dan seharusnya seorang lelaki lah yang mengungkapkan perasaan dan mengejar perempuan, akan tetapi mau bagaimana lagi perasaan nya sudah tak bisa ia kendalikan lagi sungguh ini tidak. normal, rasanya sama saja seperti sedang kecanduan narkoba dan Cho Euna sudah gila dan untuk yang kesekian kali nya ia tak ingin kehilangan orang yang ia cintai.

Dengan hati yang berdegup kencang dan tangan yang gemetat ia perlahan mencoba mendekatkan diri kepada lelaki itu, namun sayangnya ia semakin menjauh dan menghindari nya, tak mau menyerah Euna terus saja mengejarnya hingga ia tiba di sebuah taman di sekolah nya.

"Ya! Tunggu aku." ucap Euna memanggil lelaki itu dengan napas terengah-engah sehabis berlari. Namun lelaki itu tak menghiraukan nya dan malah sibuk memainkan ponsel pintar miliknya.

Sekali lagi Euna memberanikan diri nya untuk mendekat "Bolehkah aku berbicara dengan mu sebentar ?" dengan gemetar sambil menundukkan kepala.

Namun jawaban lelaki itu tak sesuai dengan ekspektasi Euna, ia cukup berbeda hari ini dan tak seperti biasanya dan entah mengapa ia mendadak menjadi dingin dan tampak tidak peduli dengan Euna. "Cepat katakan aku tidak punya waktu." ucapnya dingin sambil memperhatikan ponsel nya.

"A-aku menyukai mu, tolong terimalah ini." Euna menyodorkan sebuah amplop berwarna merah muda.

Seketika lelaki itu berdiri dari tempat duduknya dan mengambil amplop ditangan Euna dengan kasar kemudian ia membuka dan membaca isi surat itu "Dengan hati yang berbunga-bunga pada senja yang indah ini aku akan mengungkapkan perasaan ku kepada mu, aku Cho Euna menyukai mu sejak pertama kita bertemu."

Lelaki itu membaca surat itu dihadapan Euna dengan lantang, spontan hal itu membuat para siswa yang berlalu lalang di saja mengerumuni mereka.

Kemudian lelaki itu mengeluarkan senyum licik nya kepada Euna dengan tangan yang masih memegang surat "Kau bercanda monster Euna ?" sambil menatap Euna dengan tatapan jorok.

Euna mematung dan tertunduk, saat itu juga harga diri nya jatuh. Andaikan waktu bisa diulang kembali mungkin ia tak akan melakukan hal bodoh seperti ini lagi.

"Di rumah mu tidak ada kaca? Apa perlu aku belikan kaca? Kau tahu aku dan dirimu tidak sebanding dan jangan bermimpi seseorang pangeran akan membalas cinta mu, jika wujud mu saja masih menjijikan seperti ini."

Namun dengan hati yang tegar dan hampir ingin menangis Euna berusaha kuat mendengar cemoohan lelaki itu.

Detik itu juga

Kertas itu dirobek dan dihamburkan ke wajahnya, sungguh diri nya tak berharga lagi. Euna hanya diam dan pasrah ia merasa dipermalukan oleh dirinya sendiri.

Seketika ia menjadi bahan tertawaan orang disekitar nya tanpa permisi ia berlari meninggalkan kerumunan itu tanpa sepatah-kata, saat itu juga ia memutuskan untuk berhenti menyukai seseorang, kejadian hari itu sungguh berdampak besar untuk kehidupan Euna, bagaimana tidak? Sekarang ia menjadi pemurung dan tidak percaya diri.

===

Hari demi hari ia lalui dengan berbagai banyak rintangan banyak yang berubah ketika hari itu berlalu, dan lebih mengerikan dari sebelum nya.

Walaupun semua orang kejam dan berlaku tidak adil, akan tetapi ia tetap menjalani hidupnya seperti biasa. Perlahan ia melangkah melewati koridor sekolah, seluruh pandangan di arahkan kepadanya pun ia tertunduk dan menutupi wajah dengan rambutnya.

Suara-suara penuh dosa itu mulai menghantui dirinya.

"Inikah monster itu ?"

"Wah tuan putri Euna cantik sekali sampai berani menyatakan cinta dengan pangeran."

"Hei, aku punya cermin. Ingin berkaca ?" sambil menyodorkan cermin.

"Harga dirimu mana ?"

"Kasian sekali ditolak mentah-mentah."

Saat itu juga ia berlari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan sekitarnya, penuh perjuangan bagi Euna untuk melewati koridor itu, bagaimana lagi semua cemoohan itu diarahkan untuk nya. Tak lama ia tiba di kelas dengan perasaan hancur.

Untuk mengalihkan perasaan itu ia memutuskan untuk mengerjakan soal fisika yang telah diberikan oleh Mr Joe. Seketika datanglah teman nya untuk membagikan sebuah buku yang telah selesai dikoreksi.

"Cho--Eu--Na." ia mengeja nama Euna di buku itu. "Wah, bukankah arti dari nama mu itu 'cantik' akan tetapi kenapa kau tidak cantik seperti nama mu ?" sambil memeprhatikan Euna dari atas sampai bawah.

Pun Euna yang masih mengerjakan soal fisika itu mendadak naik darah "Apa masalahnya dengan mu ?" ia menggenggam pulpen nya dengan erat lalu menaikkan sedikit dagunya.

"Tidak, hanya saja ini terlihat agak--" ia memicingkan pandangan nya.

"Pergilah sebelum aku mencekik mu." sarkas Euna sambil memukul meja dengan kedua tangan nya.

Pun temannya sedikit terkejut "Baiklah, tapi bukankah aku berkata yang sebenarnya ?" temannya menaikkan sebelah alis lalu meninggalkan Euna.

Perlahan Euna menarik satu napas panjang sambil mencoba untuk tersenyum dan tanpa ia sadari bulir air telah memabnjiri wajah nya.

Dan menangis tanpa suara

Seketika ia membenamkan wajahnya di atas meja

Sejak hari itu pembullyan yang dilakukan orang-orang semakin menjadi-jadi, namun ia percaya suatu saat ia akan menampar omongan orang-orang itu dengan peruban yang ada di dirinya.

AppetencyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin